IV : Mind Your Own Bussiness

618 101 21
                                    

"Kau sangat mabuk."

Jeongyeon mendecakkan lidahnya mendengar suara lelaki itu. "Dan kau sangat menyedihkan."

Taehyung hanya tertawa sinis. Ia mencoba mengabaikan gadis setengah sadar disampingnya dan memusatkan kembali pandangannya pada gelas wine didepannya. Ia mengambil dan menggoyang-goyangkan gelas kaca yang ada ditangan kirinya tersebut secara perlahan. Menghirup aroma khas dari Sauvignon Blanc sebelum meminumnya.

"Aku tahu kau sangat menyedihkan bahkan saat pertama bertemu. Matamu mengatakan semuanya," kata Jeongyeon sambil menunjuk-nunjuk kearah mata Taehyung.

"Begitu?" tanya Taehyung sambil mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum miring. Bahkan sekarang ia mulai tertarik dengan omong kosong gadis tersebut.

"Kau seperti kehilangan sosok yang begitu berharga. Kau pasti putus dengan kekasihmu, bukan? Atau kau ditinggal menikah oleh kekasihmu? Ah, aku tahu. Kau pasti putus dengan kekasihmu dan ditinggal menikah."

Taehyung meringis. "Apa kau sedang membicarakan diri sendiri?"

Jeongyeon berdiri dari kursinya kemudian mendekat ke arah lelaki itu dan mencengkram kemejanya. "Bagaimana kau tahu?"

***

Jeongyeon segera tersadar dari lamunannya ketika orang disebelah kirinya beranjak dari kursi. Hampir saja ia tidak turun di pemberhentian tujuannya. Sedikit berlari ia menuju pintu keluar bus.

Gadis itu berhenti diseberang toko kue bergaya klasik. Ia menengadah menatap langit senja sebelum menyebrangi jalan.

Lonceng kecil diatas pintu berbunyi nyaring saat ia mendorong pintu untuk masuk. Ia memilih bangku di pojokan dan menyebutkan pesanannya pada pelayan toko yang datang menghampirinya.

Sementara menunggu pesanannya datang, Jeongyeon memilih memperhatikan lalu lalang orang yang melintas di trotoar dari balik kaca toko. Ia menghela napas panjang saat mengingat kejadian siang tadi. Hari yang begitu panjang dan sangat melelahkan.

Jeongyeon hampir terjatuh dari bangkunya saat melihat seseorang sudah berada didepannya dan pesanannya juga sudah tiba. "Sejak kapan kau duduk disana, Yerin-ah?"

Seorang gadis yang sedang menopang dagu dan duduk dihadapan Jeongyeon tidak menjawab apapun. Matanya menyipit memperhatikan wajah Jeongyeon dengan seksama. "Kau habis mengalami hal buruk, ya?"

"Kau memang ahli membaca raut wajah seseorang, Yerin-ah."

"Kupikir kau ingin menemuiku karena ingin memberi kabar baik secara langsung. Ternyata tidak seperti itu. Mau menceritakannya padaku? Siapa tahu aku dapat membantumu, Jeongyeon-ah."

Jeongyeon tersenyum mendengar hal itu. "Kau sudah banyak membantuku, Yerin-ah. Aku kemari karena merindukanmu."

Yerin menatap Jeongyeon tidak percaya. "Benarkah? Aku yakin kau sedang tidak baik-baik saja."

"Benar. Aku datang karena rindu."

"Baiklah, aku tidak akan memaksamu untuk bercerita kalau kau tidak mau," ucap Yerin lalu memotong Tiramisu Cream Pie pesanan Jeongyeon. "Ngomong-ngomong, aku senang mendengar ada seseorang yang merindukanku."

***

Penerangan yang hanya tersisa di lantai satu rumah itu ada di bagian dapur. Gadis itu baru saja tiba di rumah pada pukul sembilan lebih seperempat. Badannya terasa lelah dan kepalanya seperti berputar-putar.

Langkah kakinya terhenti saat seseorang menghalangi jalannya. "Minggir!" teriak Jeongyeon ke arah lelaki dihadapannya. Ck, benar-benar lelaki brengsek. Ia sudah sangat kelelahan tetapi masih juga diganggu.

Rules of Love (TAMAT)Where stories live. Discover now