chapter-7: Tidak berperasaan

60 14 4
                                    

¶¶¶

'Aku bertekad untuk kuat,
Kuat jika kau hilang tanpa jejak.'


"Apa kau yakin dia akan baik-baik saja?"

Sasori mendelik, telinganya sudah panas mendengar pertanyaan itu entah untuk keberapa kalinya. Sedangkan gadis itu tengah menatap ke depan penuh kekhawatiran.

Huwen menggigit bibirnya. Sudah tiga jam ia menunggu, namun batang hidung si pengendara burung pun tak kunjung muncul.

Ia tidak tau seberapa jauh jarak antara tempat yang dipijaknya dengan tempat keberadaan Deidara sekarang, namun bukan hal itu yang sedang dikhawatirkan nya. Melainkan bagaimana sekarang kondisinya. Ia tak merasakan tanda-tanda jika Deidara tengah mengalami kendala, jantungnya tak merasakan apapun, berdetak kencang atau berdebar-debar seperti hari yang lalu.

Ini tidak biasa. Berdetak kencang memang sangat ditakutkan, tapi jika normal seperti ini bukankah itu sangat paling menakutkan. Ia tidak bisa merasakan apapun selain detak jantungnya sendiri. Jika Deidara sedang benar-benar bertarung, seharusnya sedikit atau setitik ia pasti merasa terancam. Apa mungkin dia tidak merasa terancam? Tapi, tidak mungkin. Sasori mengatakan jika lawannya adalah seorang monster. Monster itu sangat mengerikan.

"Bukankah itu terlalu berlebihan?"

Huwen menoleh, apakah sosok disampingnya ini yang berbicara? Atau ia salah dengar? Sudah tiga jam memang ia menunggu, entah keberapa kalinya juga ia menanyakan keadaan Deidara, tapi tak satupun juga balasan kata yang keluar dari mulut Sasori selain decakan juga geraman.

"Kau ... berbicara padaku?"

Tanyanya memastikan jika pria disebelahnya yang mengeluarkan suara. Ia melihat ke kanan dan ke kiri, memang tidak ada siapapun selain mereka berdua dan pria suruhan Sasori pun telah pamit undur diri sedari tadi. Huwen menatap Hiruko, tidak ada balasan. Ternyata memang benar jika ia salah dengar.

Menghela napas lalu kembali menatap ke depan. "Apa kau yakin dia akan baik-baik saja?"

"Bukankah kau terlalu berlebihan,"

Huwen terhenyak, lalu tersenyum. Syukurlah ternyata mulut Sasori masih bisa berfungsi. Jujur saja dalam keadaan seperti ini langit malam terasa mencekam apalagi saat temannya sunyi dan sepi ikut datang, membuat suasana semakin tegang.

"Apa aku terlihat seperti itu?"

Sasori mendengus, "tentu saja. Seekor semut bahkan sudah mati karena terlalu bosan mendengar apa yang kau ucapkan." Kata nya dengan sarkas.

Gadis itu terkekeh, lumayan juga ternyata leluconnya bisa menghilangkan ketegangan. Sasori menekuk alis, padahal ia tidak membuat lelucon.

"Aku belum pernah mendengar semut mati karena bosan. Dan juga ini tidak berlebihan, aku hanya ... hanya saja aku khawatir."

"Itu berlebihan," balasan Sasori membuat ia menaikan satu alis.

"Untuk anggota baru sepertimu, kau terbilang  cukup peduli pada kami yang bahkan belum kau kenal."

Huwen tersenyum kecil. Siapa sebenarnya pria disampingnya ini, telalu percaya diri sehingga menyebut kata 'kami' pada ucapannya. Ya, jika diingat ia memang pernah menolongnya saat bertarung dengan siluman ular. Tapi bukan niat hati untuk menolongnya, melainkan mate-nya yang saat itu tengah bersamanya.

Du hast das Ende der veröffentlichten Teile erreicht.

⏰ Letzte Aktualisierung: May 07, 2021 ⏰

Füge diese Geschichte zu deiner Bibliothek hinzu, um über neue Kapitel informiert zu werden!

BLAST OF LOVE [ Akatsuki × Oc ]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt