Chapter 3: Ujian Rekomendasi

4.9K 979 214
                                    

Seminggu sudah aku belajar dengan tekun agar dapat diterima di U.A. Momo nee-san kadang membantuku untuk mengajariku beberapa pelajaran yang tidak aku mengerti. Dengan cepat, aku mampu menghafal huruf-huruf kanji bahkan seluruh kosa kata Jepang. Setiap hari aku menghafal semua materi kurikulum Jepang secara otodidak.

Untuk quirk, aku mengembangkan quirk menggunakan referensi dari anime Naruto. Kalian tahu anggota Akatsuki yang perempuan bernama Konan? Kemampuannya sama denganku. Aku menggabungkan kelebihan quirk dengan pencak silat. Aku juga berlatih untuk mengubah tubuhku menjadi kertas.

Beberapa kali aku mencoba membuat sayap dari kumpulan-kumpulan kertas atau sekadar membuat kupu-kupu kertas yang hidup. Lumayan menyulitkan. Tapi aku berhasil mengubah tanganku menjadi kertas dan membuat kupu-kupu kertas yang hidup. 

Karena akibat dari quirkku, staminaku akan mudah sekali habis. Itulah mengapa aku berlari keliling kota setiap harinya. Sambil menghafalkan materi-materi yang aku pelajari, aku berlari dan membuat staminaku menjadi bertambah.

Saat hari ujian tiba, Momo nee-san mengantarku ke U.A. Kami disambut oleh Present Mic dan aku langsung dibawa ke ruangan. Present Mic yang mengawasi ujianku memberiku kertas soal dan aku langsung mengerjakannya. Memang beda dengan yang dikerjakan Momo nee-san. Tapi setidaknya, aku mengerti seluruh isi soalnya.

Kurang dari dua puluh menit, aku menyerahkan kertas ulanganku pada Present Mic membuat guru U.A itu terkejut karena 70 soal berhasil aku taklukan dalam waktu yang sangat singkat. Aku lalu berlanjut ke yang berikutnya. Tes fisik.

Aku harus melewati seluruh rintangan yang ada. Beruntung karena sering parkour, aku jadi akan lebih mudah mengatasinya. 

"Mulai."

Midnight yang mengawasi tes fisik ini memulai tesnya. Aku berlari dengan cepat dan menggunakan quirkku untuk membuat jalanan baru lalu melipat menjadi beberapa shuriken agar mengatasi beberapa jebakan yang dipakai. Ini sangat berbeda dengan tes yang dilakukan Momo nee-san. Tapi tak masalah. Aku berhasil finish dalam waktu yang cukup memuaskan.

"Bagus sekali [Name]-san. Waktu yang bagus untuk tambahan rintangan daripada yang sebelumnya kakakmu lewati. Kau punya refleks dan insting yang bagus." puji Midnight. 

Aku hanya mengangguk. Berikutnya wawancara dengan kepala sekolah. Aku cukup terkejut saat tahu Nezu adalah setengah beruang dan tikus. Dan di pandanganku, dia cukup menggemaskan. Nezu bertanya mengenai latar belakangku dan quirk yang aku punya. Dia juga bertanya mengenai para hero dan villain di Indonesia.

"Meski negara kami merupakan negara terkaya, tapi seolah kami masyarakatnya berada dalam kemiskinan. Villain-villainnya pun kebanyakan adalah utusan orang-orang kaya atau pejabat pemerintah yang tamak akan kekuasaan. Akibatnya, pro-hero semakin sedikit dan peraturan mengizinkan pihak keamanan menggunakan quirk menjadi pembeda negara kami."

"Begitu ya? Lalu bagaimana dengan sekolah khusus pahlawan? Apakah tak ada yang mau menjadi pahlawan sehingga sekolah hanya memiliki murid yang sedikit?"

"Sebenarnya tidak juga." Aku menggelengkan kepala. "Jangankan banyaknya murid, sekolah khusus pahlawan saja tidak ada. Seluruh tanahnya telah dimonopoli oleh mereka yang serakah. Alhasil, banyak orang yang menjadikan villain pekerjaan yang menguntungkan daripada menjadi seorang pro-hero."

"Wah, benar-benar mengerikan. Pertanyaan terakhir Yaoyorozu-san. Apa tujuanmu menjadi seorang hero?" tanya Nezu.

Aku tersenyum. "Anda dengar sendiri kan dari mulut saya bahwa jangankan jumlah murid, sekolahnya saja tidak ada. Itulah tujuanku menjadi seorang pro-hero. Setelah aku berhasil menjadi pro-hero, aku akan pulang ke negaraku. Berbicara dengan para pejabat pemerintah dan membangun sekolah untuk para calon pro-hero. Aku ingin, Indonesia seperti Jepang. Punya para pro-hero yang dibanggakan. Sejauh ini pro-hero kami masih puluhan. Tapi, saat nanti aku kembali, aku akan membuat ratusan--ah tidak--ribuan pro-hero yang bisa dibanggakan semua orang. Aku akan membantu para pro-hero disana sekaligus mengajar anak-anak muda berbakat agar mau ke jalan yang benar. Dan mungkin dapat menggulingkan para pejabat yang serakah dan dapat membuat kedamaian kembali ke negara kami."

Nezu tersenyum senang. "Bukankah kau terdengar seperti All Might saat berbicara seperti itu?"

Aku tertawa. "Kau benar. Meski bagiku, dia masih lebih baik daripada diriku. Aku ingin dunia tahu bahwa Indonesia sama amannya dengan negara-negara lainnya. Indonesia yang sekarang hanya terkenal akan kekayaannya yang berhasil mengambil alih hampir seluruh pasar dunia. Aku ingin Indonesia juga terkenal dengan pro-heronya."

"Intinya, aku ingin menghasilkan para pro-hero berbakat yang bisa membanggakan nama negeri kelahiranku." jawabku.

Nezu bertepuk tangan senang. "Jawabanmu akan aku rekap untuk pertimbangan. Baiklah, sudah selesai wawancaranya. Kau boleh pulang sekarang, Yaoyorozu-san."

Aku mengucapkan terima kasih lalu pamit keluar dari ruangan. Tinggal menunggu hasilnya dan aku akan menerima apapun itu.

***

Sudah dua hari sejak ujian dilakukan. Setiap hari aku terus belajar dan melatih quirk untuk menghilangkan rasa gugupku. Meski okaa-sama dan Momo nee-san berusaha untuk menenangkanku dengan cara yang lain, tapi belajar satu-satunya penghilang rasa gugupku. 

"Tadaima!"

Aku langsung berlari ke pintu depan. Momo nee-san baru saja pulang dari sekolahnya. "Okaeri. Eh, apa yang kau bawa di tas itu?" tanyaku.

Momo tersenyum. "Kalau kau ingin tahu, ayo ke ruang keluarga. Okaa-sama juga harus tahu lho." jawabnya penuh misteri.

Aku hanya mengangkat bahu. Momo nee-san membawaku ke ruang keluarga. Okaa-sama tengah menonton televisi sambil meminum teh. 

"Ah Momo-chan, sudah pulang. Bagaimana?"

Nee-san tersenyum. "Seratus persen. [Name] kemari."

Aku menghampiri Momo nee-san dan okaa-sama. Kakak angkatku itu membuka isi tasnya lalu menyerahkan sebuah amplop putih padaku. "Ini dari kepsek Nezu. Dia bilang hadiah atas perjuanganmu dalam mengerjakan ujian."

Aku menerima amplop tersebut dan membuka isinya. Sebuah benda lingkaran aku keluarkan dari dalam amplop. Benda tersebut aku letakkan di atas meja dan munculah sebuah video hologram dimana kepsek Nezu menyapaku. Dia memberikan sepatah dua patah lalu memberikanku ucapan selamat karena aku diterima di U.A di kelas 1-A. 

Senyuman mengembang di wajahku saat tahu akhirnya aku lulus dalam ujian masuk. 

"Selamat [Name]!" Momo nee-san memelukku erat. Dia lalu menyerahkan tas tambahan yang tadi ia bawa. Aku mengeluarkan isi tas tersebut. Satu set seragam perempuan U.A. Aku melompat senang. Akhirnya aku dapat masuk ke sekolah impianku.

"Selamat ya [Name]-chan. Okaa-sama bangga padamu. Makan malam nanti, kita adakan perayaan untukmu. Ah ya, otou-sama harus segera diberitahu. Dia pasti akan sangat bangga padamu."

Aku mengangguk. 

Momo nee-san menjelaskan bahwa tadi dia dipanggil oleh Nezu ke ruangannya. Kepala sekolah itu memberitahukannya tentang kelulusanku dan memberiku amplop serta seragam. Aku akan mulai bersekolah besok di kelas yang sama dengan Momo nee-san.

Rasanya aku sudah tidak sabar.

***

Origami | BNHA X READER [COMPLETED]Where stories live. Discover now