11. Rencana

14.6K 1.8K 71
                                    

Vote dan komennya ya manis, apresiasi dari kalian.

selamat malam. untuk typo, sekali lagi, maap :)

and, enjoy it <3

———

Sudah hampir dua minggu Renjun membekam di pulau yang jauh dari jangkauan manusia itu. Sepanjang hari kerjanya hanya bermain bersama Shotaro, membantu Jungwoo atau bertengkar dengan Jeno yang berujung dengan suara tangis dari dirinya.

Untuk ukuran orang dewasa, kegiatan Renjun terbilang menyenangkan, tidak perlu bekerja keras, hanya perlu menurut dan Renjun bisa bernapas dengan tenang.

Tapi, semua itu bukanlah kemauan dirinya, dinamakan liburan juga bukan, karena jika ditelisik lebih jauh, Renjun hanya seperti manusia selundupan, yang disembunyikan oleh orang gila untuk dimanfaatkan.

Jeno memang memberinya banyak hal di sini, dan tidak membiarkan dirinya kesepesian juga.

Namun, Lee Jeno tetap masih sebrengsek itu, dia masih akan melakukan apapun seenaknya kepada Renjun. Bahkan tak jarang lelaki Lee  itu menikmati tangis Renjun di dalam kukungannya.

Jangan berpikiran yang tidak-tidak dulu, Renjun masih belum tersentuh, dia masih murni perjaka, dan semoga saja tetap begitu sampai dia bisa kabur dari Jeno.

Pasalnya Jeno masih suka mengancam Renjun untuk memperkosa submisif mungil itu.

"Sedang memikirkan apa?" tanya Jungwoo yang kini ikut duduk di ayunan samping Renjun.

Tadinya, ayunan itu tidak ada, tapi Renjun iseng mengajak Shotaro untuk membuatnya bersama, hitung-hitung mengisi waktu luang. Ternyata tak jarang Jungwoo atau pun Sungchan, bahkan Jeno suka duduk di sana.

Seperti saat ini, Renjun duduk di ayunan yang dia buat, dan Jungwoo yang duduk di ayunan buatan Shotaro.

Jangan tanya pemuda Jepang itu ada di mana sekarang, karena Renjun juga tidak tahu.

"Tidak ada Hyung, hanya bosan." jawab Renjun sekenanya.

Jungwoo mengangguk, "memang membosankan, tapi setidaknya di sini tenang."

Apa yang Jungwoo katakan benar, pulau itu memang tidak terlalu buruk, menenangkan, tapi tidak untuk Renjun yang terasa terkurung.

Hening menghampiri mereka beberapa saat, membiarkan semilir angin pantai mengambil alih, menyapu wajah mereka dengan halus, juga suara ombak yang seakan menjadi melodi alam paling indah.

"Kau tidak betah ya di sini?" tanya Jungwoo dengan wajah yang menatap lurus ke depan.

Renjun menunduk, lalu mengangguk sambil tersenyum kecut.

Kini kepala Jungwoo beralih untuk menatap lelaki mungil itu.

"Maaf tidak bisa membantumu."

Renjun menggeleng, "bukan salah Hyung, memang dasarnya Lee Jeno itu bresengek."

Lelaki Kim itu terkekeh, "cuma dirimulah, orang di pulau ini yang berani memaki seorang Lee Jeno."

"Untuk apa takut padanya." kata Renjun sarkas.

"Mau kupanggilkan?" goda Jungwoo.

Renjun langsung menggeleng ribut, "jangan Hyung, aku belum mau mati."

"Kau ini lucu sekali." kata Jungwoo sambil mengusak surai halus Renjun.

"Em.. Hyung, boleh aku bertanya sesuatu?"

Jungwoo mengangguk, "tentu."

"Hyung ini, berperan apa dalam hidup Jeno?" tanya Renjun penasaran.

I Will Not Let You Go [NOREN]✓Where stories live. Discover now