☆ disappointed

317 67 5
                                    

seungmin melamun di atas kasurnya, pikirannya berkecamuk. kenapa kisah cintanya harus rumit  seperti ini?

sudah dua hari lamanya ia memblokir nomor hyunjin, dan selama itu pula ia tidak bertemu dengan pemuda itu.

seungmin marah, sedih, tapi dia sudah terlanjur jatuh cinta pada hyunjin. ia harus apa?

“dek, ada yang nyamper tuh!” seru kak dahyun dari luar kamar.

seungmin bangkit dari kasurnya, ia segera keluar dari kamarnya.

“siapa?” tanya seungmin.

“siapa sih namanya? hyujin?” jawab dahyun, “nggak tau ah,” lalu perempuan itu masuk ke dalam kamar.

seungmin merutuk dalam hati, “ngapain sih dia ke sini?”

dengan terpaksa seungmin membuka gerbang pintu rumahnya, benar saja, ada hyunjin di sana. di atas motor sport hitam lamanya, dan jangan lupa dengan luka di pelipis serta ujung bibirnya.

“h-hyunjin? ngapain?” tanya seungmin.

“seungmin,” ucap hyunjin, pemuda itu turun dari motor.

seungmin berjalan mundur, “jangan deket-deket!” serunya, “kamu mau apa, hyun?” tanya seungmin.

“min, dengerin gue, ini semua salah paham.” kata hyunjin.

“s-salah paham apanya? bahkan san ngasih buktinya ke aku, hwang hyunjin! kamu cuma jadiin aku bahan taruhan!” kata seungmin dengan suara seraknya.

“san bohong, sebenernya nggak begitu. tolong percaya sama gue,” ucap hyunjin sambil mencoba menggapai tangan seungmin, namun pemuda manis itu menghindar.

“aku udah terlanjur kecewa sama kamu,” ucap seungmin, “jangan pernah temuin aku lagi ya?” lanjutnya.

hyunjin menggeleng, “nggak seungmin, ini semua salah paham!” seru hyunjin, suaranya meninggi.

seungmin tersentak, lalu ia segera masuk dan mengunci gerbang rumahnya. telinganya seakan menuli, ia terlanjur kecewa.

hyunjin sampai di rumah dengan keadaan kacau, wajahnya lebam –bahkan hatinya juga– matanya bengkak karena menangis di jalan.

seumur-umur yeji belum pernah melihat hyunjin menangis karena masalah cinta, terakhir ia melihat saudaranya itu menangis di sidang perceraian orang tuanya lima tahun lalu.

“hwang hyunjin, lo kacau banget.” ucap yeji.

hyunjin tidak menghiraukan adiknya, ia memilih berjalan terus menuju kamar.

dengan cepat yeji menahan hyunjin, mengambil sesuatu dari saku jaket kulit hyunjin.

“itu spy cam punya siapa?” tanya hyunjin.

“punya gue lah, mahal nih.” jawab yeji, “gue bakalan ngasih ini ke seungmin besok.” lanjutnya.

hyunjin menatap yeji, “kapan lo naruh itu di jaket gue?” tanya hyunjin.

“tadi pas lo mau pergi, oh iya, ini kali keduanya gue naruh ini di jaket lo.” jawab yeji sambil menaik turunkan alisnya.

“ck, elah. makasih.” jawab hyunjin, senyum tipis terpatri di wajahnya.

yeji memegang bahu hyunjin, ia menatap saudaranya lekat-lekat.

“lo tenang aja, semuanya bakalan beres.” ucap yeji, “gue bakalan ngasih dua bukti ini ke seungmin, gimana? pinter kan gue?” tanya yeji.

hyunjin terkekeh, ia mengangguk kecil.

yeji tersenyum, “gitu dong, senyum. jangan murung terus di rumah.” ucapnya, “sana lo mandi, habis itu gue obatin lukanya.” sambungnya.

hyunjin mengangguk, baru kali ini ia menurut pada adiknya.

kalau diingat-ingat, terakhir kali seungmin merasa kecewa itu waktu ayahnya membuang dirinya bersama bunda dan kak dahyun.

membuang dalam artian meninggalkan keluarganya demi menikah lagi dengan perempuan yang tak lebih indah dari batu kali.

sekitar tiga tahun yang lalu, saat seungmin duduk di kelas 3 smp. butuh waktu lama untuk membangkitkan percaya diri dan sembuh dari stress yang menghinggap tiba-tiba.

ia menghela napasnya, merasa kasihan dengan dirinya sendiri. baru pertama kali jatuh cinta tapi malah dipermainkan seperti ini.

seungmin jadi takut untuk jatuh cinta lagi.

“ternyata bener, jatuh cinta nggak semenyenangkan itu.” gumam seungmin.

ah malangnya anak manis ini, semoga keberuntungan segera datang  kepadamu ya.

banyak sekali jumlah
silent reader
di sini ya, hahahah ♡

jalan panglima | hyunminWhere stories live. Discover now