6. Bioskop Bisik

16 6 6
                                    

  Hari berjalan begitu cepat. Mereka berlima─Vankasa, Alisa, Jisoora, Yutarvin dan Jaefrey─menjadi semakin dekat. Dan perasaan mereka menjadi err.. semakin rumit.

"Hari ini kita jadi nonton kan?" Tanya Vankasa antusias. Jaefrey berucap, "iyadong! Aku udah booking se-baris biar kita nyaman nontonnya," sambil tersenyum hingga lesung pipi nya terbentuk di pipi putihnya itu. "Yaampun lo serius? Agak pemborosan ya," komentar Jisoora.

"Yah selain bau keringet, dia juga bau duit," Alisa menimpali sedangkan mereka semua terkekeh kecil. Vankasa sangat excited, ini pertama kalinya ia pergi ke bioskop karena sejak kecil ia sudah mengalami kebutaan. Itu semua terjadi karena kesalahan fatal seorangㅡ

"Pokoknya kita semua harus have fun nanti, oke? Ini pertama kali aku nonton di bioskop bisik." Ujar Alisa. "Tapi semua dibooking sama Jaefrey, anu kita bagi dua yuk biayanya!" Vankasa berucap. Jaefrey langsung menolak, "eih kayak baru kenal kemarin, santai aja Ca," ujar pria itu lembut. Bahkan suara pria itu sudah membuat Vankasa percaya bahwa pria itu sangat tampan meskipun ia tidak bisa melihat wujud fisik seorang Jaefrey.

"Santai aja, uang dia ga akan abis kalo cuma beli sebaris penuh bangku bioskop," timpal Yutarvin. Yang lain mengangguk setuju. "Oke, jam 2 siang ya? Balik sekolah langsung jalan," Jisoora berucap lalu semua mengangguk dan akhirnya mereka berpisah ke kelas masing-masing. Vankasa, Jisoora dan Alisa ada di kelas yang sama yaitu 1 IPA, sedangkan, Yutarvin dan Jaefrey ada di kelas 1 IPS.

***

Akhirnya mereka semua sampai di bioskop bisik. Mereka pun masuk ke ruangan bioskop dan duduk dibarisan yang sudah Jaefrey beli semuanya. Mereka celingak-celinguk karena ruangannya sedikit berbeda dengan ruangan bioskop pada umumnya. Ini terlihat lebih kecil dan nyaman. Lalu datang seorang perempuan dengan pakaian rapi yang membimbing mereka yang kebingungan.

"Ini semuanya duduk dimana? Biar saya tuntun," ujar perempuan itu. Jaefrey yang berada paling depan pun melihat sekeliling dan dengan mudah menemukan kursi-kursi yang ia beli. "Oh, disini," tunjuk Jaefrey pada kursi di dekatnya sambil berjalan dan akhirnya duduk disana. Yang lain pun mengikuti. Perempuan yang mereka yakini adalah relawan bisik disana bertanya pada Yutarvin,"disini udah ada yang jadi relawan bisiknya? Atau mau saya bantu kak?"

"Ca," Yutarvin memanggil gadis itu, ia menoleh, "ya?"


"Lo perlu mbak ini yakan?" Yuta menunjuk perempuan tadi, lalu Vankasa tampak bingung, akhirnya mengangguk kecil. Mereka duduk dengan nyaman, lalu lampu mulai meredup dan suasana menjadi gelap. Film dimulai.

Perempuan yang mereka yakini bekerja di bioskop itupun mulai mengucapkan kalimat yang lumayan panjang dengan volume yang kecil ke telinga Vankasa. Yutarvin melihat itu, ia melihat wajah dan raut Vankasa, matanya memancarkan binar takjub, namun ia rasa Vankasa juga merasa.. sedih. 

Entahlah, itu yang disimpulkan oleh pria berkaos putih itu. Film berjalan dengan lancar, namun justru Yutarvin tak dapat mengalihkan pandangannya pada sosok perempuan dengan pink sweater dan rok berwarna krem itu. Ia melihat senyuman terukir di bibirnya. Itu scene membahagiakan dari film yang mereka tonton. Sebelumnya ekspresi Vankasa sangat tegang, Yutarvin bahkan sadar bahwasannya gadis itu lupa untuk menarik nafas karena scene film yang menegangkan terputar di depan. Lalu saat pergantian ekspresi tegang Vankasa menjadi sebuah senyum manis disana.. hatinya menghangat.

Ia ikut senang dapat melihat gadis itu tersenyum walau tak dapat melihat bagaimana film itu bergerak. Ia melihat bagaimana Vankasa dengan sangat nyaman menonton film itu. Walau tetap saja, ia masih dapat melihat secercah kekecewaan disana. Vankasa sangat hebat, ia menutup hal itu dengan sangat rapi.

I Can(t) See You | YUTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang