[ SERGIO - 39 ]

16.5K 1.3K 145
                                    

Grace menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang. Ia menghela napas panjang. Apa maksud Sergio menawarinya tumpangan sore tadi?

Omong-omong, tadi sepulang sekolah Grace tidak membonceng salah satu di antara Sergio maupun Ferdinan.

Gadis itu memilih untuk menaiki angkot. Dan entah apa yang terjadi setelah mobil angkutan umum itu melaju meninggalkan gerbang sekolah.

“Kak, lagi ngapain?” teriak Arion dari luar kamar. Sejak kemarin, Arion mengurangi kegiatan di luarnya untuk menemani kakaknya.

“Tiduran.”

“Jalan, yuk!” ajak Arion sambil mengetuk pintu kamar kakaknya.

“Kemana?”

“Ke pasar malam. Banyak jajanan di sana. Ayolah Kak, aku yang traktir.”

Grace bangkit lalu membukakan pintu untuk adiknya yang tampan itu. Ia menatap Arion yang sudah siap berangkat.

Penampilan pemuda itu sangat sederhana. Hanya jaket hitam dan kaus putih sebagai dalamannya.

“Boleh. Kakak siap-siap dulu.”

Arion menggaruk tengkuknya yang gatal. Ia memundurkan langkah lalu pintu ditutup oleh Grace dari dalam.

“Kak Grace.”

***

“Hai, boleh kenalan?”

Grace mengernyit saat ia keluar dari toilet, dua orang pria langsung mengajaknya berkenalan. Kaki kecil Grace melangkah menjauh, namun salah satu dari mereka segera meraih pergelangan tangannya.

“Nggak sopan!” desis Grace sembari menyentak kasar tangan yang sudah menyentuh kulitnya.

“Nama kamu siapa, Cantik?” tanya pria dengan tato di lengan kirinya yang terekspos. Satu pria lainnya berpenampilan lebih rapi dengan jaket dan rambut yang tertata.

Grace mengedarkan pandangan. Sepi. Tentu saja sepi. Karena toilet ini ada di ujung area pasar malam.

Bagaimana ini? Grace mulai ketakutan.

“Nggak jawab dia.” Dua orang itu tertawa. Grace sampai harus menahan nafas mendengar tawa menyeramkan dari mereka.

“Mau ikut Abang nggak, Cantik? Kalo mau kenalan dulu, dong. Ayo, siapa nama kamu?”

Dalam hati, Grace merutuki mereka. Dasar, ia harus bagaimana kalau aksesnya menuju jalan keluar dihadang oleh pria-pria itu.

“Ya elah, Neng. Belagu amat, cuma nanya nama doang. Belum nanya alamat sama nomor HP,” celetuk si pria rapi.

“Sabar, Bro. Cantik-cantik gini harus diperlakuin lembut.” Pria bertato menepuk pundak lebar sekawanannya, ia terkekeh.

“Siapa namamu?” tanya pria bertato hendak menyentuh dagu Grace, namun gadis itu segera menepisnya dengan kasar.

“Jangan kurang ajar!” Grace makin kalut saat keduanya terkekeh remeh.

“Ayolah, Cantik. Jangan sok jual mahal, nggak cocok.” Pria bertato meneliti penampilan Grace dari atas ke bawah lalu tersenyum miring.

“Tapi cocok sih, body goals.” Keduanya tertawa bak orang gila. Grace menarik nafas panjang berusaha untuk tak menangis.

SERGIO Where stories live. Discover now