Bagian satu.

3.8K 323 119
                                    

Selamat datang di cerita baruku.

Semoga kalian suka. Happy reading! Enjoy!

***

Seorang laki-laki sedang membaringkan tubuhnya di sofa yang berada di ruang sekretariat BEM fakultas ekonomi salah satu universitas negeri terbaik di Jakarta sampai kemudian tiba-tiba sebuah suara menginterupsi ketenangannya.

"Ga! Yoga!"

"Parah ini sumpah!"

Yoga, laki-laki yang baru ingin memejamkan matanya itu akhirnya kembali duduk ketika melihat dua teman akrabnya datang menghampirinya sambil berlarian dengan nafas tidak teratur.

"Kenapa?" tanya Yoga sambil menatap Aarav dan Cakra—dua teman akrabnya.

"Mobil lo ... baret," jawab Aarav dengan susah payah karena ngos-ngosan habis berlari.

"HAH?" Yoga refreks berteriak. Dia langsung berdiri dari duduknya. "Kok bisa, anjir?!"

"Mia—"

"Orang gila!" seru Yoga, memotong kalimat yang akan dikeluarkan dari mulut Cakra. Kemudian, ia langsung berlari menuju parkiran untuk melihat keadaan mobilnya.

Karena jarak parkiran dan sekret BEM tidak jauh, saat keluar dari sekret itu Yoga langsung bisa melihat seorang perempuan yang sedang berdiri di sebelah mobilnya.

"Yoga!" panggil perempuan itu ketika melihat Yoga berlari ke arahnya. "Aku kira Aarav sama Cakra bohong waktu bilang ini mobil kamu."

Yoga memelankan langkah, dari jarak yang lumayan jauh tadi pun ia sudah bisa melihat sebesar apa baret yang ada di mobilnya. Emosi Yoga memuncak seketika melihat si penyebab mobilnya baret itu kini malah senyum-senyum karena kedatangannya.

Ya, meskipun tadi Cakra belum menyelesaikan kalimatnya, Yoga langsung tahu siapa penyebabnya.

"Lo!" Tunjuk Yoga pada Mia ketika ia sudah berada di sebelah mobilnya juga. "Lo apain mobil gue?!"

"Maaf, Yoga. Tadi aku kesal karena kamu nggak balas chat aku lagi, terus aku cepat-cepat lari ke fakultas ekonomi buat temuin kamu. Eh, nggak sengaja ketendang kaleng."

"Kalengnya cium mobil kamu lama banget, makanya baretnya banyak," lanjut perempuan itu.

Yoga menggeram marah. "Bisa nggak sih sehari aja nggak bikin ulah?"

"Mana aku tau kalau itu mobil kamu, Yoga. Biasanya 'kan kamu pakai mobil hitam, bukan merah. Tadinya kalau bukan mobil kamu malah pingin aku baretin lebih banyak buat ngelampiasin rasa kesal aku karena chat aku nggak dibalas sama kamu."

Perkataan Mia mengundang gelak tawa dua teman akrab Yoga yang tadi ikut menyusul kembali ke parkiran. Aarav dan Cakra selalu senang melihat kekesalan Yoga pada Mia.

Yoga diam, tidak bisa berkata-kata lagi karena kelakuan absurd Mia. Yoga lelah, Tuhan.

"Aku ganti deh nanti. Jangan marah ya, Yoga," bujuk Mia sebisanya.

"Ganti kata lo? Lo pulang-pergi kuliah aja masih suka nebeng, kan?"

"Yoga tau banget tentang Mia, senang deh diperhatiin sama Yoga."

"Terserah lo!"

"Beneran, Yoga. Nanti aku ganti, ya?" kata Mia lagi. "Pakai hati aku, aku akan mencintai kamu sepenuh hati dan jiwaku."

"Anjrit, bisaan lo, Mia!" Kekeh Aarav kemudian.

"Najis," ketus Yoga.

"Ya ampun, aku serius lho, Yoga. Hati ini kalau dijual ke orang-orang kedokteran pasti mahal, kalau nggak percaya tanya aja sama orang tua kamu yang dokter itu, tapi buat kamu rela deh aku kasih gratisan. Dari hati aku nanti kita bisa bangun rumah tangga yang bahagia," ujar Mia sambil menampilkan senyuman paling lebar yang ia punya.

Yoga pasrah. Lebih baik dia menjauh dari sana, menghindari Mia si perempuan gila dan kerumunan orang yang ikut penasaran dengan kondisi mobilnya.

Jika saja yang baret adalah mobilnya, dia tidak akan susah payah menyahuti omongan melantur Mia—perempuan yang selalu mengejar dan menempelinya seperti makhluk halus itu. Namun, masalahnya ini mobil kakaknya yang super galak.

Yoga meminjam mobil kakaknya karena aki mobilnya sedang bermasalah sedangkan ia harus cepat-cepat berangkat ke kampus pagi tadi.

Bisa hilang kepala Yoga karena dipenggal kakaknya nanti. Yoga tahu betul bagaimana perfectnya sang kakak, kakaknya selalu merawat barang yang ia punya dengan kasih sayang.

Kalau pun dia bawa jazz merah kakaknya itu ke bengkel, pasti tidak selesai dalam satu hari dan uang jajan Yoga jadi ancaman. Tamatlah riwayat Yoga.

***

Ada yang ngeh Yoga siapa?

Ada yang tau siapa pemilik jazz merah yang dipakai Yoga?

Aku ngakak sih bayangin ekspresi Mia waktu bujuk Yoga wkwkw pasti seru deh cerita ini karena didukung oleh karakter si cewek🤪

By the way, lanjut nggak nih?

Terima kasih, Yoga. (Tamat)Onde histórias criam vida. Descubra agora