"Tidak Semua Ilmu Didapat Dari Bangku Sekolah"

101 7 0
                                        

Kita sekolah untuk belajar, bukan belajar untuk sekolah. Karena sejatinya tak semua ilmu didapat dari bangku sekolah.
-------------------------------

Kita akan selalu dituntut untuk seolah bisa menjadi manusia yang sempurna, padahal nyatanya tidak ada satu manusiapun yang sempurna.

Hidup, dan kehidupan manusia akan selalu dihadapkan pada masalah dan berbagai liku kehidupan. Untuk menghadapinya dan keluar sebagai seseorang yang jauh lebih baik, tentu membutuhkan ilmu. Ilmu inilah yang sekiranya tak pernah diajarkan di sekolah. Karena, luka sajalah yang kemudian mengajarkan bagaimana perihnya sakit, juga nikmatnya sembuh. Jika kita sekedar mengamalkan ilmu semasa sekolah untuk menghadapi realita hidup yang ternyata jauh lebih kejam daripada yang kita perkiraan, maka wajar saja jika kemudian kita akan tumbang, bahkan bisa saja menyerah suatu waktu.

Bukan tidak banyak manusia yang akhirnya mendahului izrail untuk mencabut nyawa. Membiarkan diri mati di atas nama keputusasaan dan penderitaan.
Siapa yang rugi?
Tentu diri sendiri.
Sudahlah hidup sengsara di dunia, di akhirat malah abadi jadi bara.

Karena itulah, atas nama nurani saya ada di antara kalian saat ini. Jika dituruti logika, ingin rasanya menyudahi semua.
Tapi saya sadar, literasi masih butuh kebaikan untuk dikonsumsi. Karena itulah saya yang belum baik ini kembali dihadapan kalian, untuk sama-sama belajar bagaimana tragedi dan realita hidup yang kejam. Kita akan coba memahami, sebenarnya sebagai manusia kita harus apa.

Jika di mata kalian, apa yang belakangan kalian dengar dan dapatkan itu membuat kalian membenci saya, atau katakan saja saya buruk di mata Anda, maka tak apa-apa.
Yang saya tekankan hanyalah satu, baca dan pahami apa yang saya sampaikan saat ini dengan memandang saya sebagai manusia.
Ambil sisi baiknya, silakan buang hal buruknya.
Kita sama-sama belajar, karena kita sadar, kita masih kurang segalanya.

-----------

Orang Miskin Vs Ilmuwan

Tanpa tahu apa yang akan saya sampaikan selanjutnya, siapa yang kamu pilih?

Saya yakin, lebih banyak orang yang hatinya terpaut dengan kata 'ilmuwan.'
Karena ilmuwan akan selalu disandingkan dengan hal-hal baik, dengan hal-hal luar biasa dan pastinya di mata kita ilmuwan adalah seseorang yang amat sangat hebat.

Beda halnya dengan orang miskin.
Makan tak tentu berapa kali dalam sehari, tidur tak cukup nyenyak karena tak pernah kenal dengan yang namanya kasur empuk apalagi kamar yang nyaman.
Mereka hidup sekadar hidup, itulah di mata kita, di pandangan banyak orang.

Ilmuwan paham ilmu, banyak yang sekolah tinggi dengan menyandang berbagai gelar akademik, di mata kebanyakan orang dipandang terhormat.

Beda halnya dengan orang miskin.
Jangankan sekolah, kadang makanpun tak cukup kenyang.
Jangankan kenal ilmu luas, bayar spp saja banyak tak mampu.

Perkara mengejar ilmu akademik, ilmuwan memang harus kita tiru. Bahkan, ilmu adalah salah satu yang paling berguna di dunia ini.
Tapi, soal masalah hidup dan cara menjalani kehidupan yang kejam, kita patut meminta orang-orang miskin untuk mengajari kita, bagaimana caranya ikhlas dan rela menerima keadaan. Bagaimana agar kita dapat bersyukur menerima segalanya. Bagaimana agar masalah tak diselesaikan hanya dengan keputusan 'mengakhiri hidup'.
---------

Masalah adalah ibu dari solusi.

Coba baca lagi kalimat di atas, mengertikah maknanya?
Tidak akan ada solusi, jika tidak ada masalah. Iyakan?
Maka itulah saya sebut bahwa masalah adalah ibu dari solusi, dan solusi adalah anak dari masalah.
Artinya, masalah dan solusi tak dapat dipisahkan.
Itulah mengapa ada pepatah mengatakan 'Dimana ada kemauan, di situ ada jalan'.

UNTUK SEBUAH PERUBAHANWhere stories live. Discover now