VIII : Hey, Trouble!

612 97 15
                                    

"Nde, Eomma. Aku baru pulang dari asrama Ryujin... Arraseo, Eomma juga... Jangan terlalu banyak bekerja... Istirahat dan jangan lupa minum vitamin."

Jeongyeon membuka pintu rumah sambil sebelah tangannya memegang ponsel ditelinga kiri. Sudah hampir jam sembilan malam ia kembali dari luar. Masih berbicara dengan Ibunya di telepon, Jeongyeon pun tersenyum. "...Baiklah, Eomma. Sampaikan salamku pada Appa juga."

Taehyung yang sedang duduk dihadapan layar televisi yang tidak menyala di ruang tengah itu membuat Jeongyeon menghentikan langkahnya secara tiba-tiba. Itu bukan pertama kalinya bagi Jeongyeon melihat Taehyung memandanginya dengan wajah tanpa ekspresi seperti itu. Ia hanya belum terbiasa saja.

"Kau membuatku sangat terkejut," aku Jeongyeon sebelum ia melangkah pergi dari ruang tengah menuju dapur.

Taehyung bergeming ditempatnya. Ia mengalihkan perhatiannya dari gadis itu kepada kotak ayam goreng yang hampir setengahnya sudah habis. Kemudian, tangan kirinya mengambil kaleng minuman soda yang berada tepat disebelah kotak ayam goreng tersebut.

Saat gadis itu kembali dari dapur dan hendak menaiki tangga, Taehyung mengatakan sesuatu hingga Jeongyeon kembali menghentikan langkahnya.

"Kau sudah mulai bekerja di bimbingan belajar itu?"

Jeongyeon menatap ke arah lelaki bersuara rendah tersebut. "Nde. Aku tetap akan bekerja disana walaupun kau melarangnya. Persetan dengan aturan yang sudah-"

"Aku tidak akan melarangmu," sela Taehyung sebelum gadis itu sempat menyelesaikan kalimatnya. "Sebagai gantinya, jangan mencari lembar perjanjian itu lagi. Biarkan saja hubungan kita seperti ini sesuai perjanjian hingga berakhir dua tahun kemudian."

Jeongyeon menatap tidak percaya lelaki itu. Ia benar-benar tidak mengerti kenapa lelaki itu bersikap lain dari biasanya. Ah, sudahlah. Badannya sudah lelah setelah mengajar di bimbingan belajar sejak siang dan pergi ke asrama adiknya, Ryujin. Ia tidak terlalu ambil pusing karena hal itu juga menguntungkan bagi Jeongyeon.

"Arraseo," jawab Jeongyeon sebelum ia melangkah kembali menuju kamar tidur.

***

Taehyung memperhatikan gadis itu menyeka air mata yang ada di pipinya. Baru saja tadi ia melihat gadis tersebut menangis, sekarang ia mulai tertawa.

"Ah, aku menyadari kalau aku memang menyedihkan."

Taehyung mendengus. "Bagus kalau kau menyadarinya. Jadi, apa rencanamu selanjutnya?"

Atas dasar apa ia menanyakan hal tersebut pada gadis yang baru ditemuinya dua kali itu, Taehyung sendiri tidak tahu. Kepalanya mengatakan masa bodoh terhadap masalah gadis itu, tetapi hatinya berkata sebaliknya. Taehyung menyesali perkataannya diakhir kalimatnya.

Gadis itu menatapnya dengan kilatan marah yang begitu kentara. "Aku akan menunjukkan pada lelaki bedebah itu dan wanita penyihirnya kalau aku tidak menyesal sedikitpun setelah dikhianati mereka."

Setelah jeda sejenak untuk meneguk cairan merah di gelas kaca tersebut, gadis itu kembali melanjutkan. "Aku, Yoo Jeongyeon, akan membuktikan kepada mereka kalau aku lebih bahagia."

Taehyung sangat yakin tingkat kewarasan gadis itu menghilang seiring menipisnya kesadaran akibat terlalu banyak meminum alkohol.

"Bagaimana kau melakukan itu?"

Atau mungkin tingkat kewarasan lelaki itu yang mulai menghilang? Untuk kesekian kalinya, Taehyung tidak mengerti jalan pikirannya sendiri. Ia juga memiliki banyak masalah sehingga datang ketempat seperti ini. Tapi kenapa ia tidak bisa berhenti bertanya pada gadis itu seolah ia begitu peduli?

Rules of Love (TAMAT)Where stories live. Discover now