16. Haus pujian

41 10 0
                                    

Aku lebih terbelalak lagi saat melihat sebuah postingan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku lebih terbelalak lagi saat melihat sebuah postingan. Aku benar-benar tak menyangka. Ini tidak mungkin!

  Aku mengucek mataku beberapa kali untuk memastikan bahwa apa yang aku lihat itu tidak salah. Dan ternyata benar saja.

  Dalam postingan pertamanya saja aku sudah terkagum-kagum. Dia cantik sekali bahkan lebih dari Aqila.

  Siapa yang tidak jatuh cinta pada mata bulatnya yang menawan? Apalagi bulu matanya juga tampak begitu indah dan terlihat panjang alami. Wajahnya mulus tanpa jerawat sedikitpun. Aku sangat berharap itu hanya pengaruh filter tapi semuanya tampak alamiah. Hidungnya mancung, bibirnya kecil namun bibir bawahnya tampak lebih tebal. Alisnya juga indah, sedikit tebal dan melengkung. Dan pipi tirusnya semakin membuatku insecure.

   Dulu yang membuatku insecure adalah Aqila. Aku sering iri dengan kecantikannya, popularitasnya, kebaikannya, lemah lembutnya, senyum manisnya yang ramah. Dan sekarang ada yang lebih dari Aqila, tapi kali ini dia sekelas dengan Bara.

  Posisiku teracam, aku yang bukan apa-apa ini akan mudah tersisihkan oleh bidadari seperti Laura. Aku harus lebih menguatkan doaku, semoga Bara tidak terpincut oleh kecantikan Laura. 

  Aku beralih melihat postingan selanjutnya. Di sana Laura tengah berdiri dihimpit oleh enam pria, tiga pria di sebelah kiri dan tiga lainnya berdiri di sebelah kanannya. Dan salah satunya adalah Bara. Kelihatannya Laura begitu akrab dengan Bara.

  Aku menyimpan ponselku, mataku terlalu kecewa melihat kecantikan Laura. Aku berusaha untuk tidak insecure walaupun aku juga sadar bahwa tak ada sedikitpun yang menarik dari diriku.

  Aku kembali mengambil kartu peserta camping. Aku tak ingin membuangnya dan memilih untuk menyimpannya sebagai kenang-kenangan. Aku bangkit dan mengambil dompetku di dalam lemari lalu masukan kartu tersebut pada dompetku. Dengan iseng aku mengitung sisa uang di dompetku. Tapi aneh, setelah kuhitung berulang kali jumlahnya malah bertambah lima puluh ribu dari sebelum kutinggalkan dulu. Tapi waktu itu seingatku Neola bilang bahwa ibu meminjamnya lima puluh ribu.

  Ada yang tidak beres. Aku langsung mencari Neola untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi.

  "Alhamdulillah, Kak. Waktu itu ada temen ayah ke sini. Dia ngasih Ola uang dua ratus ribu katanya suruh bagi-bagi. Ola inisiatif aja masukin ke dompet kakak seratus ribu buat Kakak. Ibu juga setuju karena waktu itu Kakak udah nitipin uang ke Ola buat ibu pinjem. Sisanya Ola ambil lima puluh ribu dan lima puluh ribu lagi buat Dio," jelas Neola panjang lebar.

  "Alhamdulillah, syukurlah kalau begitu. Trus uang lima puluh ribu kamu mana? Sini simpen di Kakak aja nanti ilang," saranku karena tak terhitung sudah berapa kali Neola menghilangkan uang. Walaupun sering terjadi tetapi ia jarang belajar dari kesalahannya.

  "Tapi uangnya udah kepake sebagian. Ola beli buku latihan ujian buat persiapan UN dan US nanti. Kakak jangan marah ya," tutur Neola enggan.

  Aku tertawa geli, "Kenapa harus marah?"

Kita Yang Tersesat [Completed]Where stories live. Discover now