2

3.1K 528 24
                                    

Ray membaca berkas yang di bawa Bimo kepadanya.
"Sudah kau selidiki?" Tanya Ray

"Sudah tapi menemui jalan buntu" Ucap Bimo

"Sial, aku jauh-jauh kemari kenapa malah buntu. Selidiki terus, aku gak mau tahu. Itu harta milik Smith yang sudah di curi, aku harus bisa menemukannya kembali" Ucap Ray

"Baik tuan, saya akan terus menyelidikinya" Ucap Bimo

Bimo kemudian pergi meninggalkan Ray sendiri. Ray menatap lurus ke depan sambil terus berpikir. Dia sedang membantu keluarganya untuk mendapatkan harta leluhur Smith yang sempat hilang. Terakhir kali orang kepercayaannya mengatakan bahwa benda itu berada di Indonesia.

Handphone Ray berbunyi dan itu dari Lizbeth. Ray tersenyum karena mamanya menghubungi dia. Dia tahu mamanya selalu khawatir padanya tapi Ray berjanji bahwa dia akan baik-baik saja.  Setelah Lizbeth tenang dan yakin anaknya aman maka Ray memutuskan sambungan telepon. Dia akan bekerja kembali menjual bakso bersama Venya. Lumayan hitung-hitung bisa lebih dekat dengan gadis itu.

Ray segera menuju ke rumah Venya dengan motor matic milik Bimo. Ray tidak akan menunjukkan pada Venya siapa dirinya. Lebih baik dia tahu Ray sebagai pria bule yang tidak memiliki apapun.

Sesampainya di rumah Venya, Ray segera menyiapkan gerobak bakso untuk berjualan.

"Wah awal juga kau datang?" Tanya Venya

"Iya, aku kan kerja jadi harus serius" Jawab Ray

Kali ini Venya memperhatikan Ray yang menggunakan kaos, celana pendek dan sendal jepit. Tidak berbeda dengan penampilan Ray kemarin.

"Cuci nih mangkok bakso" Perintah Venya

Ray berjongkok dan mencuci mangkok bakso yang ada. Venya menahan tawanya saat melihat Ray dari belakang. Bagaimana tidak, Ray terlalu tinggi sehingga jika dia berjongkok pun terlihat tetap besar dan tinggi. Rambut panjang Ray diikat dan dia mencuci mangkok bakso. Ray dengan teliti mengelap mangkok itu setelah di cuci dan menyusunnya di gerobak.

"Wah Ray, udah datang ya" Ucap Yuni
"Udah makan belum?" Tanya Yuni

"Belum bu, langsung ke sini" Ucap Ray

"Ayo makan dulu, setelah itu baru mulai jualan dengan Venya ya" Ucap Yuni

"Iya bu" Ucap Ray.

"Kamu bisa makan nasi gak?" Tanya Yuni.
"Saya masak sayur asem dengan ikan asin nih" Ucap Yuni

"Saya akan mencobanya bu" Ucap Ray.

Yuni dan Venya duduk di lantai dan Ray mengikuti mereka. Tubuh Ray terlihat lebih besar dari ibu dan anak itu. Ray melihat Yuni dan Venya mengambil nasi dan lauk serta makan menggunakan tangan sambil mengangkat satu kaki mereka.

"Ayo nak makan" Ucap Yuni.

"Ngapain bengong, makan ntar lapar gak kuat dorong gerobak" Ucap Venya

Ray mengambil piring dan mengambil sedikit nasi kemudian dia mengambil sayur asem dan ikan asin. Ray mulai mencoba makanan itu dan wajah Ray langsung berubah karena merasakan sayur asem yang pedas dan asem serta ikan asin yang asin. Ray mengambil air minum dan segera minum.

Venya tertawa puas saat melihat wajah Ray yang seperti itu.
"Ma, nih bule gak bisa makan" Ucap Venya

"Aduh nak Ray, ya udah jangan di paksa. Ini makan roti aja aja ya" Ucap Yuni sambil memberikan roti.

Ray segera mengambil roti itu dan memakannya. Lebih baik roti ini daripada makanan di piring itu. Ray hanya memperhatikan Venya dan Yuni makan dengan lahap.

RAY (Smith Family)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang