Baca komen kalian part kemarin itu ngakak banget deh. Kenapa pada nebak Rendra ngumpetin cewek di kamar sih? Jangan-jangan.....bener.....wkkwkw🙈🙈🙈😂
NADIA
"Eh, ngapain?" pekikku saat Rendra menarik tanganku agar mengikutinya masuk ke dalam kamar.
"Masuk bentar, tunggu aku mandi, setelah itu kita berangkat," jelasnya tanpa melepaskan tanganku hingga kami berada di dalam kamar.
"Berangkat kemana, sih? Aku nggak bisa ikut, abis ini mau ke toko, kamu pergi sendiri aja," tolakku sambil berusaha melepaskan tanganku dari genggamannya. Syukurlah akhirnya Rendra mau melepaskan. Kini tangannya bersidekap di depan dada sementara matanya menyipit menatapku.
"Katanya mau nikah, mana bisa aku nikah sendirian?" protesnya membuatku melongo.
"Ya nggak hari ini juga nikahnya, Ren," decakku gemas. Sifat impulsif Rendra ini memang sering kali membuatku kelimpungan. Lagian memang dia pikir nikah sama kayak beli baju? Tinggal datang ke mall, beli, bayar, beres.
"Kenapa nggak?" tanyanya dengan nada menantang sementara aku hanya bisa menghela napas lelah.
"Ren, kita pernah hampir menikah. Kamu sendiri tahu menikah nggak segampang itu, ada banyak hal yang harus dipersiapkan." Kepalaku langsung pening membayangkan segala keribetan sebelum pernikahan seperti yang pernah kualami dulu.
"Yang ribet itu pernak perniknya. Kalau kamu mau, kita bisa kok nikah hari ini juga," ucapnya lugas.
"Jangan gila kamu, bahkan nikah sesederhana apa pun butuh waktu untuk mempersiapkan paling nggak surat-suratnya." Aku menatapnya gusar. Rendra menghela napas lalu duduk di tepi ranjang. Ia mengedikkan kepala, mengisyaratkan agar aku duduk di sebelahnya.
Aku menggeleng tegas. Pemandangan dada telanjang dan kasur berantakan terlalu berbahaya untuk diremehkan. Aku butuh jarak agar percikan-percikan gairah yang selalu ada di antara kami tetap terkendali dan bukannya semakin membara seperti kobaran api yang dikipasi.
Rendra tampaknya menyadari kekhawatiranku karena ia kembali menghela napas lalu bangkit dan mengambil sehelai kaos dari ransel dan menghilang ke dalam kamar mandi. Hanya beberapa menit dia sudah muncul lagi dengan kaos hitam melekat di badan, wajah lebih segar dan rambut sedikit lebih rapi.
"Kamu nggak nyaman bicara di sini? Ayo ke bawah, kita bicara sambil sarapan," ucapnya tenang. Aku menggeleng pelan. Restoran hotel pasti ramai di jam sarapan seperti sekarang, mana bisa bicara dengan nyaman.
Akhirnya kami duduk berhadapan di kursi balkon kamar, dibatasi sebuah meja yang dipenuhi aneka makanan. Tadi Rendra sempat memesan dua set American breakfast untuk kami.
"Aku butuh energi untuk meyakinkan kamu kalo kita harus menikah secepatnya," ucap Rendra sambil menyantap omeletnya. Aku hanya geleng-geleng kepala mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Balik Jendela (COMPLETED)
RomanceNadia Sasmita Sandhi menyukai jendela. Baginya bingkai jendela seperti sebuah layar tempat dia bisa menyaksikan berbagai macam cerita. Dia suka hanya duduk diam menatap dunia melalui sebuah jendela. Narendra Sangkala Surya adalah tokoh utama yang s...