Dua puluh satu

1.7K 248 27
                                    

Hidupku makin absurd, hubunganku sama Arya belum resmi tapi kami udah tidur bareng, gilak laah! Dan, aku juga masih tetep FWB-an sama Josh. Asli, aku makin gak kenal sama diri sendiri.

Pusing karena kerjaan dan urusan kuliah, malam ini aku memutuskan mampir ke tempat minum. Aku butuh sesuatu yang menenangkan pikiranku dan itu bukan sex. Aku mau cari hal lain; alkohol.

Sambil minum, aku melakukan panggilan ke Australia, menghubungi Atta yang syukurlah, langsung diangkat.

"Hai girl!" Serunya dengan nada ramah yang entah kenapa... Aku kangen nongkrong bareng dia.

"Hay Ta!"

"Belom meninggal kan lo?"

"Hahaha pertanyaan lo itu tepat banget Ta, pusing gue ngurusin kerjaan lo!"

"Ett, itu kerjaan lo ya sekarang! Jangan nyalah-nyalahin!" Serunya.

"Hahaha tiga puluh sekian juta emang sebanding yaa sama beban yang didapet." Kataku.

"Eh iya gaji lo berapa jadinya? Total sama bonus dan tunjangan?"

"Yeah 32-34 gitu deh,"

"Mantap! Lanjutkan Ca!"

"Meninggal gue!"

"Kenapa lo telepon gue?" Tanya Atta.

"Pengin ngobrol sama lo, kangen gue Ta!"

"Ada masalah apa? Ayok sini cerita mumpung gue free!"

"Gue bingung Ta,"

"Apa yang lo bingungin?"

Kuceritakan semuanya, aku benar-benar tak menutupi apapun dari Atta, well gara-gara alkohol juga nih kayaknya, aku jadi cerita soal Nico pula, bilang padanya kalau jauh dari dalam lubuk hatiku, aku kangen sama Nico, kangen masa-masa pacaran sama dia, gak mumet kaya sekarang.

"Ca? Lo lagi di mana sekarang?"

"Tempat minum Ta,"

"Kok sepi? Gak berisik?"

"Muter musik jazz dia."

"Ohhh, yaudah denger gue baik-baik ya?" Ujar Atta.

"Iya, ayok lo mau bilang apa?"

"Gue gak nyalahin lo masih kangen sama Nico, jujur, dia juga telefon gue, nanyain lo, gue bilang gue ada di Aussie jadi gak tahu kabar terkini lo gimana. Dia bilang ke gue, dia emang seneng urus usaha keluarganya, tapi dia sama sekali gak cinta sama istrinya. Gitu-gitu laah!"

Aku menarik napas, menyesap lagi minumanku, lalu berusaha biasa saja mendengar cerita Atta barusan.

"Gue bilang ke dia, Aca lagi menata hidupnya, harusnya lo juga gitu, lo milih buat ninggalin Aca, yaudah, jalanin pilihan lo itu. Nico masih gimana ya... saran gue sih Ca jangan mau balik lagi ya? Dia cowok yang bahkan gak tahu mau apa di hidup ini, lo deserve better lah!"

"Iya Ta, siap, gue usahain!"

"Lo udah mabuk belom ini?"

"Belom, baru dua gelas."

"Yaudah, balik gih? Kita lanjut ngobrol pas lo udah di kostan. Kalau mabuk berabe Ca, lo sendiri kan?"

"Iya!"

"Balik ya? Satu jam lagi gue telefon lo! Okay?"

"Oke!"

Panggilan terputus, aku memasukan ponsel ke dalam tas lalu membayar tagihanku, setelah itu berjalan ke luar, mencegat taksi yang lampu atasnya masih menyala.

Menjadi LainWhere stories live. Discover now