~6~

1.8K 134 287
                                    

Setahun berlalu, kini para hashira sedang sibuk melatih para kisatsutai untuk melawan raja oni, Kibutsuji Muzan. Termasuk (Name) yang kini ikut berpartisipasi di kediaman Kaze Bashira. Padahal Shinobu dan Kanao sudah melarang (Name) untuk bergerak terlalu banyak karena penyakitnya itu. Biarkan aku ikut, meskipun ini terakhir kalinya. Itulah yang (Name) katakan dengan senyumnya pada Shinobu dan Kanao. Keduanya akhirnya pasrah dengan apa yang (Name) lakukan.

Hubungan (Name) dengan Sanemi sedikit renggang sejak hari dimana Kanae sadar, sebenarnya Kanae sempat merasa bersalah karena menganggap dirinyalah penyebab hubungan (Name) dan Sanemi merenggang. Namun (Name) bersikeras agar Kanae tidak menyalahkan dirinya atas kejadian hari itu dan akhirnya (Name) sendiri yang memilih untuk menjaga jaraknya dengan Sanemi dan Kanae meskipun tidak tampak secara langsung. Memilih untuk memendam rasanya sendiri tanpa ada yang tau selain Shinobu dan Kanao. Benarkah hanya dua orang ini??

***

Tangan (Name) masih terus mengayun bokken, berusaha menghindari serangan Sanemi yang tidak ada bedanya antara untuk laki-laki dan perempuan. Benar-benar seperti latihan di neraka, itulah yang ada di pikiran para kisatsutai. Untuk (Name), ini hanya sebagian dari apa yang sudah ia lalui selama masa latihannya dulu.

Trak! Prak!

Akhirnya dengan satu gerakan, bokken Sanemi terlempar cukup jauh. Semua orang yang melihat latihan itu bergidik ngeri, tidak menyangka gadis seperti (Name) yang terlihat lemah lembut dapat mengalahkan Sanemi Shinazugawa. Sanemi menatap (Name) namun (Name) tidak membalas tatapan Sanemi karena tidak ingin menambah rasa sakitnya. Kaki Sanemi berjalan menuju (Name) dan menepuk rambut maroon (Name). Membuat si pemilik surai maroon itu sedikit kaget.

"Kau sudah berusaha keras, kerja bagus...... Istirahatlah, aku akan melatih yang lain", entah kerasukan apa seorang Sanemi Shinazugawa dapat melakukan hal seperti ini. Hal yang tidak pernah ia lakukan kecuali dengan Kanae. Namun (Name) tidak terlalu mengambil pusing karena tidak ingin salah sangka dengan kelakuan Sanemi sekarang. (Name) hanya mengangguk pelan dan berjalan keluar dari dojo. Sanemi menatap punggung gadis itu lekat, entah kenapa hatinya tidak enak dan sedikit merasa bersalah karena menyebabkan gadis itu sakit. Jujur, Sanemi tidak tau kenapa hatinya terus-terusan merasa aneh akhir-akhir ini, ia tidak pernah merasa secemas ini tentang (Name). Namun setelah malam dimana dia tau (Name) mengidap hanahaki, ia terus gelisah. Tapi bibirnya selalu terkatup rapat, tak ada niatan untuk meminta maaf pada (Name). Sepertinya ego dan gengsinya lebih tinggi.

Sementara itu (Name) duduk di engawa menikmati angin semilir yang menerpa wajah pucatnya. Ia hanya melamun, merenungkan bagaimana kehidupannya nanti.

'Apa aku jujur saja padanya? Kalau aku sakit....

Tapi ia akan menjauhiku kan?

Apa-apaan dengan sikap tadi? Apa dia memujiku?

Ah, sudahlah (Name).... Kau tidak akan mendapatkannya, dia sudah bersama nee-san', batin (Name).

Bibirnya terangkat sedikit, menampilkan senyum sendunya.

"Yah.... Kalaupun aku tidak memilikinya, setidaknya aku akan memperhatikannya saja dari jauh", gumam (Name).

Uhuk!!

(Name) tersedak dan ia buru-buru mencari tempat sepi agar tak ada yang melihatnya.

Uhuk! Uhuk!

'Apa aku lebih baik mati? Sudah cukup aku menderita seperti ini, tapi aku terlalu naïf....', liquid bening keluar dari pelupuk mata (Name). Kini gadis itu menangis pilu tanpa suara, meringkuk menahan pedihnya kebun bunga yang semakin lama tumbuh semakin besar di paru-parunya.

花は木 乙女 (Hanahaki Otome) || Sanemi Shinazugawa x Female! ReaderNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ