7. Rache; zweite

46 7 2
                                    

Kejadian Vero membuat semua panik termasuk Juna dan Raihan, mereka tidak menyangka kalau rangkaian serangan yang terjadi dikediaman Satria tempo hari adalah awal dari rentetan serangan yang kemungkinan akan terjadi pada mereka, sebagai bentuk perlindungan pada keluarganya Juna meminta sang ayah untuk mengerahkan pasukan pengamanan pribadi untuk dirinya dan keluarganya, sambil perlahan ia mencoba untuk meminta bantuan seorang detektif swasta untuk mencari tahu soal siapa dalang dibalik serangan ini, tentunya dengan persetujuan dari Jevan dan yang lainnya.

"mas, kayaknya kita harus makin hati-hati, aku juga takut kalo keluarga kita kena serangan itu mas." Tamara, istri Juna menghampiri lelaki yang kini tengah duduk bersandar diranjang mereka. "iya sayang aku tahu, that's why aku minta papa untuk makin memperketat keamanan rumah, terus ngasi personal bodyguard ke kamu dan anak-anak."

"iya mas, untungnya Karmel sama Ara mau dengerin alesan kita kenapa tiba-tiba mereka punya bodyguard tapi kan kantor kamu gak ada pengamanan ketat mas." Ucapan Tamara menyadarkan kalau dikantornya tidak ada pengamanan yang super ketat sama seperti dirumah, Juna memang sudah mendirikan firmanya sendiri namun ia tetap membantu Jevan jika dibutuhkan dan Juna lebih sering berkantor di kantor Jevan ketimbang kantornya sendiri, entah kenapa.

"iya sih, but ya semoga semuanya baik-baik aja. Shall we have some wine before sleep darling?" tawar Juna untuk menenangkan hati dan pikiran sang belahan jiwa yang untungnya dituruti oleh wanita itu.

--

Juna memang termasuk sosok yang paling tenang dan tertutup soal kehidupan pribadinya, hanya segelintir rekanannya yang mengetahui latar belakang keluarga lelaki itu. Termasuk identitasnya sebagai putra salah satu jajaran menteri dan cucu dari pengusaha terkenal di Indonesia, namun Juna memilih jalannya sendiri dengan menjadi pengacara, sedikit melenceng dari apa yang dicita-citakan oleh kakek dan ayahnya, namun sebagai penerus generasi satu-satunya dari keluarganya, semua keinginan Juna dikabulkan oleh ayah dan kakeknya. Mereka bahkan mengangkat anak lainnya sebagai teman bermain Juna dan juga sebagai pelindung identitas Juna, sehingga publik tidak perlu mengetahui identitasnya, yang mereka tahu hanya menteri Hukum dan HAM memiliki 2 orang anak, yang salah satunya tidak ingin kehidupan pribadinya dikonsumsi oleh publik.

"pak, ada undangan buat bapak dari orang tua bapak." Ujar asisten Juna saat keduanya ada didalam mobi.

"oh thank you, ibu sama anak-anak aman kan ya?"

"aman pak, tadi saya dapet laporan ibu ke rumah pak Raihan dan jalan-jalan dengan bu Anya, mas Karmel masih dikampus, lalu mba Ara masih disekolah." Juna mendengarkan dengan seksama penuturan sang asisten sambil tersenyum puas, setidaknya dengan begini ia bisa menghindari hal buruk terjadi pada keluarganya.

"hmm tolong bilang ke Tamara kalo lagi di mall tolong beliin sesuatu buat papa sama mama." Pinta Juna yang langsung dituruti oleh sang asisten. "kamu udah ngirim buah buat pak Vero?"

"sudah pak, sesuai permintaan bapak tadi, saya juga sudah mengirimkan beberapa berkas yang sudah bapak tanda tangani ke kantor pak Jevan."

"good. Kita langsung pulang aja abis ini, saya mau istirahat. Mama bakalan ngomel kalo saya keliatan capek malem nanti."

"baik pak."

Diluar gedung kantor milik Juna ada sebuah mobil dengan kaca yang gelap yang didalamnya terdapat seseorang yang nampak tengah menunggu sang pemilik gedung untuk keluar dari sarangnya. Saking seriusnya ia tidak menyadari kalau ia juga tengah dipantau oleh Juna lewat CCTV yang ada dibagian luar kantornya dan mengarah ke jalan.

"cari tau soal mobil itu." Perintah Juna pada sang asisten.

"baik pak!"

"dan pastikan dia tidak mengikuti kita sampai kerumah."

[ COMPLETE ] Eksepsi ( Last Story of Replik-Duplik )Where stories live. Discover now