EPILOG

5.7K 317 34
                                    

"Wah... bunganya bagus banget!" girang seorang gadis sambil memetik sebuah bunga dari ribuan bunga yang ada di sana. Sesekali rambut panjangnya diterpa angin pantai menambah kesan anggun dalam dirinya.

Lelaki di sampingnya mengambil alih bunga itu.

"Nah kalau gini kan tambah cantik," ucap lelaki itu lembut setelah menyelipkan bunga di telinga sang gadis.

Si gadis tersipu.

"Oh ya, kamu ngapain bawa aku ke sini?" tanya si gadis seraya melihat sekitar. Dari jauh dia bisa melihat ombak halus yang menari-nari. Kawasan seluas ini, hanya kaki mereka berdua yang berpijak.

"Ada deh..." lelaki itu malah berlari menjauh.

"IIII VARREEELLL!" Gadis itu terpaksa ikut mengejar sang kekasih.

"Wle wlee! Gak bisa kejar aku!" ejek Varrel.

Sang gadis yang tak lain tak bukan adalah Ava, mulai merasa tertantang. Dia tambah mempercepat langkahnya, sampai terlihat pasir-pasir putih ikut berterbangan mengakhiri tapakkan kaki mereka.

"VARREL! IH TUNGGUUU!" Ava terus berjuang untuk menangkap Varrel. Ya walaupun energinya masih kalah kuat.

Varrel tertawa. Meledek gerakan Ava yang bisa terbilang lambat. Saking lelahnya tertawa, Varrel memberhentikan langkahnya dengan merunduk menggenggam lutut. Ngos-ngosan dan tawa bercampur jadi satu.

Ava juga langsung memberhentikan langkahnya di samping Varrel. Posisinya sama, namun yang membedakan hanya wajah gadis itu yang merengut.

Mereka bisa merasakan aliran air pantai yang menerpa kaki mereka.

"Pantainya indah," gumam Ava spontan.

"Iya, indah kayak kamu."

Ava menahan senyuman. Tapi beberapa detik kemudian dia menyerah juga karena saking tersipunya.

Varrel berdiri, berkacak pinggang. Matanya memicing melihat matahari yang unjungnya telah tenggelam di laut.

"Kamu lihat matahari itu?" tunjuk Varrel.

Ava ikut menegakkan badannya, melihat matahari di sana. "Iya, matahari sore yang bagus."

"Matahari itu seperti kamu. Kuat, tegar, gak kenal lelah. Apapun yang terjadi, matahari gak akan lelah menyinari dunia. Memperlihatkan senyum-senyuman orang yang dicintai, menyuburkan dunia, menjadi saksi semua orang menjalani hidupnya.

"Aku harap, kamu selalu seperti itu sampai nanti," ucap Varrel sambil tersenyum.

"Terus... kalau kamu jadi bulannya. Yang selalu setia menemani orang-orang hingga terlelap," lanjut Ava.

"Bisa." Varrel mengangguk. "Kalau kamu kangen aku, kamu tatap aja bulan. Aku selalu ada di situ."

Ava menatap wajah Varrel yang tambah tampan jika disinari cahaya mentari. "Kenapa aku harus capek-capek natap bulan? Orang yang aku cari sudah ada di samping ku kok."

"Sini deh." Varrel menggandeng tangan Ava menjauhi perairan. "Aku mau kasih kamu sesuatu." 

Kemudian Varrel memberhentikan langkahnya.

"Sesuatu?"

"Hadiah."

"Wih!" Seketika wajah Ava langsung sumringah.

"Kamu mau?"

"Mau lah! Apalagi yang kasih kamu, tambah tambah mau!"

"Tapi kamu harus tutup mata dulu." Varrel mengeluarkan seutas kain dari kantongnya.

PelukWhere stories live. Discover now