[22] Tears

798 135 1
                                    


"Let me go."

.
.
.
.



Sekarang aku berada di depan rak buku yang berjejer. Mataku berusaha sedetail mungkin untuk mencari buku yang di perintahkan Soobin tadi.

"Aku rasa ini?" aku menarik buku itu dan membukanya. Setelah aku baca beberapa halaman, aku rasa ini adalah jawaban yang tidak bisa dua orang itu temukan.

Sudah kubilang, aku ini tidak bodoh. Aku hanya tidak mau menyombongkan kemampuanku. Aku bahkan bisa mememukan jawaban ini kurang dari sepuluh menit.

Aku kembali membaca beberapa halaman lagi untuk sekedar memastikan. Tiba-tiba,

"Mwoya igeo?"

Aku langsung memegang telingaku saat ada orang yang menyentuh alat pendengaranku. Ini agak terasa sakit, rasanya seperti ada orang yang sedang berteriak sangat kencang saat orang menyentuhnya.

Aku lalu menoleh pada orang itu, "Ya! Michianya?"

"Woah! Woah! Calm down. Aku hanya ingin tahu apa yang ada di telingamu itu."

Hyujin lagi. Sekarang dia berani seperti itu karena dia tidak sedang sendiri. Tapi dengan gerombolannya. Pengecut memang.

Tangannya lalu mendekat ke area telingaku, "Boleh aku lihat?"

Aku segera menepis tangannya dengan buku tebal yang aku ambil tadi, "Jangan pernah coba-coba menyentuhku."

"Wae-yo? Aku penasaran dengan benda di telingamu itu." Hyunjin tetap menelisik pandangannya untuk berusaha melihat benda itu.

Dari situ perasaanku mulai tidak enak. Aku mencium bau-bau perundungan disini. Ia lalu menegakkan tubuhnya sambil menatapku, "Jankkaman. Sepertinya aku pernah lihat benda itu."

Ia lalu memajang wajah berpikir, "Bukankah itu alat yang biasa di gunakan penderita tuna rungu?" wajahnya mendekat di depanku sambil berbisik, "Jangan bilang kalau orang sok jagoan ini tuli?"

Aku menelan tegukku kasar. Manik mataku bertemu dengan mata Hyunjin. Rahangku mengeras bersamaan gigi bawah ku yang mulai bergesekan karena geram.

Tapi tidak, jangan terpancing emosi. Aku tidak sedang ingin terpancing emosi hanya karena aku di hina seperti itu. Aku tidak boleh sakit hati.

Lagi pula telingaku tidak tuli dari lahirkan? Aku sebenarnya anak yang normal jika tidak di tampar ayahku waktu itu.

"Apakah diammu mengartikan kalau itu benar? Benar-benar tuli?"

Teman sebelahnya lalu maju satu langkah ke sebelah Hyunjin, "Apakah kau tidak tahu bos? Jika anak tuli itu biasanya juga bisu. Jadi kemungkinan anak ini juga punya gangguan bicara."

HAHAHAHA!

Ucapannya barusan mengundang gelakan tawa dari teman-teman belakangnya.

"Woah! Majja! Majja! Ha ho ha ho! Dasar tuli!" Hyunjin tertawa keras setelah mempraktekkan gaya yang mirip yang berkebutuhan khusus.

Sekarang dadaku malah terasa berdenyut nyeri saat tawa mereka semakin keras. Mataku berpencar menatap wajah orang orang yang tengah tertawa lebar itu. Tenggorokanku sekarang menjadi semakin sakit saat berusaha menelan napasku sendiri.

(✓) MY DAD MONSTER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang