7. Kenapa harus mencintai?

488 41 5
                                    

"Aku tidak menyesal mencintaimu walaupun bertepuk sebelah tangan, karena aku paham jika itu tidak hanya soal memiliki."
-Ayana-

...

Bukan hal mudah untuk melupakan seseorang, apalagi jika mereka selalu bersama. Mungkin dilihat dari jauh sepertinya tidak bermasalah, namun apakah tahu apa isi dalam hatinya?

Haha, tertawa miris jika merasakan cemburu padahal bukan siapa-siapa. Dan parahnya cemburu itu datang karena sahabat kita, sungguh circle cinta yang gila.

"Ay, ke kantin yuk!" Ajak Dewa kepada Ayana yang baru selesai merangkum.

"Boleh, tapi lo bayarin gue gimana?" tawar Ayana tertawa melihat ekspresi Dewa yang menahan kesal.

"Lo anak pilot Ay, gaji bapak lo lebih tinggi kali," balas Dewa lalu meninggalkan Ayana dengan tawanya. Tidak mau ketinggalan jauh Ayana segera menyusul Dewa dan mensejajarkan langkahnya.

"Gue mau buat SIM besok, mau anterin gak?" tanya Ayana kepada Dewa, niatnya sambil membuat KTP dia akan membuat SIM sekalian, tapi pekan kemarin dia begitu sibuk jadi tidak bisa.

"Boleh deh, capek belajar terus," sahut Dewa menyetujui ajakan Ayana.

"Lo urus izin mau gak?" Tanya Ayana kembali karena besok hari Kamis, sedangkan di hari weekend kantor tutup jadi tidak bisa membuat persyaratan.

"Kok gue sih yang repot, kan lo yang buat," balas Dewa menatap Ayana malas.

"Ih, gue kan minta tolong sama lo Wa, gitu aja gak mau," sahut Ayana pelan lalu mendudukkan tubuhnya saat sampai di kantin, dia menoleh kepada Ara agar memesankan makanannya.

"Titip batagor ya," pinta Ayana pada Ara yang dibalas anggukan karena Ara juga ingin membeli makanan tersebut.

Dewa tak jadi duduk karena harus memesan makanannya, setelah mendapatkan seporsi bakso dia bergabung di depan bangku Ayana.

"Wa, jadi ikut ke gunung gak?" tanya Vero kepada Dewa berhubung mereka sama-sama memiliki hobi mendaki gunung.

"Hari Sabtu kan?" tanya balik Dewa yang dibalas anggukan oleh Vero.

"Gue bilang nyokap dulu nanti," balas Dewa meminta izin kepada orang tuanya, bisa dikatakan orang tua Dewa begitu over protective sejak Dewa yang sempat hilang selama dua jam saat mendaki dulu.

"Aku ikut boleh gak?" tanya Fira memotong ucapan Vero, bosan juga jika weekend tidak kemana-mana.

"Nggak usah sayang bahaya," jawab Vero tersenyum sambil mengelus rambut halus Fira.

"Ih, bahaya kenapa sih?" decak Fira heran karena dari dulu dia tidak di perbolehkan ikut mendaki apalagi sejak berpacaran dengan Vero.

"Kamu kan baru beberapa kali mendaki jadi takut kalau gak kuat tiba-tiba, apalagi kita cuma punya waktu dua hari," balas Vero memberi pengertian pada Fira. Fira kembali berdecak kesal membuat Vero mau tidak mau memberi izin.

"Tapi izin sama orang tua kamu dulu ya," sahut Vero yang dibalas anggukan antusias dari Fira. Tingkah tersebut mampu membuat Vero tergoda membuatnya tak sengaja mencium kening Fira.

AYANAWhere stories live. Discover now