TARGET 6

746 231 856
                                    

Tanpa ngintip di part daftar target, ingatkah kalian, siapa target ke 6?

Btw, jam berapa kalian baca part ini?

Karena aku pengertian pada kalian-kalian yang menjomblo, makanya aku update malming ini.
Huehehe.

Eitss, sebelum baca, screenshoot update-an part ini,

post story ig trus tag aku, yah!

Biar aku makin semangat nulisnya

Lup yu 3000 dollar

***

Location : JOJOBA APARTEMENT

02.00 PM

Target : Erlando Apollo

Clue potensi : Identitas diri tak bisa dinilai hanya dengan satu kali bertemu.

Kertas-kertas partitur berserakan di salah satu meja. Botol bir kosong tergeletak sembarangan di dekat laptop yang dibiarkan menyala meski tidak digunakan.

Lelaki dengan rambut agak panjang di bawah telinga, keriting, bulu tipis-tipis di sekitar jenggotnya, dan penampilan yang berantarakan itu tertidur di meja kerjanya.

Oh, ralat. Lebih tepatnya pura-pura tidur. Nyatanya ia masih bisa mendengar dan merasakan apa pun yang terjadi di sekitarnya. Bahkan putaran adegan dua hari lalu kini terekam jelas di ingatannya. Terbayang-bayang dalam setiap langkahnya, bahkan sampai ke mimpinya.

"Land, ada yang nyariin lo, tuh," tukas seseorang yang baru masuk ke studio kerjanya tanpa permisi.

Lelaki itu masih memejam. Enggan menerima tamu. Ia sedang ingin sendiri. Bahkan sekali pun orang penting yang datang, ia tidak peduli.

"Pak Abraham..."

Mendengar nama yang disebut temannya itu, Erland sontak membuka mata. 

Mungkin akan ada jalan ke luar. 

Mungkin pria itu datang untuk menawarkan bantuan. 

Mungkin pria itu satu-satunya orang yang bisa ia andalkan.

Saat Erland mengangkat pandangannya, pria itu sudah berdiri di ambang pintu. Melangkah menghampirinya dengan senyum santai.

Perasaan Erland kembali tidak enak. Dari ekspresinya saja, terlihat jika pria itu tidak memiliki empati. Senyum penuh kepalsuan. Tidak tulus. Senyum yang tampak ketika seseorang ingin mendapatkan sesuatu, mempunya maksud lain.

"Aku tahu kamu pasti di sini," ucap pria itu sembari menggeret kursi kosong mendekati Erland. "Sampai kapan mau sembunyi?"

Seringai kecil terbit di ujung bibir Erland. "Sampai ada klarifikasi dari mereka."

Pak Abraham bertepuk tangan sekali sembari bangkit dari duduknya dengan penuh semangat. "Kalo gitu ayo bikin klarifikasi."

Bola mata Erland berbinar penuh harap. "Bapak serius?"

Agar lebih meyakinkan, pria itu meremas bahu Erland. "Iya, tentu. Apa susahnya klarifikasi? Kamu tinggal bilang ke media, kalo itu memang lagu ciptaan Saddam."

Hati Erland mencelos. Ternyata ia berharap pada orang yang salah. "Saddam yang harus klarifikasi dan mengakui kalo itu bukan lagu ciptaannya."

"Land, come, on.. Kalo kamu keras kepala gini, kamu menyulitkan semua pihak. Anggaplah memang kamu yang salah, kamu tinggal minta maaf ke media dan kamu bisa kembali ke band. Lama-kelamaan kasusnya juga bakal tenggelam."

LOADING ERRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang