18. Kissing in the Car

5.7K 693 103
                                    

"Kamu tidur gih. Udah malam ini. Kasian baby-nya diajak begadang," ujar Akbar dengan tangannya yang masih mengelus perut Shanum. Tak terasa sekarang ini sudah pukul setengah dua belas malam, karena rupanya mereka menghabiskan banyak waktu untuk mendengarkan cerita Akbar.

"Heem, Abang juga."

"Iya." Akbar merengkuh Shanum agar semakin rapat ke dalam pelukannya. Bibirnya kembali mengecup puncak kepala Shanum yang tentu saja membuat istrinya itu tersenyum dengan pipi merona. Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk segera tidur karena memang sudah mulai mengantuk. Mereka tidur berpelukan dengan bibir yang sama-sama melengkungkan senyum manis.

Baik Akbar maupun Shanum akhirnya bisa tidur dengan nyenyak karena sudah saling terbuka. Perasaan mereka sama bahagianya sebab mengetahui kalau ternyata keduanya saling mencintai. Akbar berjanji kalau ia akan selalu berusaha untuk membahagiakan Shanum dan tidak akan membuat istrinya itu menangis. Setelah Shanum melahirkan nanti, ia juga akan melakukan akad ulang untuk menghalalkan Shanum sebagai istrinya.

"I love you." Setelah membisikkan kalimat itu, Akbar pun benar-benar memejamkan matanya agar segera tidur.

***

Elya dan Faisal cukup dibuat kaget ketika melihat kedatangan Akbar dan juga Shanum untuk sarapan bersama. Keduanya saling pandang sebab sempat melihat tangan Akbar yang melingkari pinggang Shanum mesra. Apalagi wajah anak dan menantunya itu pun tampak berseri-seri dan memancarkan aura kebahagiaan.

"Pagi, Ma, pagi, Pa," sapa Akbar dengan senyum di bibirnya yang tentu saja membuat kebingungan Elya semakin bertambah.

"Pagi. Tumben-tumbenan wajah kamu cerah banget pas pagi-pagi begini, Bar? Bukan cuma kamu aja sih, Shanum juga keliatan gitu," ujar Elya to the point menyuarakan keheranannya. Akbar dan Shanum yang mendengar itu hanya mengulas senyum.

"Emangnya gak boleh kalo kami ngerasa bahagia?"

"Bahagia gimana?" tanya Elya semakin penasaran. Ia menatap putranya untuk meminta penjelasan. Beberapa detik kemudian Elya sempat terdiam manakala Akbar mengangkat tangan kanan Shanum ke atas meja dan menggenggamnya.

Akbar masih tersenyum ketika ia menggenggam tangan Shanum yang ada di atas meja makan. Kepalanya menoleh ke samping untuk menatap Shanum sekilas dengan senyum yang masih terpatri di bibirnya. Kemudian barulah ia beralih menatap papa dan mamanya yang tampak diam dan menerka-nerka. "Aku sama Shanum sudah menerima pernikahan kami ini, Ma. Dan aku juga akan menikahi ulang Shanum setelah nanti dia melahirkan. Kami berdua akan menjadikan pernikahan ini sebenar-benarnya pernikahan seperti yang kalian inginkan," jelas Akbar dengan senyum simpulnya.

""Serius?"

"Iya, Ma. Kami ngelakuin ini karena kami saling mencintai. Iya 'kan, Sayang?"

Shanum hanya mengangguk malu ketika Akbar kembali menatapnya seraya membawa pergelangan tangannya tadi ke bibir untuk dikecup. Sementara Elya menutup mulutnya tak percaya sekaligus bahagia. Hingga akhirnya ia bangkit dari kursinya dan langsung memeluk Shanum. "Mama senang banget ngedengarnya. Terima kasih ya, Sayang."

Elya melepaskan pelukannya dari Shanum dan juga memeluk Akbar sekilas. Setelah itu pun ia kembali ke tempat duduknya semula untuk melanjutkan sarapan mereka yang tertunda.

"Papa juga ikut senang mendengarnya, Bar. Karena kami memang berharap pernikahan kalian ini akan berhasil. Tapi ngomong-ngomong sejak kapan kamu sadar sudah mencintai Shanum?" tanya Faisal ingin tahu.

"Rahasia dong, Pa," sahut Akbar seraya terkekeh. Ia menatap Shanum dengan kerlingan matanya yang membuat wajah Shanum kembali merona. Sementara orang tuanya hanya tertawa. Mereka tak mempermasalahkan sejak kapan Akbar mulai mencintai Shanum, karena yang terpenting itu keduanya sudah saling mencintai.

Unpredictable WeddingOnde histórias criam vida. Descubra agora