Dua Puluh Empat

8 0 0
                                    

Dityo berjalan menuju parkiran hendak pulang. Tiba-tiba dia dicegat oleh beberapa akhwat berjilbab syar'i yang tidak dikenalnya. Dia masih belum hafal dengan semua akhwat berniqab dikampus kecuali itu adalah teman yang sering ia temui.

"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
"Kamu Dityo, betul?"
"Iya benar, ada apa ya kak?"
"Kamu ingat tidak saat kajian Minggu lalu? Kami teman-teman Lista yang waktu itu"

Sekarang Dityo baru ingat, orang-orang yang bersikap cuek kepadanya saat Dityo mencoba bersikap ramah kepada mereka.
"Oh iya kak, akhirnya saya ingat hehehe, ada apa ya kakak-kakak mencari saya?" Namun ternyata Dityo tetap bersikap ramah tidak balas menunjukkan sikap cuek kepada mereka.

Dari mata akhwat bercadar itu terlihat sedikit ekspresi terkejut, karena Dityo ternyata tidak membalas perlakuan mereka. Biasanya jika ada orang yang mereka cuekkan, lalu mereka coba sapa kembali saat bertemu, orang itu akan mengabaikan sapaan mereka.

"Masyaallah, iya, ini kami Dityo"
"Kami ingin minta maaf atas sikap kami pada kamu, di Minggu yang lalu"
Benar sekali kata kak Lista, mereka semua adalah orang yang baik, sesuai dengan apa yang nampak, hanya saja sedikit membatasi diri terlalu berlebihan.

"Jujur saya sebenarnya agak tersinggung dengan sikap kakak-kakak semua. Tapi saya tidak pernah membenci Kakak-kakak semua atas apa yang kakak-kakak semua lakukan" Mereka semua kemudian berpelukan. Sungguh indah memang berani meminta maaf tanpa harus gengsi untuk meminta maaf ataupun memaafkan.

*****


Pada malam hari Dityo berada di cafe untuk menulis. Dia sering ke cafe tersebut karena suasananya cukup tenang dijadikan tempat mengerjakan tugas atau menulis. Saat pulang dari tempat itu Dityo melihat seorang laki-laki akan melakukan pelecehan seksual kepada seorang wanita berjilbab yang akan memasuki mobil.

Wanita berjilbab itu tidak tahu jika dirinya ada dalam bahaya. Melihat kejadiannya tiba-tiba sangat cepat sekali. Wanita itu mencoba membela diri sambil berteriak meminta tolong. Seketika itu Dityo lari dan memukul pria mesum itu sampai jatuh. Ia lalu menarik salah satu tangan pria mesum itu untuk dipelintir.

Dari kejauhan terlihat gerombolan teman pria mesum itu ingin menolong temannya yang diringkus oleh Dityo. Dityo mulai cemas, walaupun ia bisa bela diri, kali ini ia merasa kalah jumlah melawan tiga orang teman pria mesum yang mulai mendekat.

Dityo berpikir keras bagaimana cara menghadapi mereka.

No Jilbab No Life!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang