🕊️

1.1K 158 22
                                    

Lebih cepat dari hari dikalender, hari dimana bunga matahari mekar dengan cantiknya, warna kuning dengan tangkai hijau, bunga yang setia ikuti arah matahari mengitari cakrawala. Matahari juga yang mulai terasa mendekat, panas sinar mentari juga disertai hembusan angin yang terasa menghangat.

Sepertinya musim memang telah mulai berubah. Langit biru tanpa awan, tanpa corak putih yang biasanya berkelana kemana mana. Langit cerah dengan hiasan matahari di sudut timur pengelihatan, disebelah kanan peta dunia yang buat pagi ini begitu dinanti, tidak seperti musim dingin yang buat seluruh manusia kedinginan, musim panas buat semuanya menghangat.

Karena itu, Taehyung suka musim panas.

Beta cantik dengan rambut karamel halus beraroma strawberry segar itu tampak sibuk ikat tali sepatunya, sepatu Converse hitam dengan tali senada, tak begitu cantik dipandang namun cukup buat beta itu merasa nyaman, sesekali pria kecil dengan name tag 'Kim Taehyung' yang menempel disudut atas dada kirinya itu memperhatikan jam di dinding. Sial, karena hidup tak bersama orangtua ia harus urus keperluannya sendiri.

Padahal ia sudah bangun jam enam pagi, tapi karena ia harus siapkan sarapan juga susu strawberry untuk dirinya sendiri, ia lupa jika hari ini weekend telah usai dan Taehyung kecil harus berhadapan dengan hari harinya lagi duduk di bangku sekolah menengah atas. Tak ada banyak kesan yang tertinggal pada awal semester ini sebenarnya.

Taehyung yakini dirinya memang seorang beta, karena bahkan pada umur 17 nya, ia masih belum dapat mencium feromonnya, padahal biasanya ketika sudah injak umur 15 mereka sudah bisa mencium feromonnya sendiri. Berbeda dengan Jimin, teman sekelasnya, juga rangkap menjadi sahabat kenthel nya. Taehyung dapat mencium feromon manis dari Jimin, feromon Jimin itu lezat, seperti lelehan sepotong cokelat dengan sedikit aroma pecahan kacang almond didalamnya. Jimin itu omega yang cantik, juga baik walaupun sering sekali omeli Taehyung tentang harus berani lawan dunia, Taehyung kecil tetap menjadi pecundang pada akhirnya, tak melakukan apa apa.

Jam di dinding sudah tunjukkan pukul tujuh lebih tujuh belas menit, jarak rumah yang Taehyung tinggali untuk sampai ke sekolah dapat memakan waktu sekitar lima belas menit jika ia tempuh menggunakan bus yang jalannya seperti siput tengah renovasi rumah.

Dengan berat hati sesudah ia mengunci pintunya sendiri Taehyung bulatkan tekat untuk berlari, Taehyung pikirkan nanti tentang baju seragam yang akan bau oleh keringatnya sendiri atau kaki kecilnya yang akan linu linu mengingat ia tak pernah berolahraga atau sekedar lari dipagi hari. Pikir nanti. Itu yang ada dipikiran beta berotak cetek dengan segala kecerobohannya. Taehyung benar benar berlari, di terotoar yang sudah tak begitu ramai, hanya ada para pekerja kantoran dengan jas rapi juga dasi yang terlihat kadang tak matching dengan suit yang mereka kenakan.

Bahkan, ditengah berlari dan kesulitan Taehyung masih sempat komentari orang dijalan. Rambut Taehyung bergerak cantik, bak menari nari saat Taehyung berlari dengan iramanya sendiri. Mulutnya sedikit terbuka, ia sudah mulai bernafas melalui mulutnya, tak lega rasanya saat biarkan hanya hidungnya saja yang bekerja. Pandangan Taehyung mulai kabur, kaki kecilnya mulai berhenti berlari, Taehyung seka keringat yang banjiri dahi sempitnya, tinggal 50 meter lagi untuk sampai ke gerbang utama, Taehyung sudah melihat gerbang itu, tapi sialnya penjaga gerbang sudah bersiap untuk menutupnya.

Dengan suara parau Taehyung coba berteriak sekencang kencangnya, ia kemudian masih berusaha berlari, kakinya sudah ngilu luar biasa, perut bagian kanan bawahnya juga terasa begitu sakit entah kenapa.

Untungnya penjaga gerbang itu berbaik hati pada Taehyung, beliau menunggu sampai beta kecil itu masuk ke lingkungan sekolah. Penjaga gerbang dengan perut buncitnya itu kemudian mengangkat lengannya untuk menjitak kepala Taehyung, beta itu mengadah kesakitan dengan air muka yang kelelahan namun tetap kesal "Sakit tauk pak! Berdarah nih" Taehyung elus elus kepalanya sebentar, tak berdarah seperti apa yang Taehyung katakan, memang Taehyung si hiperbolis.

"Makanya, berangkat lebih pagi. Telat kok kayak makan dikantin, langganan" belum selesai penjaga gerbang itu memarahi Taehyung, dari luar gerbang datang pria dengan feromon yang buat Taehyung sesak.

Padahal masih dengan jarak beberapa meter disana, tapi entah mengapa feromon pria ini tak bisa Taehyung tahan. Bodoh, padahal dirinya sendiri beta tapi kenapa kepalanya mendadak pening saat tak sengaja hirup aroma pria dibelakangnya. Taehyung kemudian menoleh kebelakang, aromanya makin menajam saat pria yang dibelakangnya itu tatap Taehyung juga. Taehyung tau siapa pria itu.

Satu satunya alpha yang feromonnya begitu memabukkan, sumpah demi dewi bulan Taehyung tak pernah hirup aroma dari seseorang sampai sebegininya. Aromanya tak seperti kebanyakan alpha, bukan aroma kayu ataupun rempah rempah.

Aroma pria ini begitu kuat namun lembut secara bersamaan, aroma yang bukan tercium seperti benda, namun aroma yang bagaikan mesin waktu, aroma yang buat Taehyung terlempar dikeadaan saat Taehyung kecil yang tengah bermain main dibawah hujan, aroma yang penuh ketenangan. Aroma ini, aroma dimana hujan tengah turun perlahan lahan, aroma dimana seluruh tumbuhan dapatkan apa yang mereka inginkan, aroma dimana bunga ajisai yang menyukai hujan itu mekar, aroma ini ... aroma tentang bau hujan yang begitu menenangkan.

Taehyung teguk ludahnya sendiri kemudian palingkan wajahnya sendiri, Taehyung tak bisa lupa bagaimana rambut sewarna gagaknya itu begitu rapi ia sisir kebelakang ditambah dengan pomade tipis yang buat rambutnya semakin terlihat bersinar.

Taehyung juga tak dapat hiraukan bagaimana ia mendamba pria dibelakangnya ini, bibir tipisnya yang buat Taehyung teguk ludahnya sendiri, bayangan bagaimana bibir itu berbicara dengan nada rendah yang menggetarkan namun bukan saja bibir tipis nan berwarna merah mudah itu, mata doe setajam elang itu tampak menusuk apapun yang ia pandang, tambahan juga alis tebal yang buat Taehyung kadanga tak bisa menahannya. Taehyung tak pernah bermimpi bahkan dapat melihat juga menghirup feromon pria ini sedekat ini, ia agak sedikit bersyukur karena susu strawberry dan sarapannya tadi pagi buat dirinya dapat bersinggungan, dapat sedikit merasakan bagaimana berbagi dunia dengan orang yang disuka.

Taehyung tersenyum samar, tak sampai buat orang lain sadar. Taehyung tau siapa pria yang sekarang tengah berbicang kecil dengan pak penjaga gerbang, suaranya benar benar buat Taehyung melayang. Bisa bisanya, hanya dengan dengarkan suaranya dapat buat Taehyung berbunga bunga. Seluruh sekolah tau dia siapa, si tampan dengan segudang prestasi yang ia punya.

Alpha yang dapat curi hati Taehyung, tanpa Taehyung sadari.


Hi ini Irene! 💕🍓 Kayaknya aku punya rencana buat terusin nulis disini 🥺 semoga aku bisa yaa >< oh iya, selamat membaca teman teman! Semoga kalian bisa menikmati tulisanku. Tulisanku masih tetap sama, aku cuma pengen jujur dalam menulis semua cerita. Semoga ketemu lagii >< 💕

BINGO! Where stories live. Discover now