BAB XVI

17 4 3
                                    

"X!"

X melindungi M, sudah sewajarnya seorang kakak melindungi adiknya. Itu lah yang selalu ia pegang selama hidup. Dia tidak ingin lalai mengawasi semua adiknya.

Ia merogoh sakunya dan menembak dengan sembarang arah ke belakang. Peluru itu mengenai kaki Ye Lang hingga membuatnya merintih pelan. Setelah itu Ye Lang menghilang.

X menatap M dengan tatapan dinginnya. Memperlihatkan wajah buruk rupa yang sama dengan Ye Lang, penjahat yang pengecut. Di cengkeramnya kemeja M dengan kuat.

"Kau .. kenapa kau disini hah?" Pekiknya. Dengan tangan yang gemetar, X mengguncangkan tubuh M dengan cepat. "TIDAK TAHU KAH KAU HAMPIR SAJA TERTEMBAK?" Bentak X kepada M.

"BAGAIMANA BISA AKU MEMBIARKAN KAU BERTINDAK SEENAKNYA, X?" Balas M dengan berteriak juga.

M tahu betul sikap X begitu sembrono jika seseorang dalam bahaya. X tidak pernah memikirkan keselamatannya. Tidak pernah sama sekali. Itu yang membuat M tidak suka dengan X.

"Kau begitu egois... " Lirih M.

Tangannya melepas cengkeraman dari kemeja M dan mendorong tubuh M dengan kasar. Kacamatanya terjatuh hingga pecah membuatnya tidak bisa menyembunyikan wajah buruknya. X menggenggam erat jaket milik M.

Ye Lang mencuri-curi pandangan kepada X. Ia sudah  mencurigai X sejak lama. Baru kali ini Ye Lang melihat X bertindak gegabah dan sangat brutal.

"Akh .. brengsek." Ye Lang melihat betisnya yang tertancap oleh peluru. Bajingan berkacamata itu bisa membunuhnya jika Ye Lang tidak segera bersembunyi.

Ye Lang menolehkan kepalanya dan melihat X dari arah samping. Matanya membulat dengan sempurna. Apa yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri itu benar.

"Dia nampak familiar? Kenapa nampak begitu familiar di mataku?" Ye Lang menyipitkan matanya melhat separuh wajah X dari samping.

Ye Lang menutup lukanya yang mulai bercucuran dan melarikan diri tanpa jejak. Bisa berbahaya baginya jika jejak darahnya tergeler di lantai rumah tua ini.

Segerombolan Polisi berlarian ke arah X dan M. Mereka berdua menunjukkan raut wajah yang tidak menyenangkan. Da Jie tahu itu. X menutup kepalanya dengan jaket milik M dan M sendiri dengan pakaian acak adul membuat Da Jie semakin mengerti. Mereka pastinya berkelahi.

"X, kau baik-baik saja?" Da Jie menghampiri X setelah melihat noda darah di pakaian hitamnya.

"Bawalah motorku. Aku akan naik mobil polisimu bersama K dan Huo Tian. Ajak M sekalian." X mendorong tubuh Da Jie tidak ingin dirinya disentuh atau ditanyai. Ia sungguh lelah.

Tatapan X mulai kosong. Penjahat bahkan tahu siapa dirinya. Adopsi? Huo Zhen bilang sendiri bahwa dia adalah Putra Kandungnya. Siapa dia yang sebenarnya?

X membuka sedikit jaket yang menutupi hampir kepalanya. Menampakkan setengah wajahnya kepada Huo Tian dan K. Tatapan X begitu sayu dan hampa.

Xiao Man mendekati X yang tengah berdiri di depan pintu mobil polisi bersama ketiga saudaranya. Apa yang dilihatnya ini benar-benar X tanpa kacamata?

'Aku ingin melihat wajah X seperti apa. Aku ingin tahu.' Batinnya. Tangan Xiao Man menyentuh jaket X.

"Jangan sentuh aku!" X menepis tangan Xiao Man dengan kasar membuat gadis itu merasakan sakit.

"Aduh!" Xiao Man mengelus tangan kirinya. Tamparan X begitu menyakitkan baginya.

Ini pertama kalinya X memperlakukan kasar padanya. Waktu pertama kali bertemu, X tidak pernah menyakitinya. Justru Xiao Man lah yang selalu mengabaikannya. Gadis itu berfikir, ini mungkin balasan dari X untuknya.

𝐇𝐄𝐈, 𝐌𝐑. 𝐗!  [ TAHAP REVISI ]Where stories live. Discover now