9: Pasukan gila |S1 (Revisi)

4.6K 884 260
                                    

Happy reading!

***

Hari terus berlalu. [Name] menjalani hari-harinya seperti biasa meski ada beberapa rangkaian yang hilang. Seperti ejekan Ellie disetiap paginya, decihan James dan ujaran semangat Eren tentang membasmi titan. Ellie telah meninggalkan [Name] untuk selamanya. James masih menjaga jarak darinya dan Eren sudah diserahkan kepada pasukan pengintai.

Namun, malam ini adalah malam di mana masing-masing fraksi akan mempromosikan fraksi mereka untuk membuat para prajurit baru tertarik untuk bergabung. [Name] melangkahkan kedua kakinya beriringan bersama Mikasa dan Armin memasuki sebuah lapangan di mana di hadapannya sudah ada sebuah panggung yang akan dipakai untuk para komandan mempromosikan fraksi mereka.

[Name] menghentikan langkahnya. Berdiri di samping Armin dan James. Meski James terlihat semakin tertutup dan menjaga jarak dari [Name], tetapi, James tetap selalu berada di sisi [Name] ketika berbaris.

Di lapangan ini sudah dipenuhi oleh hampir 200 prajurit baru angkatan 104 minus Eren dan yang telah gugur. [Name] tampak menundukkan kepalanya. Kedua tangannya sudah bersembunyi di balik saku celananya.

Meski hari-harinya sudah berjalan seperti biasa. Namun, suasananya sangat berubah. Terlebih suasana diantara dirinya dan James. Entahlah. [Name] pun sengaja tidak menegur James karena ingin memberikan pemuda itu waktu untuk menenangkan pikiran.

Tak lama, seorang pria berambut pirang dan beralis tebal melangkah memasuki panggung. Karismatik pria itu menguar bersamaan dengan tubuh tingginya yang berhenti tepat di tengah panggung. Lantas [Name] mendongak, memperhatikan pria berkarisma tersebut.

Pria yang tak lain adalah Erwin membuka perkataannya dengan sebuah salam tegas. Membuat semua prajurit menyahuti salamnya. Sejenak [Name] terpaku dengan Erwin. Memperhatikan pria itu yang mulai membuka promosinya dengan segala rangkai kalimat gila.

Erwin menjelaskan jika siapa pun yang bergabung dengan pasukan pengintai maka orang tersebut harus siap mati. Tidak ada jaminan hidup yang jelas. Kematian selalu mengiringi ketika berhadapan dengan titan. Membuat setiap prajurit yang mendengarnya merasa gentar akan kalimat yang Erwin lontarkan.

"Untuk kalian! Jika kalian tertarik silahkan menetap dan jika kalian tidak tertarik silahkan meninggalkan lapangan ini!" Erwin berteriak dengan lantang. Menatap setiap deretan prajurit.

[Name] yang sudah mendengarkan perkataan Erwin tampak bingung. Kedua matanya membelak horor. Pikirannya memikirkan segala kemungkinan terburuk dan baik jika ia bergabung dengan pasukan pengintai. Selama ini impian [Name] adalah bergabung dengan polisi militer bukan dengan pasukan pengintai. Namun, demi mengwujudkan mimpi Ellie [Name] siap mengorbankan impiannya.

[Name] menghela nafasnya untuk mengontrol dirinya. Ia seberusaha mungkin untuk mengontrol kedua kakinya yang agar tidak bergerak pergi meninggalkan lapangan yang ia pijaki saat ini. [Name] tampak melirik James melalui ekor matanya. Pemuda itu tetap datar dan tetap pada pendiriannya. James tetap memutuskan untuk bergabung dengan pasukan pengintai.

"Kenapa kau tidak meninggalkan lapangan ini?"

Lantas [Name] tersentak ketika mendengar pertanyaan James. [Name] menoleh dan menatap pemuda itu. Lalu di detik selanjutnya [Name] kembali menatap ke arah depan. Kedua matanya menatap kelam ke arah Erwin yang memperhatikan satu persatu prajurit yang mulai meninggalkan lapangan.

"Kau, Mikasa, Eren, dan Armin berharga bagiku. Begitu juga dengan mimpi Ellie," jawab [Name] sekenanya.

"Mimpi Ellie?"

"Pasukan pengintai, kebebasan, dan lautan. Aku akan mengwujudkan mimpinya."

[Name] dan James sama-sama terdiam usai [Name] menjawab pertanyaan James. Untuk [Name] atau pun James mereka berdua sama-sama terpaku pada posisi masing-masing. Ellie. Kepergian gadis itu membuat sebuah kesenggangngan di dalam hubungan persaudaraan [Name] dan James.

𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌𝐒 𝐀𝐍𝐃 𝐆𝐎𝐀𝐋𝐒 || AOT Where stories live. Discover now