9.

5.4K 634 1
                                    

  "Apakah ada yang serius dok?" Siwon bertanya pada dokter. Seharusnya nya pagi tadi ia bersama keluarga nya kembali ke Seoul, tapi malam malam tadi Jennie tiba tiba demam tinggi.

Awal nya mereka merawat Jennie sendiri karna Jennie tak ingin di panggilkan dokter, Tapi pagi ini panas nya semakin tinggi.

Ia mengigau memanggil Sehun terus menerus. Badan menggigil. Karena itu Siwon memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Jennie.

"Nona Jennie seperti nya terlalu banyak pikiran dan kekurangan istirahat. Tidak ada masalah yang serius, Hanya perlu istirahat dan keadaan nya akan membaik"

Perasaan lega terasa saat mendengar kalimat dokter. Sedari malam tadi mereka tak bisa tenang karna  Jennie terus meracau memanggil nama Sehun.

Mereka khawatir terjadi sesuatu pada Jennie. Untuk kesembuhan Jennie, semua anggota keluarga Kim sepakat untuk menunda kepulangan sampai Jennie sembuh.

"Kalau begitu saya permisi dulu tuan, nyonya."

"Sebenarnya apa yang kau mimpikan, jendeuk.  Kenapa kau terus memanggil Sehun oppa?" Tangan jisoo bergerak untuk mengusap kepala Jennie. Kening adik nya itu tak henti henti mengeluarkan keringat.

"Sebaik nya kalian juga istirahat. Biar appa dan eomma yang merawat Jennie." Siwon melangkah mendekat ke ranjang Jennie. Mengusap kepala jisoo dan menyuruh nya untuk membawa chaeng pergi, mereka juga harus istirahat. Siwon tak mau anak nya yang lain ikut sakit.

.
.
.
.

Lalisa terbangun dari tidurnya, menatap pada langit-langit ruangan. Ini bukan kamar nya. Lalisa lalu bangkit dan melihat isi ruangan itu. Oh ternyata dia masih di gudang itu.

Tiba tiba perut nya sakit, sangat sangat sakit. Dia berdoa pada Tuhan agar tak pingsan lagi, ini masih pagi dan dia tak mau pingsan dua kali.

Sakit nya semakin menjadi, tangan nya memukul mukul perut rata itu berharap sakit itu hilang. Benar saja sakit nya mereda meski tak hilang sempurna.

Baju nya sangat kotor, rambut nya berantakan seperti gembel. Lalisa bangkit lalu melangkah tertatih ke arah toilet untuk mengganti baju nya.

Pelajaran sudah di mulai sejak dua jam yang lalu, dan sebentar lagi bel istirahat akan berbunyi. Lalisa membolos jam pelajaran pertama, tenang, ia tak akan di hukum.

Karena Lalisa adalah murid yang sangat pintar, tanpa masuk ke dalam kelas pun Lalisa akan tetap mendapat nilai tertinggi. Jadi guru tak perlu khawatir dengan kecerdasan otak Lalisa.

"Hah~"

Helaan nafas itu terdengar sangat berat.  Nafas nya sesak karna sakit di perut nya kembali timbul. Lalisa hanya berharap ia tak akan berjumpa dengan Jungkook saat keadaan nya tak baik baik saja seperti sekarang.

Memilih pergi ke taman belakang untuk menghindari Jungkook, Lalisa merenungi kesalahan apa yang dia buat. Sebenarnya sefatal apa kesalahannya hingga harus di hukum seberat ini oleh tuhan?

Mencoba untuk iklas dengan menerima semua yang terjadi pada nya. Lalisa akan menjadi kuat hanya untuk oppa nya, untuk Sehun.

.
.
.
.

"Hai, unnie" senyum Seulgi mengembang saat melihat Lalisa datang membawa dua buah mangkuk ramyeon.

"Kau tak bisakah ganti makanan instan itu dengan yang lain?" Tunjuk Seulgi pada ramyeon yang di bawa Lalisa. Menggeleng lalu tersenyum, Lalisa menyuguhkan semangkuk ramyeon di hadapan seulgi.

"Ani. Ini adalah makanan terlezat yang pernah aku makan."

"Tak bisakah ka mengganti kalimat mu? Setiap kali aku bertanya kau akan menjawab dengan kalimat yang sama" Lalisa hanya terkekeh mendengar kalimat Seulgi. Memang benar yang Lalisa bilang, menurut nya ramen adalah makanan terlezat, karna memang Lalisa tak pernah makan makanan lain selain ramen.

Bukan tak pernah, tapi jarang, sangat jarang. Mungkin tiga bulan sekali. Itu pun jika di tlaktir oleh seulgi. Ia selalu menolak jika yang mentlaktir nya Jungkook. Sudah terlalu banyak hutang Budi pada Jungkook, jadi dia tak mau merepotkan lagi.

"Unnie, mau kah kau menemaniku ke makan, Sehun oppa?" Seulgi memang tau tentang Sehun yang telah meninggal. Tapi tidak dengan bagaimana Sehun bisa meninggal.

Lalisa tak pernah mau menjawab jika Seulgi bertanya tentang itu. Dia akan diam dan menunduk. Karena itu Seulgi tak pernah lagi bertanya tau membicarakan soal Sehun.

"Tentu! Unnie juga merindukan adik adik, kakak, eomma dan appa. Pasti mereka marah karna aku jarang berkunjung." Seulgi yang awal nya sangat antusias kini terlihat sedih. Mini market nya ramai akhir akhir ini, jadi menyulitkan Seulgi untuk pergi berkunjung ke makam.

"Mereka tak akan bisa marah dengan anak baik seperti mu unnie. Aku yakin pasti mereka di atas Sana bangga padamu. Sama seperti oppa ku, dia.... Pasti bangga dengan ku."

Tatapan Lalisa berubah sendu, mengingat oppa nya itu membuat ia juga mengingat kakak nya. Dia sedikit cemas karna kakak nya belum kembali.

Padahal akhir pekan sudah berlalu. Apa yang terjadi pada mereka? Kira kira itu lah yang di pikirkan Lalisa.

"Dia pasti bangga pada anak yang mandiri seperti mu, Lisa"

Senyum nya kembali merekah saat seulgi memeluk nya. Sangat nyaman rasa nya. Selama ini yang di butuhkan Lalisa hanya pelukan dan bahu untuk bersandar saat dia sedang putus asa.

"Unnie, aku juga ingin bertemu dengan Irene unnie, Wendy unnie, Joy unnie, dan juga aku ingin bertemu Yeri. Aku sudah lama tak berbincang bincang dengan mereka."

"Nde... Mari kita berbicara pada mereka, dan juga memint maaf karna jarang berkunjung."

"Hem~ kita akan meminta maaf"

.
.
.
.

Saat ini seulgi dan Lalisa sudah berada di makam. Memilih untuk mengambil cuti di tengah hari, beruntung nya Seulgi tak akan memotong gaji nya.

"Lisa, unnie akan ke makan appa dan eomma dahulu. Kau tunggu lah di makan Sehun oppa, aku akan menyusul" mengangguk mengerti. Mereka berpisah di gerbang makam.

Makam Sehun masih bisa di anggap di depan. Sedangkan makan kedua orang tua seulgi di bagian belakang, dan keempat saudari nya berada di tengah tengah makam.

"Annyong oppa, aku datang lagi hehehe. Maaf aku sudah lama tak berkunjung. Tapi kita sudah sering berjumpa sekarang di mimpi. Aku rasa aku tak perlu terlalu sering berkunjung."

"Oppa lihat? Seulgi unnie sangat baik bukan? Aku merasa bersalah karna membohongi nya oppa.... Aku hanya tak ingin dia khawatir. Oppa juga jangan menghawatirkan ku, aku di sini.... Bahagia, aku sangat bahagia hahaha."

Menunduk kan kepala nya saat di rasa air mata itu tak bisa di bendung lagi. Lalisa menangis tepat saat seulgi datang. Melihat itu seulgi tak berani mengganggu Lalisa. Mungkin Lalisa sedang rindu dengan Sehun pikir nya, jadi dia membiarkan Lalisa menumpahkan keluh kesah di makan Sehun.

Air mata nya juga menetes saat mendengar Isak tangis Lalisa. Sudah di bilang bukan? Bahwa tangis Lalisa begitu menyayat hati pendengar nya.

"Oppa, aku bahagia... Aku bahagia seperti yang kau minta. Bahagia meski tak bisa di bilang bahagia. Aku bahagia karna masih bisa bersama mereka, tapi aku sakit di perlakukan seperti ini. Aku bahagia saat masih bisa mengabulkan permintaan mu, tapi aku juga sakit karna permintaan mu itu oppa"

Seulgi mengerutkan kening nya mendengar penuturan Lalisa. Apa maksud nya? Tak ingin ambil pusing, seulgi berfikir mungkin Lalisa masih sakit karna di tinggal Sehun.

"Mianhe oppa aku harus pergi. Aku tak ingin membuat seulgi unnie menunggu. Aku juga masih ingin berbicara pada saudari saudari nya. Annyeong oppa.."

3 April 2021

Lunas nih ye janji nya.

BEFORE I LEAVEWo Geschichten leben. Entdecke jetzt