: ∘ xiii

1.9K 361 50
                                    

─────── 🌕🌗🌑 ───────

Jeongwoo memasuki rumah terlebih dahulu. Saat ia tengah menuju kamar, ia bertemu dengan Mingyu. "Oh, apa sudah selesai latihannya nak?" Tanya Mingyu. Jeongwoo menolehkan kepalanya "Iya sudah, paman aku izin ke kamar" Ujarnya datar.

Mingyu menarik napasnya, menghembuskan rasa sakit akibat perubahan sikap anak-anak ini. Saat ia ingin memasuki kamarnya ia tak sengaja melihat Jaehyun. Wajahnya terlihat murung, sepertinya ada yang tidak beres.

"Astaga, anak anak ada apa dengannya? dan, jihoon banyak sekali luka di tubuhmu" Tanya Mingyu dengan raut wajah khawatir.

"Jeongwoo ada dimana paman?" Tanya Jihoon.

"Ia ada dikamar" Jawab Mingyu. Alih-alih memperdulikan luka yang ada di tubuhnya ia langsung pergi menuju kamar. "Tunggu nak, biarkan aku mengobati lukamu dulu" Ujar Mingyu sembari menahan tangan Jihoon.

"Terimakasih, tapi untuk sekarang sepertinya tidak perlu, lagi pula ini hanya luka kecil. Aku hanya ingin menemui jeongwoo dulu" Tolaknya dengan halus. Kemudian ia pergi menuju kamar Jeongwoo.

Jihoon berhenti di depan pintu kamar, mengetuknya. Namun, tidak ada jawaban dari siapapun. "Jeongwoo, lo di dalem kan?" Tanyanya.

"Masuk aja bang, pintunya gak gue kunci". Jihoon pun membuka pintu kamar, melangkahkan kakinya masuk.

Jihoon melihat Jeongwoo yang baru saja dari kamar mandi. Seperti hbis mencuci wajahnya. "Lo abis cuci muka ye?" Tanya Jihoon. Jeongwoo menganggukkan kepalanya.

"Tumben, biasanya abis latihan lo gak pernah cuci muka. Jujur lo kenapa?".

"Gue gak kenapa napa. Yang harusnya nanya itu gue, dan.....gue juga mau minta maaf" Ujar Jeongwoo ia merendahkan suaranya di akhir kalimat.

Jihoon menatap heran pada adiknya ini. Tidak biasanya ia begini, seperti ada yang salah. Sudah empat hari lamanya mereka berlatih, hanya hari ini saja sepertinya yang mengalami sedikit kendala.

"Gak apa ah elahh, santai. Malah gue bangga lo bisa lukain gue begini" Ujar Jihoon sambil menepuk-nepuk pundak Jeongwoo. Werewolf muda disampingnya ini menolehkan kepalanya. Menatap heran pada sang kakak.

"Lo gak merasa lemah gitu gue kalahin?" Tanya Jeongwoo.

"Gak lah, ngapain coba gue kudu begitu?" Tanya Jihoon balik pada adiknya.

"Ya kan, secara lo tu alpha. Yang udah di takdirkan dari jaman nenek moyang kita, kalo alpha itu paling kuat dan gak bisa di kalahkan oleh siapapun" Ujar Jeongwoo panjang lebar, sambil mengingat-ingat kisah tersebut.

"Halah mosok to?. Tapi itu memang fakta sih. Nih, gue kasih tau, gue itu gak gila hormat ya. Kalo lo aja bisa kalahin gue, berarti lo bisa kalahin alpha alpha yang lainnya. Dan tandanya lo udah siap berperang jeongwoo".

"Kekuatan lo dan justin itu sebanding sama kekuatan seluruh alpha jika digabungkan. Bahkan, mau kakek, ayah, om jaehyun, ayah agleer, gue dan bang hyunsuk aja kalah. Ibarat kata, lo itu punya anugerah dari dewi moon goddes" Lanjutnya, Jeongwoo yang mendengarnya sampai speechless.

"Tapi gue belum pernah tau bentuk permata gue kayak gimana" Ujar Jeongwoo.

Anak ini menundukkan kepalanya. Memang di antara Jeongwoo, Haruto, Doyoung dan Junghwan. Hanya Junghwan yang sudah mengetahui wujud permatanya. "Lebih baik jangan untuk saat ini, lo boleh liat saat waktunya udah tepat".

「i」τнє τωiℓigнτ; τrєαsυrє ✓Where stories live. Discover now