ce sera notre petit secret

3.5K 563 115
                                    

"Apa yang kau pikirkan?"

"Hah? Nothing."

Troi tau Helena bohong, sejak dari apartemen Sky ia kerap mendapati perempuan itu melamun. Jikalau bertanya lebih jauh akan semakin membuat Helena menutup mulutnya rapat-rapat, Troi memilih untuk mengalah karena terus terang, Helena jauh lebih keras kepala dari yang dikiranya.

"Kenapa kau memaksaku pulang? Sky sudah mengizinkanku tinggal di sana." tanya Helena.

"Aku tidak menyuruhmu pulang, aku memintamu untuk menyelesaikan masalah."

"Aku tidak salah." Suara Helena terdengar defensif. "Adikmu yang tak mau mendengarkan penjelasanku."

"Kalau begitu, kenapa kau lari?"

Helena menggertakkan giginya, menahan semua laju perkataan yang hendak tumpah. Kedua lengannya saling memeluk, menjadikannya benteng pertahanan terakhir karena Troi mulai menjajah sedikit demi sedikit.

"Kau membela Rhum karena dia adikmu sedangkan aku bukan siapa-siapa kalian."

Troi membelokkan mobil ke kanan, perjalanan akan terasa jauh mulai sekarang karena memang harus ada yang dibicarakanya dengan Helena, pribadi, berdua saja tanpa gangguan.

"Terlepas Rhum salah atau tidak, ia tetap adikku dan aku tak pernah bilang kau tidak punya arti apa-apa bagiku, yang kita permasalahkan di sini, Helena, diusiamu yang sekarang kau seharusnya tak menarik urat leher di dekat anak sekecil Rhum, kau harus menghadapinya seperti orang dewasa."

"Dewasa! Dewasa! Apa kau tak punya hal lain untuk kau katakan!"

Troi diam, matanya tak lepas dari jalan. Tak pernah rasanya sesulit ini untuk mengobrol dengan seseorang. Helena akan langsung bersikap agresif jika ditunjukkan apa kesalahannya, dimana bagian yang harus diperbaiki dan tak mengenal kata mengalah. Troi tak habis pikir, dengan cara apa ia dibesarkan oleh kedua orangtuanya sehingga punya anak seegois ini.

"Kau diam sekarang?!" tanya Helena.

"Itu memang cara terbaik mengadapi anak-anak."

Mata Helena membesar, mukanya mengeras, apa yang barusan dikatakan Troi benar-benar membuatnya tersinggung.

"Aku bukan anak kecil Troi, aku cukup besar untuk membuatmu mengeras dibalik celana."

***

Seperti dugaannya, Rhum tak memaafkannya. Sepatu balerina itu adalah pemberiaan Nino selepas pulang dari Paris Fashion Show dua tahun yang lalu. Sepatu itu adalah sepatu yang paling disayanginya, meskipun sudah kekecilan tapi ia tak pernah berniat membuangnya. Bu Tari yang tak tau apa apa merasa bersalah karena ialah yang salah mengira kalau Rhum sudah tak menginginkan benda itu lagi.

Tante Eva berkata kalau yang terjadi adalah kesalahpahaman semata dan berjanji untuk membujuk Rhum agar mau berbaikan dengan Helena. Si bungsu mutung, tak mau keluar dari kamar bahkan setelah Ed dan Nino berjanji akan membelikan selusin sepatu model terbaru. Sky malah menjanjikan setoko penuh sepatu untuk adiknya tersayang tapi semua itu tak jua membuat Rhum bangkit dari dalam kuburnya.

Helena mengetuk pintu kamar Rhum, berkali-kali tapi Rhum tak kunjung muncul dari dalam. Helena memohon maaf karena telah salah dan menyakiti perasaan gadis kecil itu. Ia meminta Rhum untuk melimpahkan kesalahan pada dirinya saja dan tidak memarahi Bu Tari karena beliau tak tau apa-apa dan berjanji untuk membelikan sepatu yang persis sama jika nanti ia sudah memiliki uang.

Tak ada suara jawaban. Helena menarik napas dan berbalik pergi, langkahnya terhenti melihat Troi berdiri tak jauh darinya, bersender di dinding namun tak berkata apapun. Sudahlah, ia sudah melakukan apa yang harus dilakukannya, jika Troi tak puas, itu bukan urusannya lagi. Saatnya sudah datang, ia terlalu lama berada di rumah keluarga Adam Panjaitan, tak boleh lagi berada di sini, dirinya sudah merusak kedamaian keluarga mereka.

Helena (Beautiful Distraction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang