4

2.4K 157 2
                                    

❤️❤️❤️
Selamat membaca....


Sebulan kemudian
Hoek...hoek...
Suara orang muntah terdengar di kamar mandi seorang Big Bos. Ya Farhat saat ini sedang mengeluarkan semua sarapannya, sudah tiga hari ini Farhat sering mual di pagi hari dan penciumnannya lebih sensitif, Farhat yang jarang ngopi jadi doyan ngopi pahit. Ada apa dengan Farhat??

Setelah kepergian Lina dari pelukan sang Big Bos, Lina masih bekerja di perusahaan Seikh Apparel, Farhat dan Lina bersikap seolah tidak ada apa-apa, tidak pernah menjadi siapa-siapa, meskipun Lina berharap lebih, dan merindukan sentuhan Farhat dia tidak akan melemparkan dirinya di pelukan Farhat lagi, begitu juga dengan Farhat, yang melihat Lina dan berhasrat tidak mungkin dia meminta Lina kembali dan menjilat ludahnya sendiri.

***

"Mbuatin kopi siapa mb, kok gak pakai gula?" Tanya Lina kepada Marisa sekretaris Farhat saat bersamaan di pantri membuat kopi.

"Pak Farhat, minta di buatin kopi yang hitam tanpa gula, aneh dech pak Bos biasanya gak suka kopi, tiga hari ini minta kopi hitam tanpa gula, padahal tiap pagi munta-munta dia, malah minum kopi" ya Marisa tak segan segan ngrumpiin Bosnya tiap di pantri atau kantin, padahal bosnya tipikal privasinya tidak sukan di bicarakan, eh si Marisa malah ngumbar.

"Pak Farhat sakit mbak??" Tanya Lina sedikit khawatir dengan mantan suaminya.

"Iya kalau pagi Lin, muntah gitu, dan sering sensi kayak orang hami. Eh... Jangan-jangan bu Anita hamil..., Tapi kapan buatnya ya, pak Bos di sini, bu Bos di Mumbai... Aah mungkin pak Bos masuk angin aja Lin.. maklum lama di anggurin.." kelakar Marisa sembari berlalu keluar dari pantri dan meninggalkan Lina dengan pikiran yang berkecamuk.

"Hamillll...... Tidak mungkin". Bisik Lina pelan.

***

Setelah pulang kerja Lina bergegas ke apotek dan membeli lima jenis test pect berbeda. Sebenarnya lina tak sabar mencoba namun ada anjuran pakai di gunakan saat bangun tidur.

"Tidaaaakkk... Ini. Tidak boleh ....." Suara dari dalam kamar mandi,
Ya Lina menagis saat keesokan paginya dia mencoba semua testpect yang dia beli menunjukan positiv.

Setelah lelah menangis, Lina kembali mensugesti dirinya sendiri, bahwa ini kehendak Allah, anak yang di titipkan ke dia adalah anugrah, tidak boleh di tolak

"Maafkan mama ya nak... Kamu anugrah terindah mama, janji ya kamu sehat di dalam sana, kita akan hidup besama" bebrapa kali Lina mengusap perutnya yang rata. Dia bertekat untuk tidak memberi tau Farhat soal kehamilannya, karena farhat tidak menginginkan itu. Jadi Lina akan membesarkan anaknya sendiri.

Saat Lina bersiap-siap untuk berangkat kerja tiba-tiba handphonnya berdering dan ada nama disitu
"Bos..." Bisiknya pelan

"Assalamualaikum... Iya pak ada yang bisa saya bantu??"

".."

"Bbbakk lah nanti akan saya bawakan"

Setelah menutup sambungan telponnya, Lina tersenyum dan mengusap perutnya

"Sepertinya papamu nyidam nak" sambil tersenyum riang Lina menyiapkan bekal roti bakar buatannya untuk Farhat, tadi Farhat meminta Lina untuk membawakan roti bakar, karena Farhat sangat ingin memakan roti bakar buatan Lina.

Padahal yang hamil Lina yang nyidam malah Farhat, pantas saja Lina tidak menyadari kehamilannya karena yang muntah dan nyidam itu Farhat.

***

Sesampainya di kantor Farhat kembali menelpon Lina agar mengantarkan Rotinya langsung ke ruangan Farhat.

Tok tok..

"Masuk"
Lina langsung masuk dan menyerahkan kotak bekal makanan ke meja Farhat.

"Duduklah Lin, temani aku sarapan." Pinta Farhat yang melihat Lina sangat kaku, pasalnya setelah mereka berpisah baru kali ini mereka di pertemukan hanya berdua.

"Kamu masih istriku, aku belum menceraikanmu, duduklah." Mata Lina membulat dan seperti tidak percaya dengan penuturan Farhat kalau dia belum mengucap talak untuknya.

"Kenapppa??" Tanya Lina ragu.

"Karena... Aku masih ingin menjadi suamimu" jawab Farhat dengan mulut penuh roti. Farhat nampak seperti orang kelaparan, dan bila di perhatikan farhat lebih kurus.

"Anda sakit?" Tanya Lina lagi.

"Kemarin sempat sakit, tapi sepertinya hari ini kau bawakan sarapan badanku tersa lebih baik".

Farhat terus menatap Lian seolah ingin menjadikan Lian sarapnnya. Lina ingin sekali memeluk lelaki yang masih menjadi suamminya, namaun dia sadar diri. Setelah Sarapan Farhat selesai Lina membawa kotak makanan dan bergegas keluar saat Marisa datang ke ruangan Farhat.

***

Pulang kerja Lina menyempatkan belanja kebutuhan rumah dan juga susu hamil, Lina sangat antusiaa dengan kehamilannya.

Saat di kasir tiba-tiba ada yang memanggilnya
"Lina kamu membeli susu hamil??"

30 Hari Untuk SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang