D • benci

225 53 161
                                    

Saling bertukar pandangan satu sama lain dengan jarak yang begitu dekat tanpa berkedip satu kali pun. Mereka berdua saling menikmatinya tanpa menyia-nyiakan kesempatan yang entah akan terjadi di waktu yang akan datang lagi atau tidak. Tidak peduli akan terjadi apa jika ada yang menyaksikan mereka.

Menumpahkan kerinduan yang sempat mereka pendam berminggu-minggu. Sepertinya perasaannya belum berubah dari dulu hingga sekarang. Jihan saja bisa merasakan kembali rasa yang dulu Fathur berikan padanya. Ya rasa yang sempat hilang.

"Berhenti, Fat!" ucap Jihan mulai berkedip beberapa kali. Ini sudah kelewatan bukan? Bagaimana bisa ia saling menatap dengan seseorang yang sudah dimiliki orang lain? Meski ia pernah dekat, namun Fathur bukan siapa-siapa baginya.

"Kenapa?" tanya Fathur masih setia menatap Jihan dalam dan belum berkedip sama sekali.

Jihan mengalihkan pandangannya ke arah gedung-gedung sekolahnya, mereka sedang berada di tepi atap sekolahan. Sadarlah Jihan! Jangan buat dirimu merasa lebih bersalah kepada Derla. Batinnya. Jihan membasahi bibirnya dengan air liur agar tidak terlalu kering. "Lo milik Derla, ingat itu!"

Fathur menyudahi tatapannya dan mengangkat satu sudut bibirnya. "Gue selalu ingat!" balas Fathur. Begitu mudah Fathur mengatakannya, asalkan Fathur tahu bahwa Jihan merasa dadanya nyeri ketika mendengarnya.

Berbalik dan menjauh dari pembatas atap sekolahnya. Fathur rasa waktu yang ia berikan sudah cukup untuk mengobati rindu yang Jihan rasakan sejak dirinya menjadi milik Derla. Ia terlalu sibuk dengan urusannya sendiri hingga sedikit melupakan seseorang yang mungkin masih ia sukai hingga saat ini.

Menghembuskan nafasnya dengan pelan, lalu tersenyum tipis. Jihan rasa ia memiliki kesempatan lagi untuk membuat Fathur menjadi miliknya. Mungkin mulai saat ini Jihan tidak akan diam saja membiarkan semuanya berjalan dibawah kendali Derla. Ini hidupnya, ia punya hak untuk melakukan apa saja demi dirinya sendiri.

✂- - -

Mengusap layar handphone dengan perasaan rindu yang yang sudah menumpuk. Salah satu foto dirinya berekspresi cemberut dengan seseorang yang memeluknya dari belakang. Ingat ketika pengambilan foto yang saat itu Derla terpaksa menuruti kemauan saudara laki-lakinya. Iya, saudara kembar yang kini sudah lama tidak ada di sebelahnya lagi.

Foto yang diambil beberapa hari sebelum kejadian memilukan menjadi kenangan terakhir yang masih bisa ia nikmati hingga saat ini.

Kejadian di malam hari, di sebuah klub malam yang berada tidak jauh dari sekolah SMP-nya dulu. Saat itu Derla sedang mengadakan pesta kecil dengan teman-temannya untuk merayakan kelulusan SMP dan masuk di SMA yang mereka impikan.

Derla sama sekali tidak menyangka malam itu juga menjadi malam perpisahan untuknya dengan Darren-kembarannya yang biasa ia panggil kakak. Jika diingat kembali pada saat itu,

"Kak Darren kok lama ya?" tanya Derla kepada teman-temannya sambil melihat jam yang melekat di pergelangan tangan kirinya. 00.59. Ia merasa sedikit cemas. Namun, teman-temannya hanya mengangkat kedua bahunya tidak tahu. Padahal sudah berkali-kali Derla mencoba menghubungi Darren tapi ternyata handphonenya ditinggalkan di dekatnya.

Akhirnya Derla memutuskan untuk menyusul Darren yang katanya pergi ke toilet setengah jam lebih yang lalu karena sebentar lagi mereka akan pulang. Tapi Derla tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Darren di toilet laki-laki. Dan Derla memutuskan untuk mencarinya ke sekeliling klub malam itu dengan teman-temannya.

DERLAWhere stories live. Discover now