Bagian 38

7.3K 772 4
                                    

Gadis yang tubuhnya kian mengurus itu memasuki kelasnya. Sekarang adalah mata pelajaran Bu Sinta.

"Ibu mau nanyain sesuatu sama kalian satu persatu. Dimulai dari kursi paling depan," ujar bu Sinta pada murid-muridnya.

Bu Sinta menanyai satu persatu anak muridnya seperti, jika sudah lulus nanti mau kuliah dimana? Cita-citanya apa?

Dan kini yang terakhir, giliran Hana karena Hana duduk paling belakang dan paling ujung.

"Hana kalo udah lulus nanti kamu niat kuliah?" tanya Bu Sinta.

Hana menggeleng. Setahunya, untuk menjadi seorang pramugari tidak perlu kuliah, hanya butuh ijazah SMA. Tapi seisi kelas menertawainya, bahkan Al, Manda dan juga Vika ikutan. Setelah sudah satu tahun lebih ia tidak merasakan orang-orang menertawainya, kini ia merasakannya kembali.

"DIAM!" bentak bu Sinta. Sedangkan Hana menundukkan kepalanya.

"Hana bisa jelasin kenapa Hana gak ingin kuliah?" tanya bu Sinta.

Hana perlahan menegakkan kepalanya. "Hana ingin langsung kerja aja, Bu."

Sontak seisi kelas Hana menertawainya lagi. Bahkan banyak yang melontarkan kata-kata tak enak padanya.

"Tamat SMA mau kerja apaan?"

"Haha... Dia mau kerja nguli kali!"

"Daripada nguli mending open b* biar cepet kaya!"

Hana berusaha mati-matian untuk menahan air matanya dan kini kepalanya kembali menunduk. Perkataan yang dilontar-lontaran teman sekelasnya sangatlah mengiris hatinya.

Al yang ikut tertawa mendengar tuturan teman-temannya langsung melunturkan tawa itu saat melihat Hana tengah menunduk dengan mata yang memerah. Al baru ingat dengan Hana yang menceritakan sesuatu padanya dulu. Tentang Hana, si gadis malang.

BRAK!

Pukulan meja Bu Sinta mampu membuat anak muridnya terkejut dan terdiam akan tawaannya.

"KALIAN KETERLALUAN! DENGERIN DULU PENJELASAN HANA BARU BICARA!"

"Hana, kenapa milih kerja daripada kuliah?" tanya bu Sinta lembut.

Hana masih tertunduk menahan air matanya menjawab, "Hana m-mau jadi pramugari, Bu."

Seisi kelas tertegun atas jawaban Hana. Bahkan mereka tidak kepikiran sampai ke situ. Yang ada di pikiran mereka, jika rendah tamatan sekolahnya maka akan mendapatkan pekerjaan yang rendah juga. Namun sayang, dunia tidak sepenuhnya seperti itu.

Hana dengan keberaniannya berdiri dari kursinya. "Cuma mau bilang sama kalian, kalo gak semua orang nasibnya sama seperti kalian. Gak semua orang berkecukupan seperti kalian. Bahkan banyak orang yang memilih langsung bekerja karena gak punya biaya buat kuliah. Jadi please, berhenti buat merendahkan tamatan! Bisa aja yang tamatannya lebih rendah dari kalian bisa menjadi sukses dibanding kalian! Ingat, roda berputar!"

Perkataan Hana mampu membuat teman-temannya terdiam. Hana pun mengambil tasnya di laci lalu melangkahkan kakinya ke depan. "Hana izin, Bu." Gadis itu keluar dari ruangan.

TEARS OF HANA (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang