24. MARKAS RANO

11.4K 1.6K 187
                                    

"Ayah! Bisa antar Nara ke sekolah gak?"

Ayah Nara yang sedang memasang dasi di depan cermin berbalik menghadap putri kesayangannya itu.

"Motor kamu kenapa?"

Nara mengerucutkan bibirnya. "Dari kemarin Nara gak bawa motor. Bannya bocor."

"Loh? Terus kemarin kamu berangkat sama pulang sekolah sama siapa?"

"Berangkatnya naik angkot. Pulangnya dianter temen."

Ayah Nara menganggukkan kepalanya. "Yaudah, cepat siap-siap."

Nara tersenyum dan langsung berlari ke dalam untuk mengambil tasnya yang masih berada di kamarnya. Setelah itu ia keluar menuju teras rumahnya dan memasang sepatu. Ayahnya berjalan menuju mobil untuk menghidupkan mesinnya.

Setelah merasa pakaiannya lengkap, Nara langsung berjalan menuju mobil Ayahnya. Namun, saat ia memegang pintu mobil, suara klakson di depan rumahnya membuat ia menoleh. Matanya membesar saat melihat Rano yang kini sedang melambaikan tangan ke arahnya. Kenapa cowok itu ke rumahnya?

"Nara? Kenapa gak masuk?" tanya Ayahnya saat kaca mobilnya terbuka.

"I-itu ... ada temen Nara."

Sontak Ayahnya langsung menoleh ke belakang. Ayahnya langsung tersenyum jahil kepada Nara. "Samperin gih." ucap Ayahnya.

"Ih Ayah! Itu temen doang!"

"Loh? Ayah kan gak bilang itu siapa kamu."

Nara mengerucutkan bibirnya. Ia berjalan menghampiri Rano sambil menghentakkan kakinya, kesal dengan godaan Ayahnya.

"Ngapain lo ke sini?!" ucap Nara saat ia sudah ada di hadapan Rano.

Melihat tingkah Nara yang aneh membuat Rano mengernyitkan dahi. Ada salahkah dirinya sampai Nara menjadi kesal seperti itu?

"Lo kenapa?" tanya Rano.

Entah kenapa tiba-tiba Nara tersenyum. Ia langsung naik ke atas motor Rano dan memeluk laki-laki itu dari belakang. "Ayo jalan." perintahnya.

Rano benar-benar dibuat bingung. Namun ia berusaha mengabaikan. Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, Rano langsung menjalankan motornya.

"Lo kenapa tiba-tiba jemput gue?!" tanya Nara sedikit berteriak. Ia meletakkan dagunya di pundak Rano.

"Kan gue udah janji sama lo, kalau gue bakal perjuangin lo mulai sekarang!" jawab Rano.

Nara terkikik geli. "Lo gak perlu ngelakuin itu. Kan lo udah tau kalau gue suka sama lo."

Rano memperhatikan wajah Nara dari kaca spion, ia tersenyum. "Karena gue pengen lo merasakan gimana rasanya diperjuangkan."

Nara melihat wajah Rano yang muncul dari kaca spion. Ia membalas senyuman Rano. Kemudian menjulurkan lidahnya.

"Ih! Beraninya." ucap Rano, tangan kirinya berusaha meraih pipi Nara dan mencubit pelan pipinya. Nara tertawa saat Rano mencubit pipinya.

Motor Rano berhenti saat lampu merah menyala. Awalnya keheningan melanda mereka berdua karena sibuk dengan pikiran masing-masing. Namun tiba-tiba ...

"Rano!"

Keduanya sontak menoleh saat mendengar seseorang berteriak. Rano langsung berdecak saat matanya melihat Guntur, Gio, Andra dan Albi yang berhenti di sebelahnya. Paket lengkap.

"Oalah, jadi bucin sekarang." ucap Andra.

"Pantes tadi dijemput udah jalan duluan." sahut Gio.

"Biasalah!" teriak Guntur.

RANO [ PRE ORDER ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang