13.

2.6K 270 9
                                    

Atmosfir diantara remaja yang tengah puber itu sedikit terasa berbeda. Sekembalinya dari tour mereka beberapa hari lalu, hubungan mereka tak nampak seperti biasanya. Bohong jika seisi kelas, ralat, siswa seangkatan tepatnya, tidak menyadari perubahan sikap primadona sekolah itu. Issu dan gosip telah bertebaran memenuhi grup chatt mereka. Seperti sekarang ini sekumpulan siswa yang tadinya asik bergurau dengan kelompoknya masing-masing di koridor kelas terlihat berbisik. Siswa-siswi itu menepi berbisik sana sini begitu seorang remaja lain seumuran mereka berjalan. Langkah kaki itu terhenti untuk sejenak, mengamati bagaimana teman-temannya menatapnya.

Ia berdecih ketika tubuhnya tersentak kedepan. Seseorang sengaja menabraknya dari belakang. Kepalanya menoleh, matanya memicing tajam. Seorang siswi, teman sekelasnya menatap sarkas padanya. Sepasang tangan gadis itu terlipat di depan dada. 'Kim Yeri', matanya tak lepas dari name tag yang tertempel pada almamater pelaku penabraknya. Sosok siswi itu mengintari tubuhnya memandangnya remeh.

"Ini yang dulu dibanggakan Mark sebagai kekasihnya? Menyedihkan sekali. Jadi sekarang kau harus mengemis perhatian pada Mark ya karena dia tak lagi tertarik padamu? Oh, hati-hati saja kalian pasti akan disingkirkan juga jika Mark melihat kalian." Gadis itu berujar keras. Mengundang kembali bisikan-bisikan yang memenuhi koridor. Jangan lupakan tatapan yang masih sama tertuju pada sosok itu.

Sebuah tangan lain mendarat dibahu sang pusat perhatian. Seorang gadis lain muncul dari balik tubuhnya. Tak hanya memegang, cengkeraman erat kini juga ia rasakan disana. Kali ini ia tak mengenal siapa gadis itu, ia tak menggunakan almamater sehingga tak ada name tag yang menjadi identitasnya. "Menyedihkan." Satu kata yang kembali menusuk sosok remaja manis itu.

"Mina-ya, kau baru menyadarinya?" Yeri kembali bersuara kala gadis yang baru bergabung dengannya itu mendekat padanya. "Otak cerdasnya bisa menyingkirkanmu."

"Aku jadi menyesal pernah mengaguminya, tapi nyatanya sekarang dia tidak lebih dari sampah. Kasihan Mark jika terus ditempeli oleh makhluk seperti ini. Dia tidak ada bedanya dengan benalu, merugikan?" Dua gadis itu tertawa.

Jaemin, berusaha menekan seluruh emosinya. Tangannya terkepal kuat hingga bergetar. Ia menahan diri untuk tidak melayangkan pukulan pada gadis-gadis bermulut pedas itu. Ia sadar masih di lingkungan sekolah. Masih ada citra dan nama baik prestasinya yang harus ia jaga. Beda cerita sebelum dirinya menjadi viral seperti sekarang. Orang dengan sendirinya akan bangga dan terkagum padanya bahkan ia tak perlu menjaga image sekalipun semua akan berjalan seperti apa yang ia harapkan.

"Lebih baik kau menjauhi Mark. Kau hanya akan merugikannya, dengan masalah memalukanmu itu!!!" Gadis yang disebut Mina berucap tajam. Mata Jaemin memanas. Hatinya serasa diremas. Benarkah dia hanya merugikan Mark? Tapi yang ia lakukan hanya semata ia tak ingin kehilangan Mark. Apa itu salah?

"Kasihan Haechan, Mark menyukainya karena keinginannya sendiri. Tapi seseorang berusaha keras menyingkirkannya karena dia tidak lagi disukai. Tapi Mark sudah benar. Sesuatu yang sudah tidak dibutuhkan memang seharusnya dibuang, benarkan? Dia bersikap posesif saat sudah tidak dicintai. Murahan!!"

Tepat setelah kata 'murahan' tertangkap gendang telinga Jaemin, tubuhnya terdorong kebelakang. Dua kali. Gadis-gadis yang dulu mengelu-elukan namanya juga hubungannya dengan Mark kini menjadi orang urutan teratas yang membencinya. Bisa dilihatnya siswa-siswi yang tadinya berkerumun kini bubar. Tak hanya karena tontonan mereka berakhir, tapi juga karena suara dering bell tanda pelajaran dimulai sudah menggema dimana-mana.





Tidak berbeda dengan suasana di koridor sebelumnya. Di dalam kelas pun bisik-bisik itu masih terdengar. Padahal wali kelas mereka tengah mengajar di depan sana. Jaemin hanya menunduk, menatap kosong pada buku tulis di hadapannya. Tanpa ia sadari tangannya terus menggores garis abstrak di atas lembaran putih yang hampir penuh oleh tinta pensil. Seakan jiwanya tak lagi bersemayam dalam raganya disana. Sesekali ia melirik teman sebangkunya yang telah berganti sejak beberapa hari lalu. Ya, Mark kembali ke bangkunya semula bersama Haechan. Pemuda tampan itu tak menghubunginya, tak menyapanya, tak mengajak ia bicara, bahkan tak melihat kearahnya sejak dia memutuskan hubungan mereka. Jujur saja itu membuat Jaemin benar-benar kehilangan fokus. Ia kehilangan tujuan hidupnya. Hidup sempurnanya yang telah terancang sempurna dalam benaknya runtuh begitu Lee Haechan masuk ke lingkaran kehidupannya.

Be Love💕 (markhyuck x markchan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang