- bagian 18

1.1K 120 4
                                    

Doyoung terbaring lesu di kasurnya entah kenapa badan dia lemes banget.

Haruto nyiapin sarapan buat anaknya hari ini harus ke sekolah kebetulan juga hari ini pembagian rapot otomatis orang tua juga harus hadir di sekolah.

"Pah gimana dong rapotnya? Mama kan sakit" Junghwan menatap Haruto lesu.

"Kan ada papa" Haruto tersenyum.

"Terus papa gak ke kantor?" Tanya Junghwan setelah menyendok serealnya.

"Semua udah papa atur tenang aja sayang" Haruto mengusap kepala putranya dengan sayang.

Junghwan sudah siap bersama papanya tak lupa ia pamitan pada mama dulu.

Sekitar lima belas menit mereka udah nyampe ke sekolah. Woaahh para mama lihatin Haruto ampe gak kedip secara ya kebanyakan ibu ibu nah Haruto bapak sendiri.

"Hallo Junghwan!" Sapa seorang tante.

"Hallo tante!" Junghwan tersenyum.

"Wah Junghwan tumben gak sama mama?" Ucap tante itu.

"Iya tante mama Hwan lagi sakit" Junghwan nampak lesu.

"Uuhh kasian. Cepet sembuh ya buat mamanya" tante itu tersenyum mengusap kepala Junghwan.

Junghwan cuma ngangguk iyain.


Para wali murid udah di kelas. Dan tiba giliran Junghwan dan papa ke depan untuk mengambil rapot.

"Selamat ya pak anak anda nilainya cukup bagus" ucap pak guru.

Haruto mengangguk lalu menerima buku rapot itu.

"Makasih pak" ucap Haruto salaman sama pak guru lalu pamit pulang.







"Mamaaaaa!!!" Teriak Junghwan sambil berlari masuk ke dalam rumah.

Junghwan berhenti berlari saat melihat dua orang tengah duduk di sofa bersama ibunya.

"Lho kakek! Nenek!" Pekik Junghwan senang lalu memeluk mereka bergantian.

"Cucu nenek udah pulang? Cepet banget" kata Hyunsuk mengecup pipi kanan dan kiri Junghwan.

"Cuma pembagian rapot nek jadinya cepet" jawab Junghwan.

Haruto datang menyium punggung tangan mertuanya.

"Kamu yang ke sekolah?" Tanya Jihoon datar.

"Iya pih" jawab Haruto.

Doyoung dan Hyunsuk saling pandang mereka tahu kalau Jihoon dan Haruto itu kurang dekat.

"Mas sini aku lihat rapotnya Junghwan" pinta Doyoung dan Haruto segera duduk di samping Doyoung dengan Junghwan yang lagi manja di pangkuan mama.

Doyoung membuka rapot milik anaknya lalu tersenyum lebar.

"Sayang mama bangga sama kamu. Nilaimu bagus bagus banget" Doyoung memeluk erat putranya tak lupa ia juga menghadiahi Junghwan kecupan sayang di pipi dan kening.

"Siapa dulu dong papanya" celetuk Haruto nyubit hidung Junghwan gemes.

"Enggak ya mas Junghwan pinter itu turunan aku" Doyoung nyolek pipi suaminya.

Haruto menghela nafas "iya iya sayang" Haruto ngalah.

"Ayo minta hadiah dong sama papa kan nilai rapotnya bagus" timpal Hyunsuk.

Junghwan menatap sang papa "boleh ya pah kalau Hwan minta sesuatu?"

"Apapun maunya jagoan papa pasti papa kabulkan" ucap Haruto.

Junghwan menerawang dia nampak berfikir.

"Junghwan pengen punya adek perempuan pah" semua terkejut bahkan Jihoon tersedak kopi yang sedang ia minum.

"Oke. Tapi....

"Hwan harus nunggu sembilan bulan kan pah?" Junghwan tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya.

"Kok Junghwan tahu?" Tanya Jihoon.

"Iya kek waktu itu Hwan udah minta sama papa dan papa bilang Hwan barus sabar" jawab anak polos itu. Sungguh ingatan Junghwan itu pro banget.

Tiba tiba Doyoung megangin perutnya merasakan mual yang luar biasa.

"Sayang kamu kenapa?" Haruto panik.

"Aku mual sama pusing mas dari pagi mungkin aku masuk angin" Doyoung bangkit dari duduknya pergi ke wastafel di dapur.

Terdengar suara muntah.

"Haruto sebaiknya kamu panggil dokter saja" usul papi Jihoon dan Haruto langsung menghubungi temannya yang kebetulan seorang dokter.








Sang dokter udah selesai meriksa Doyoung.

"Bini gue gak apa apa kan?" Tanya Haruto pada tuh dokter maklum temen ye kan jadi bahasanya kek bro aja gitu.

"Gak apa apa bro. Bini lo cuma jangan kecapean dia lagi hamil" ucap dokter bernama Lee Jeno tersebut.

Haruto membulatkan matanya "serius lo!?"

Jeno ngangguk iyain kebetulan Jihoon, Hyunsuk dan Junghwan masih di kamar nungguin Doyoung di periksa.

"Dokter mama kenapa?" Si bocah polos menarik jas Jeno.

Jeno tersenyum berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Junghwan "mama kamu gak apa apa. Di perut mama ada dedek bayi" sang dokter ngusap kepala bocah kecil itu.

"Pah Hwan mau punya adek ya?" Pekik Junghwan kegirangan.

"Iya nak" jawab Haruto.

"Asiiikkk!!! Papa makasih ya pah udah mau kabulin keinginan Hwan!!" Junghwan jingkrak jingkrak dengan kedua tangannya mengarah ke atas.

Bocah itu lari ke Doyoung "mama aku mau bilang sama temen temen nanti kalau aku mau punya adek" kata Junghwan dia nampak bahagia begitupula Hyunsuk dan Jihoon mereka juga senang.








Jeno di antar ke depan oleh Haruto.

"Anak lo keknya udah siap punya adek" ucap Jeno setelah mereka di teras depan.

"Dia mintanya sekitaran beberapa bulan lalu sih" kata Haruto.

"Genjotan lo oke juga langsung jadi tuh benih" goda Jeno.

"Bisa aja lo" Haruto geplak lengan Jeno.








Papi dan mami pamit pulang karena udah sore banget plus udah mendung takut hujan.

"Mami pamit ya!" Kata Hyunsuk dan Haruto cuma ngangguk.

"Papi sekarang percaya sama kamu. Jaga anak cucuku baik baik" papi Jihoon mengusap kepala menantunya itu lalu pergi.

Haruto tersenyum sambil ngangguk.






"Cieeee papi mulai sayang ya sama mantu mami?" Mami Hyunsuk goda papi Jihoon setelah sampai di rumah.

"Apaan sih mih!" Papi Jihoon gengsi.

"Mami tadi lihat semuanya lho pih. Makanya papi harus percaya Haruto tuh baik pih" mami Hyunsuk ini memang sayang banget sama mantunya yang satu itu tapi sama Jaehyuk juga sayang kok.

"Iya iya pokoknya mami selalu benar!" Papi Jihoon masuk kamar sementara mami Hyunsuk cuma terkekeh.














"Sayang, kamu jangan cape cape ya? Aku gak mau terjadi sesuatu sama kamu dan bayi kita" Haruto mengusap kepala Doyoung yang sedang terbaring.

Doyoung ngangguk "mas kamu jangan kemana mana ya? Temenin aku" Doyoung merengek seperti anak kecil.

"Iya sayang" Haruto mengecup kening istrinya.

"Mama besok Hwan aja yang nyapu sama siram tanaman ya" Junghwan duduk di kasur samping ibunya.

Doyoung tersenyum memeluk putranya. Posisi dia di apit oleh dua laki laki kesayangannya.


















Seneng banget jadi Doyoung uuuhhh pengen huwaaaaa

FamilyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora