Part. 2

47 4 0
                                    

𝗕𝗘𝗥𝗧𝗘𝗠𝗨 𝗣𝗘𝗡𝗗𝗔𝗞𝗜 𝗠𝗜𝗦𝗧𝗘𝗥𝗜𝗨𝗦 𝗞𝗘𝗧𝗜𝗞𝗔 𝗧𝗘𝗥𝗦𝗘𝗦𝗔𝗧 𝗗𝗜 𝗚𝗨𝗡𝗨𝗡𝗚 𝗟𝗔𝗪𝗨 𝗧𝗔𝗛𝗨𝗡 𝟮𝟬𝟬𝟮

Part. 2

Pagi yang cukup cerah berhias kicau burung-burung liar membangkitkan semangatku untuk segera memulai pendakian ini. Meski semalam sempat diguyur hujan cukup deras, tapi kami tetap terlelap dengan nyaman dan aman. Tenda yang kami gunakan cukup efektif memberikan perlindungan terhadap cuaca itu. Parit yang kubuat mengelilingi tenda beberapa saat setelah tenda berdiri juga berfungsi dengan baik mengalirkan air hujan menjauhi tenda kami.

Usai sarapan kami membereskan seluruh perlengkapan pendakian kami, menatanya dengan rapi di dalam ransel kami yang masing-masing berukuran 60 liter. Sebagian barang sengaja tidak kami masukkan di dalam ransel. Kami hendak menitipkan barang tersebut di posko pendakian, karena kami merasa tidak akan menggunakan barang tersebut selama pendakian. Barang tersebut baru akan kami gunakan usai kami menuruni gunung ini.

Segala persiapan telah selesai, kami pun datang ke posko untuk menitipkan barang sekaligus berpamitan kepada petugas dan meminta restu supaya pendakian kami berhasil dan selamat hingga kembali turun.

"Kalian hati-hati, sepertinya kalian nanti tidak akan bertemu pendaki lain karena kemarin yang datang hanya kalian saja. Tapi kalau orang-orang yang mendaki untuk ritual mungkin masih ada. Mereka biasa menetap agak lama di atas. Dan ingat, jangan langgar pantangan" pesan petugas posko.

Kami mendengarkan dengan seksama setiap perkataan dari beliau. Kami pasti selalu mengingatnya dan selalu berusaha untuk menjaga sopan santun serta tidak melanggar pantangan di sini. Terlepas nyata atau pun mitos, kami memilih patuh dan menghormati aturan serta pantangan di setiap tempat yang kami datangi. Bukan bermaksud terlalu mempercayai, tapi kami sadar bahwa kami datang sebagai tamu, dan selayaknya kami menghormati aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh tuan rumah.

Usai berdoa yang dipimpin oleh petugas posko, kami memulai perjalanan pendakian kami. Cuaca pagi ini cukup cerah, semoga saja sepanjang perjalanan pendakian hingga turun besok cuaca akan selalu bagus seperti ini. Begitulah salah satu harapan kami. Tetapi jika nantinya yang terjadi tidak seperti harapan kami, kami pun harus bersiap.

Langkah demi langkah kami ayun dengan pasti. Semangat kami masih membara dan terus kami jaga seperti itu. Setidaknya dengan semangat dan harapan yang terus terjaga, jika terjadi hal buruk kami tetap memiliki daya untuk bertahan hidup dan selamat.

Secara umum perjalanan pendakian kami lancar tanpa suatu rintangan berarti. Menjelang sore kami telah sampai di pos 4. Ketika kami hendak melanjutkan perjalanan usai beristirahat sejenak, tiba-tiba langit berubah menjadi pekat. Perlahan namun pasti awan kelabu menutup hamparan biru berhias putih di atas sana. Sejenak aku menengadah. Ada sedikit rasa mengganjal dalam hatiku. Entah apa, aku sendiri bingung untuk mendeskripsikannya.

"Aneh, padahal cuaca cerah lalu tiba-tiba berubah mendung dan hujan adalah hal biasa di gunung. Apalagi di musim seperti ini. Tapi kenapa sekarang aku merasa seperti ketakutan" gumamku pelan.

"Gimana mas?" Tanya kevin ketika menyadari aku bergumam sendiri.

Kevin memang memanggilku "mas" karena usia dia lebih muda 4 tahun dari aku.

"Gak pa2, Vin. Kita lanjut aja sambil nanti kita lihat sikon. Kalau cuaca berubah dan dirasa gak aman, mending kita cari lapak nge-camp aja" sahutku tak mau membuatnya gusar.

"Manut mas" jawabnya santai.

Usai melahap sedikit tanjakan agak curam lepas dari pos 4, kami tiba di jalan mendatar. Lumayan nih bonus, batinku. Tak lama kami sampai di sebuah mulut goa yang arahnya menjorok seperti masuk ke dalam jurang. Di sebuah batang pohon di depan mulut goa tersebut tertancap sebuah penanda bertuliskan "JOLOTUNDO". Aku berhenti sejenak lalu membuka selembar kertas yang diberikan petugas posko kemarin usai kami registrasi.

"Ini goa Jolotundo, Vin. Jadi bentar lagi kita sampai di pos 5. Mulai dari sini kayaknya trek-nya udah enak" ucapku pada Kevin sambil menunjuk peta pendakian di tanganku.

"Ini goa kayaknya serem ya mas" ucap Kevin.

"Serem gimana maksudmu?" Tanyaku.

"Tuh banyak sesajen, mas. Apalagi di dalam tuh banyak banget" ucapnya sembari menunjuk ke dalam goa.

"Bukannya sejak dari bawah tadi kita udah sering ketemu sesajen ya, vin? Di batu gede, bawah pohon, pinggir jalur. Gunung ini memang terkenal kental mistisnya, vin" ucapku.

"Iya sih, mas. Tapi kayaknya goa ini beda deh. Ga tau deh. Aku ga paham soal begituan, mas" sambungnya diakhiri tawa kecilnya.

Aku hanya tersenyum mendengar ucapan Kevin. Tapi entah kenapa tiba-tiba aku merasa seperti ada dorongan untuk melihat dan memperhatikan ke dalam goa. Beberapa saat aku tetap memperhatikan susunan batu-batu dan tumpukan sesajen yang kurasa jumlahnya memang tidak sedikit. Hingga aku sedikit terperanjat ketika tiba-tiba muncul bayangan melintas di dekat tumpukan sesajen itu. Entah bagaimana menggambarkannya, bayangan itu bukan berbentuk manusia atau pun hewan, tapi seperti asap yang menggumpal cukup pekat bergulung-gulung dengan jumlah tidak banyak dan bergerak cepat. Sesekali bayangan itu berhenti di depan sesajen, lalu bergerak lagi kesana kemari hingga kembali berhenti. Tepat ketika bayangan itu berhenti yang terakhir kalinya aku merasa seperti ada mata yang memperhatikanku. Lalu tak lama bayangan itu kembali bergerak sangat cepat menuju ke arahku dan menabrak badanku lalu hilang entah kemana. Aku sangat kaget hingga sempat mundur beberapa langkah mendekati bibir jurang di belakangku.

"Awas mas.." teriak Kevin sembari menyambar tanganku.

Aku langsung tersadar. Entah benda atau makhluk apa yang menabrakku tadi. Yang jelas aku merasakan energi yang cukup besar.

"Ada apaan mas?" Tanya Kevin

"Gak pa2, Vin. Aku kaget aja tadi tiba-tiba ada angin dingin. Kamu ngerasain juga gak? Kayaknya sebentar lagi hujan ini." Ucapku tak mau membuat Kevin takut.

"Iya sih mas. Bener ini kayaknya mau hujan. Trus gimana ini mas" jawab Kevin.

"Kita lanjut aja. Target sampai pos 5 aja dulu. Di sana kita orientasi aja. Kalau gak aman kita nge-camp aja." Ucapku

"Siap mas" jawab Kevin.

Kami pun melanjutkan perjalanan. Dan saat ini aku merasa seperti diikuti dan diperhatikan oleh "sesuatu". Entah apa itu.

Benar saja, sampai pos 5 hujan pun turun. Tak perlu banyak pertimbangan, kami langsung mencari lapak dan mendirikan tenda. Kami memutuskan malam ini kami menginap di sini.

Semalaman di pos 5 nanti akan menjadi malam yang cukup panjang. Banyak kejadian aneh kami alami di sini.

Bersambung dulu...

Jika tidak keberatan, mohon bantu subscribe Channel Youtube saya :
https://youtube.com/user/loopdreamerlooped
Terima kasih 🙏

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 17, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BERTEMU PENDAKI MISTERIUS KETIKA TERSESAT DI GUNUNG LAWU TAHUN 2002Where stories live. Discover now