9. Post to post

61 13 8
                                    

"Gimana kalo kita taruhan aja? Kalo yang Pak Dion panggil itu gue, elo harus beresin semua sampah ini begitu pula sebaliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gimana kalo kita taruhan aja? Kalo yang Pak Dion panggil itu gue, elo harus beresin semua sampah ini begitu pula sebaliknya. Gimana?" usulku.

Di sekitar tenda kami memang cukup banyak sampag berserakan. Namun kami semua sepakat untuk membereskannya saat akan pulang nanti. Jadi hanya akan satu kali beres-beres.

"Enggak ah," tolak Iyan.

"Penakut lo," ejek Disa.

"Yaudah oke, iya," jawab Iyan terpaksa.

Aku dan Iyan pun menghampiri Pak Dion.

"Kamu mau ke mana? Yang saya panggil Iyan aja kok," jawab Pak Dion.

Aku langsung tertegun, berarti aku salah dengar. Memalukan, Niaaan!

"Dia nganter saya, Pak," jawab Iyan. Ia menoleh padaku lalu tersenyum. Desiran panas pun terasa menghangat di pipiku.

"Kayak bocah aja di anter-anter. Tapi nggak papa deh. Nanti kan bakalan ada post to post. Trus nanti kalo di post ada yang bertanya tentang kinerja saya dalam membimbing, kasih testimoni yang bagus, ya," bujuk Pak Dion.

Huh curang! Dia bimbing alakadaranya tapi mau dikasih testimoni yang bagus.

"Iya, Pak," jawab Iyan sopan.

"Bilang pada anggota yang lain, ya," suruh Pak Dion. "Udah itu aja, kalian boleh kembali."

Aku dan Iyan kembali menghampiri teman-teman sekelompokku. Aku terus saja merutuki nasibku, sekarang aku harus membersihkan semua sampah itu sendiri. Iya, sendirian!

Saat sampai, teman-teman langsung terlihat penasaran.

"Siapa yang salah?" tanya Disa heboh.
Aku tertunduk dan membuka mulut hendak bicara.

"Gue," jawab Iyan. Ia lekas mengambil kantung sampah dan memunguti sampah tersebut. Aku berdongak lalu menatap ke arahnya. Kenapa dia berbohong? Padahal aku yang salah.

"Gue berubah pikiran," seruku. "Gue batalin pertaruhan itu. Setelah gue pikir-pikir, ini kan sampah kita, harusnya kita semua yang beresin."

Aku langsung membantu Iyan memunguti sampah. Kulihat Iyan sempat berhenti dan menatap heran ke arahku, tapi aku menghiraukannya.

"Iya, Nian bener," jawab Satria. Ia bangkit dan membantu kami memunguti sampah. Setelah itu Syeira juga membantu. Lalu semuanya kecuali Disa juga ikut membantu.

"Kalian aja, ya," tutur Disa masih enggan bangkit.

"Eh, ayo cepet!" Musa menarik lengan Disa.

"Iya deh iya." Disa juga turut membantu walaupun terlihat terpaksa. Akhirnya tak butuh waktu lama kami pun selesai. Kami kembali diam dan menunggu arahan dari Pak Dion untuk pergi ke lapangan.

Sembari menunggu, aku dan Iyan pun memberitahu yang lain bahwa kita harus memberikan testimoni yang bagus tentang Pak Dion.

Kini semuanya tampak sibuk dengan kegiatan masing-masing. Mungkin ini waktu yang tepat untuk aku berbincang bersama Syeira.

Kita Yang Tersesat [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang