Manja

3.7K 489 41
                                    

Keiji bilang hari minggu ini dia bisa libur di rumah seharian. Mungkin yang ia pikirkan, ia bisa melakukan segala hal dengan bebas dan istirahat dengan tenang. Tapi tidak untuk hari ini, karena sang istri tercinta sedang dalam mode manjanya.

Di sofa depan TV, Keiji duduk menghadap TV sambil sandaran pada sofa agar dia tidak pegal sebab istrinya alias, aku, sedang dalam pangkuannya dengan posisi membelakangi TV atau lebih mudahnya seperti memeluk Keiji.

"Keiji."

"Hmm?"

"Keiji."

"Hmm."

"Keiji."

"Ada apa?"

"Ehehe." Aku langsung menenggelamkan wajahku pada ceruk leher Keiji. Untung Keiji sabar dan sayang istri.

Lumayan lama kita dalam posisi seperti ini tapi keiji belum mengeluh lelah, pegal, atau kram. Saat ku tanya dia hanya menjawab, "Kamu enteng kok."

Ku rasa dia bohong, padahal aku sudah berbadan dua gini

Karena tidak tega, jadi aku pindah posisi menjadi duduk disampingnya sambil mengalungkan lenganku pada lengan Keiji. Hari ini rasanya aku tidak ingin pisah dari Keiji.

Saat acara yang ditonton Keiji sudah kelar, ia hendak pergi mengambil minum di dapur. Tapi saat menoleh ke sampingnya, ternyata aku ketiduran di pundaknya. Pantas pundaknya terasa berat sebelah.

Dengan perlahan Keiji memindahkan kepalaku dari pundaknya ke sandaran sofa. Ia pun meninggalkanku sendiri kedapur.

Aku membuka mataku perlahan tapi aku tidak melihat sosok Keiji di samping ku. Suasana hatiku langsung menurun, ku panggil namanya dengan nada seperti ingin menangis.

"Keiji!" ku pasang wajah sedih. Yang dipanggil langsung menunjukan batang hidungnya yang ternyata ada di dapur.

Aku merentangkan kedua tangan ku ke depan, mengisyaratkan untuk minta pelukan. Keiji mendekatiku. Langsung saja ku peluk dirinya seakan tidak ingin lepas.

Akhirnya pun keiji duduk kembali ke sofa. Kenapa Keiji sangat enak sekali dipeluk, hangat, ini sangat nyaman. Sepertinya keiji memaklumi sifat istrinya saat ini.

"[Name], aku ingin cuci piring." Pinta Keiji karena masih ada aku yang nempel disebelanya. Aku mengangguk.

Saat Keiji berdiri aku ikut berdiri. Awalnya Keiji bingung karena aku tak kunjung lepas dari tanganya. Tapi ia biarkan dan tetap menuju kedapur untuk cuci piring.

Saat cuci piringpun, aku tetap nempel pada Keiji. Aku memeluknya dari belakang.

Lalu lanjut dengan kegiatan Keiji yang lain aku selalu nempel padanya.

"[Name], apa kau tidak lelah nempel padaku terus?" Tanya Keiji, mungkin dia sudah lelah, ehe.

Aku menggeleng dari balik punggungnya, "Mungkin ini bawaan si kecil, dia ingin terus bersama dengan papanya. Abisnya papanya jarang punya waktu berdua dengan mamanya." Jelasku dengan suara yang dimirip-miripkan dengan anak kecil.

Keiji menghela napas pelan. Kalo buat calon anaknya apa boleh buat. Tapi kalo dipikir-pikir benar juga, akhir-akhir ini Keiji jarang punya waktu berduaan dengan istrinya.

Sadar apa yang sedang diinginkan istrinya saat ini, Keiji langsung menuju ke kamar. Tentu aku masih setia mengikutinya dari belakang sambil memeluk tubuh Keiji.

Sampai depan kasur, Keiji memutar badannya sehingga kita saling berhadap-hadapan dan kemudian menjatuhkan tubuhnya perlahan kekasur, otomatis aku ikut terjatuh menindihi Keiji.

Keiji menatap langit atap sedangkan aku menenggelamkan wajahku pada dada bidangnya. 'Tidak perlu mandi pun Keiji tetap wangi.'

Keiji mengelus rambutku perlahan tangan satunya ia taruh di pinggangku. Tidak ada yang berbicara, kita saling menyatakannya lewat pelukan ini.

Lama kelama aku merasa nyaman dan tanpa sadar sudah tertidur dalam posisi tadi. Mengetahui aku tertidur, Keiji pun mengubah posisi menjadi bersampingan karena ia khawatir pada bayinya jika terlalu lama tertekan.

Akhirnyapun kita berdua tertidur saling berhadapan. Namun sebelum Keiji tertidur, ia mencium lembut perutku sambil berkata, "Cepat besar dan sehat terus ya."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.
(⁄ ⁄•⁄ω⁄•⁄ ⁄)

Keluarga [Akaashi Keiji]Where stories live. Discover now