Suatu Hari di Sekolah | Naya

13 4 2
                                    

Ini hari pertama Naya mengenal dunia Sekolah Menengah Pertama atau SMP. Dibanding semangat, dirinya lebih dominan ketakutan. Naya takut akan seperti apa pertemanan di sekolah barunya ini?

Jika kalian ingin tahu, di sekolah lamanya, Naya kurang diterima. Entah karena apa, Naya sendiri tidak tahu. Enam tahun lamanya Naya dirundung dan sangat membuatnya trauma.

Sampai akhirnya hari pertama, kedua, dan ketiga sekolah ia jalani. Hingga tak terasa sudah satu minggu ia lewati. Wah, semuanya benar - benar seperti mimpi. Kata "kekeluargaan" sepertinya kental sekali dengan lingkungan ini. Kebahagiaan Naya juga bertambah setelah memiliki seorang sahabat, Anya.

Selama sebelas tahun lamanya Naya tak pernah merasakan seperti apa rasanya mempunyai seorang sahabat. Sedih memang, tapi begitulah kenyataannya. Toh, sekarang Naya sudah tahu rasanya dan ia tak boleh menyia - nyiakan Anya.

Tiga bulan berlalu dan Naya mulai menyukai seseorang dikelasnya. Nata, namanya. Seorang atlit bulu tangkis yang tampan, kaya, dan sangat populer di sekolahnya. Tak heran, sih. Sampai - sampai kepopuleran itu menghambat kisah percintaannya.

Seorang Nata belum pernah merasakan yang namanya cinta. Entahlah, mungkin karena standarnya yang terlalu tinggi. Namun, satu hal yang pasti menjadi ketakutan Nata dalam mencintai adalah ia tak bisa membedakan siapa yang mencintainya dengan tulus dan yang hanya melihat diri seorang Nata dari luarnya.

Naya yang tahu akan hal itu, dengan segera membuat satu prinsip. Terus memendam dan menyimpan perasaan ini pasti lebih baik. Hanya Anya yang tahu seperti apa hati sahabatnya, Naya, yang jatuh pada Nata.

Namun, Naya terkesan 'norak' karena ini cinta pertamanya. Ya, begitulah. Saat Naya gugup, malu - malu, atau apapun itu, hampir semua orang bisa melihat dan menyimpulkan kalau ada sesuatu yang aneh. Anya sendiri sudah beberapa kali memperingatkan, tapi, apa boleh buat? Reaksi alamiah memang tak bisa ditolak manusia. 

◇◇◇

"Naya, lu udah gue ingetin berapa kali, sih? Lu tau, kan, si manusia edan itu kalo tahu ada cewek yang suka ama dia?", tanya Anya dengan wajah serius.

Manusia yang ditanya pura - pura tidak dengar dan lanjut memakan bekalnya dengan mulut yang sengaja dibuat mengejek.

"Anak dakjal,"

"APA LO BILANG?! AYO ULANG KALO BERANI!", teriak Naya tanpa malu yang berhasil memancing perhatian dari teman - teman.

Malu - maluin banget, ya Lord. Untung sayang, batin Anya sambil memasang wajah malas dan menghela nafas berat.

"Giliran diejek, cepet banget kuping lo.", sindir Anya. Jus alpukatnya kembali diseruput untuk menyunpal mulutny dari kata kasar.

"Nya, sini liat gue si Naya Teguh.", katanya dengan nada yang mirip dengan Mario Teguh.

"Geli gue,"

"Gue tau si Nata tu anaknya langsung ngejudesin siapapun yang suka sama dia karena dia ga bisa bedain perempuan yang tulus sama yang engga. Nah, lu kan tau kalo gue suka sama dia ya ga tau kenapa. Suka aja. Bukan karena hartanya, cakepnya, ato pinter. Lagian dia pinter kaga, bego iya."

Jus yang sedang Anya tahun seketika muncrat ke depan. Naya pun reflek memejamkan matanya. Bahaya, jika tidak.

"Najis,", kata Naya tanpa dosa.

"Duh, Naya Suyaya! Dengerin gue sekali aja, ngeyel banget si lo jadi alien!", geram Anya.

"SUYAYA DARI MANA? SEJAK KAPAN NAMA GUE NAYA SUYAYA?!", teriak Naya tidak terima.

"Au ah gelap."

Anya menarik nafasnya sebentar.

"Nay, intinya gue udah kasih tau lo. Masalah entar gimana - gimana gue gamau tanggung jawab. Nangis, nangis dah lo.", kata Anya pasrah.

suatu hari di bulan aprilWhere stories live. Discover now