[5] Orang Misterius, Untuk Ava

3.9K 401 13
                                    

"INI BARU JAM SATU SIANG! KENAPA KAMU UDAH PULANG? DIHUKUM? GARA-GARA NILAI LAGI?!" teriak Leyna saat Ava masuk rumah.

Ava mematung. Jawab jujur atau bohong tetap saja Mamanya tidak akan percaya.

"Huh! Kamu kira Mama gak malu punya kamu? Kamu kira Mama gak capek? Dasar anak gak tahu diuntung! Coba kayak kakakmu itu loh, pintar, dapat beasiswa lagi! Kamu bisa tidak sih, sehari... aja bawa kabar baik dari sekolah. Pusing Mama mikirin kamu! Syukur sekarang Papa belum pulang, kalau ada habis kamu ditangan Papa!" Leyna mendengus seraya melemparkan vas di dekatnya. Tak peduli pecahan pas itu menggores tumit anaknya.

Setelah Leyna sudah hilang dari pandangannya, Ava berjalan menuju kamarnya dengan lesu. Dia sudah biasa menerima ini. Pun dengan rasa sakit akibat beling. Saking terbiasanya, dia sudah mati rasa.

Setelah sampai di kamar, Ava merebahkan dirinya. Hari ini sungguh melelahkan. Dia menatap boneka beruang merah muda di ujung kasur. Perlahan dia mengambilnya. Menatapi kedua biji yang berperan sebagai mata boneka, lalu membawanya ke dalam dekapan.

"Sa-sampai kapan Ava harus hidup begini?" ucapnya parau pada boneka yang diam membisu.

"Bo-bodoh! Bodoh! Bodoh! Bodoh!" Ava jadi teringat pada seseorang yang memberikan boneka ini.

"Ke-kenapa dulu aku gak pernah na-nanya siapa kamu? Ha-harusnya aku mengenalmu. Ke-kenapa dulu kita cuman manggil 'teman'? Harusnya dulu aku gak sebodoh itu untuk tahu namamu hiks."

Ava terisak. Hanya satu hal yang bisa membuatnya menangis.

Yaitu... rasa rindu.

"Kamu siapa?..."

<>

"Oke anak-anak, silahkan mengerjakan ulangannya," suruh Bu Cay selaku guru bahasa Inggris.

"Baik bu..." Sahut seluruh murid menurut. Satu persatu mulai mengerjakan soal.

"St! Inget, kayak biasa! Awas aja kalau lupa!" Aurel berbisik kepada Ava.

Ava menghela napas berat. Mencoret namanya di kertas ulangan, dan menggantinya dengan nama Aurel.

Bel istirahat berbunyi setengah jam kemudian.

"Oke anak anak-anak, silahkan kumpulkan hasil ulangan kalian." Perintah bu Cay.

Semua murid bergegas berdiri dan menuju bangku guru untuk mengumpulkan hasil kerjanya. 

Aurel langsung mengambil lembar ulangan milik Ava, dan menukarkan dengan miliknya.

"Thanks!"  celetuk Aurel pergi mengumpulkan kertas itu dengan senyum lebar.

Raut wajah Ava berubah sedih saat melihat lembar ulangan yang kini berada di tangannya. Avarin Linderella A yang tertera di nama.

Lagi-lagi dapat nilai jelek karena Aurel.

Kelas mulai sepi setelah bu Cay pergi dengan kertas yang Ava kukumpulkan. Hampir seluruh murid pergi ke kantin.

Ava tidak lapar, jadi dia memutuskan membuka buku pelajaran.

Memang, Ava sadar hasil jeripayahnya ini tidak akan ada yang menghargai. Namun setidaknya, karena belajar bisa membuat otaknya lebih fresh dengan diri jauh lebih bahagia. 

Entah kenapa, tapi Ava suka ilmu.

"HADUUUH, PENGEN YANG SEGER-SEGER NIH, TAPI MALES BANGET DEH KE KANTIN," ujar Aurel sengaja dikeraskan. Menaruh kaki ke atas meja dengan kepalanya di ujung kursi, belagak seperti penguasa kelas.

PelukWhere stories live. Discover now