20: Fidelity (part 1)

635 63 1
                                    

Tetsuya kecil terbiasa dininabobokan oleh dongeng pengantar tidur.

"Akhirnya pangeran dan putri menikah, lalu hidup bahagia."

Kuroko Kasumi adalah pencerita handal. Sesi dongeng-mendongeng setiap malam itu selalu berhasil mengantarkan Tetsuya bermimpi indah. Imajinasi anak lima tahun itu sudah melambung tinggi. Tak hanya kuda putih ataupun pedang bersepuh emas, Tetsuya kecil sudah paham gambaran pangeran pemberani yang ideal—pangeran juga perlu baju zirah yang terbuat dari besi, supaya tahan gempuran dan tusukan tombak. Dengan begitu, ia tak terkalahkan.

"Tetcuya juga mau jadi pangelan."

"Tecchan mau jadi pangeran? Hmm, tapi apa Tecchan berani? Pangeran tidak boleh penakut lho. Tecchan saja belum berani pipis sendiri."

"Mulai cekalang Tetcuya akan belajal pipis cendili. Cupaya bica pakai baju beci dan pelgi menolong cang puteli."

Kasumi tersenyum mendengar penjelasan anak kesayangannya yang tampak berapi-api.

"Memangnya siapa yang mau Tecchan selamatkan?"

"Tentu caja cang puteli. Dia pasti menunggu kedatangan Tetcuya."

"Hmm, ada di mana gerangan sang putri itu?"

"Di benteng yang telcembunyi. Dikawal naga yang becal dan jahat. Bica menyembulkan api. Tetcuya halus pakai baju beci cupaya tidak telbakal."

"Astaga. Kasihan sekali putri itu. Kalau begitu, Tecchan harus cepat-cepat menyelamatkannya!" Kasumi ikut terbawa suasana. Dongeng darinya pun seketika berlanjut jadi dongeng versi Tetsuya. Bocah rambut biru mengangguk mantap. Pipi setebal persik ikut bergoyang seiring gerakan kepala. Semangat juang terpantul dalam bola mata biru besar. Siap menjelma jadi pangeran sesungguhnya.

"Dengan apa Tecchan akan mengalahkan naga itu?"

"Ibu jangan khawatil. Tetcuya punya volpal swad dan kuda putih yang ada cayapnya."

"Fufufu ... Tecchan masih ingat saja cerita Alice yang memenggal Jabberwock dengan pedang sakti Vorpal Sword." Kasumi bergumam setengah berbisik. Nyaris tertawa. Tetsuya kecil ingat setiap dongeng yang ia senandungkan. Alice dalam negeri ajaib adalah salah satu cerita favorit anak kesayangannya.

"Tetcuya pasti bica menolong puteli yang dikulung!"

"Iya, iya. Ibu yakin Tecchan akan jadi pangeran yang hebat. Tapi, sudah waktunya Tecchan untuk tidur. Kalau kurang tidur nanti pangeran gagal berkonsentrasi membunuh naga, lho."

Bocah lima tahun sigap masuk ke balik selimut. Menarik sendiri kain katun berbusa itu hingga sebatas leher. Kedua mata cepat-cepat dipejamkan. Bersemangat menyambut mimpi indah yang akan menghampiri.

"Tecchan tidak ingin pipis lagi sebelum tidur?"

"Un!" Tetsuya menggelengkan kepala dengan mata terpejam. "Tapi nanti Tetcuya pipis cendili." Lanjutnya sambil tetap memejamkan mata. Kasumi tersenyum sumringah. Mencium kening mulus itu sebelum mematikan lampu kamar anaknya adalah rutinitas yang tak pernah lupa dilakukan. Sebelum pintu kamar itu tertutup pun, Kasumi masih sempat melambaikan tangan pada malaikat kecilnya yang siap bermimpi.

"Tunggu aku puteli, aku akan datang."


***


Seijuurou kecil selalu merasa dirinya terpenjara.

Rumah mewah tempatnya tinggal memang tidak dilapisi semak belukar yang berduri, tapi entah kenapa pertahanan itu tak pernah bisa ditembusnya. Seijuurou selalu gagal melangkahkan kaki keluar. Tak pernah menghirup udara luar sebebas anak-anak seusianya yang mulai berlarian kesana-kemari. Tak diizinkan pula bermandikan sinar matahari berlebihan. Tubuhnya tak boleh tersentuh polusi ataupun debu. Tidak boleh ada satupun hama yang menghinggapi pangeran kecil ini.

OST 1  [ Kuroko no Basuke ] Donde viven las historias. Descúbrelo ahora