Cinta Tak Seharusnya Memiliki

1 1 1
                                    

"APA!" Natasya terkejut mendengar ucapan dari Nayla. Matanya justru menatap seseorang yang menatap tajam bundanya.

"apa maksud bunda, sampai kapanpun Yudha tetap di Indonesia." rengek Yudha.

"bunda ingin kamu sembuh," ucap Nayla.

" kalo bunda ingin Yudha sembuh. Biarin Yudha tetap disini. Sahabat-sahabat Yudha 'lah yang membuat Yudha tetap bertahan sampai sekarang." kekeh Yudha.

"bunda tetap ingin kam~' ucap Nayla terhenti.

"berhenti, Yudha tetap disini." ucap Yudha menolak.

Natasya mengejar Yudha yang pergi dengan perasaan kesal. Vinia dan Ardan menyusul kedua sahabatnya.

terlebih Ardan yang notabene adalah seorang dokter, tak akan pernah mengambil resiko.

"Yudha  berhenti," titah Ardan.

"sampai kapan gw tetap disini Nat?" ucap Yudha lirih.

"katanya lo sayang sama gw, lihat gw!" Natasya menarik tangan Yudha, dan keduanya akhirnya bisa saling bertatap mata.

" kapan gw bilang kalo lo gak berarti buat gw. Lo sendiri yang bilang klo masalah itu dihadapi, bukan dihindari." ucap Natasya.

" tau apa lo soal masalah gw." tanya Yudha.

"Yudha Diam! atau gw gak akan pernah ingin kenal lo lagi." ancam Natasya.

Pemuda itu menghentikan kembali langkahnya. Mungkin benar, jika ucapan gadis dibelakangnya itu dia lakukan. Untuk apa kehidupan abadi sekalipun tanpanya.

"apa yang mau lo omongin lagi." tanya Yudha.

"gw mau lo berobat ke Jerman, kalo perlu besok." titah Natasya.

"untuk apa," tanya Yudha bingung.

"hidup bersama gw." ucap Natasya penuh harap.

" haha, lucu lo Nat. Ngapain lo mau sama gw yang penyakitan." ketus Yudha.

" justru lo penyakit buat gw Yudha. Mata lo, wajah lo,  bahkan kasih sayang lo yang buat gw gak bisa jauh dari lo. gw sayang sama lo, dan gw mau lo sembuh." ucap Natasya menyemangati.

"Apa lo udah ngobrol banyak sama Ardan?" tanya Yudha penasaran.

"gak penting soal itu, tapi akhirnya gw sadar kalo cuma lo buat gw nyaman." ucap Natasya tulus.

Yudha tak menjawab semua kalimat-kalimat manis yang terucap dari bibir ranum Natasya. Matanya merah seakan sebuah kristal bening siap meluncur dari kelopak matanya.

" jangan karena kasihan Nat,  gw gak sanggup kalo loe benar-benar sekedar kasihan." ucap Yudha lirih.

trang!

Yudha meninggalkan Natasya dan berlari sejauh mungkin. Setiap benda yang tak bersalah ia tendang dan bahkan di injak-injak untuk meluapkan segala emosi yang menggebu.

air itu bahkan meluncur tanpa izin dari sang pemiliknya. pemuda itu bahkan  hanya manusia lemah, tak ada yang salah jika laki-laki menangis karna wanita. Bahkan seorang wanitalah berkorban nyawa demi putra dan putrinya.

"maafin Yudha bun? tapi jarak yang akan terjadi antara aku dan Natasya, akan membuat keadaan Yudha semakin buruk." ucap Yudha kecewa.

tangisannya semakin pecah, saat matanya tak sengaja melihat dua sejoli yang saling mengasihi dan menyayangi.

"kenapa harus mencintai dalam pilihan Nat? gw mau loe cinta sama gw karna lo sayang sama gw." tanya Yudha lalu melangkahkan kaki kemanapun dan sebisa kakinya berjalan. Meski malam semakin larut dan jam dipergelangan tangannya menunjukan pukul 03.50 wib. Hampir pagi dan tak lama azan subuh berkumandang.

(ONSHOT) Malaikat Pelindung Natasya (END✔️) Where stories live. Discover now