RUMAH

48 7 4
                                    

Aku pulang ke rumah pukul 10 malam karena jarak dari pusat rehabilitasi yang cukup jauh dari rumah ku. Ketika sampai rumah, Benar saja, ternyata bunda telah menunggu kepulangan ku di ruang tamu. Dengan ekspresi yang kupaksa senyum, aku membuka pintu seolah nampak bahagia, padahal aslinya aku sedang tidak baik-baik saja. Tapi ini kulakukan agar bunda tak khawatir tatkala melihat anaknya yang tak pulang 3 hari, malah menunjukan rasa sedih dan letih.

"Assalamualaikum." Ku ucap salam sambil membuka pintu.

"Waalaikumsalam."
"Akhirnya, pulang juga kamu." Sahut bunda yang langsung menghampiri ku.

"He he he, Iya. Aku langsung ke kamar dulu bun, mau ganti baju." Kataku.

"Udah makan?" Bunda nanya.

"Udah tadi, sesudah maghrib." Ujarku.

"Baguslah. Bunda jadi hemat beras. Masuklah ke kamar, mandi dulu." Katanya.

"Siap gerak!"

Aku mengganti baju dan membersihkan badanku sebentar. Kemudian langsung menghidupkan laptop serta printer yang ada di kamarku. Kalian tau apa yang akan kulakukan? Ku buka handphone ku dan mencari foto bersama Ara. Sambil menyiapkan perlengkapan ku, aku di temani oleh si bunda.

"Tok tok." Suara pintu yang di ketuk si bunda.

"Siapa?" Ku tanya.

"Bundadari." Kata bunda bercanda.
"Bunda boleh masuk?"

"Iya, boleh." Kataku.

Bunda masuk menemani ku yang sibuk dengan urusanku, sekaligus bertanya mengenai hal apa saja yang ku lakukan di sana.

"Bun, duduk sini." Ku ajak dia untuk duduk di sampingku.

Bunda duduk di dekatku, kemudian bertanya.
"Ngapain aja selama 3 hari?"

"Pesta narkoba Bun. Makan-makan." Kataku.

"Hah! Yang benar kau!" Kata bunda kaget terasa seperti petir.

"Ha ha ha. Enggaklah, cuma main Bun." Kataku lagi.

"Main gimana?" Tanya bunda.

"Main dan belajar." Jawabku.

Setelah ku pikir, akhirnya ku beri tahu padanya sedikit tentang manusia langka yang ku temui di sana, membuat bunda mulai kepo untuk tahu dirinya.

"Bun bun, tau gak. Aku lagi suka sama seseorang." Kataku pada bunda.

"Siapa?" Kata bunda penasaran.

"Kepooo!" Ujarku.

"Hehhhh! Tadi katanya mau nunjukin." Ucap bunda.

"Bentar Bun, masih loading. Cantik loh bun orangnya." Kataku lagi.

"Cantikan mana sama bunda?" Kata bunda yang menunjukan ekspresi cantiknya.

"Oh jelassss..."

"Iyalah, bundaaaaa!!!" Kata bunda memotong pembicaraan ku.

"Jelas, tante Salwa yang cantik." Kataku memperjelas.

"Wehhhh." Kata bunda.

Aku menunjukan poto yang telah ku pindahkan dari handphone ku ke laptop. Kemudian ku tunjukan pada bunda yang penuh rasa penasaran. Poto yang berisi antara kaki ku dan kakinya Ara dengan perlahan ku perlihatkan pada bunda.

Jeng...jeng..jeng!! Kataku yang kemudian menunjukannya pada bunda.

"Hah? Kok cuma kaki?" Tanya bunda bingung terperangah.

"Ini potoku bersama manusia langka Bun. Namanya Ara."

"Ha ha ha. Kenapa potonya cuma kaki, ah kamu ini ada-ada saja!" Kata bunda tertawa seperti tak percaya.

"Nah itulah bunda nggak tau. Kalo bunda tau, bunda juga pasti mau." Ucapku.

Bunda tertawa lagi, seperti orang yang sangat senang hari itu.
"Bikin bunda penasaran aja, siapa sih orangnya. Nanti kenalin ke bunda?" Katanya.

"Siap bun!" Jawabku dengan tangan memberi hormat pada bunda.

Setelah itu bunda pamit dari kamark ku untuk tidur dan itulah si bunda. Dimana seperti yang sudah ku katakan, dia adalah orang yang paling dekat denganku, sumber kenyamananku yang selalu ingin tau hal apa saja yang ku lalukukan, dimana keberadaan ku dan siapa saja teman ku. Menurutku tidak semua ibu sepertinya dan tidak semua ibu terbaik itu seperti bunda. Tapi bunda memiliki caranya sendiri untuk dekat dengan anaknya, selain ingin melihat anaknya bisa berhasil, bisa berbagi cerita dengan kami itu sudah lebih dari cukup.

Kemudian aku mencetak potoku bersama Ara menggunakan printer yang ada di rumah. Yaa, walaupun kualitasnya tidak terlalu baik, tapi itu sudah lebih dari cukup. Tak berlebihan, tak kekurangan.

Ku cetak poto itu dengan dua ukuran yang berbeda, ada yang ukuran besar dan ada ukuran yang kecil. Foto yang berukuran kecil ku letakan di dompetku agar bisa ku bawa langkahnya pergi kemana-mana. Sedangkan foto yang berukuran besar ke tempelkan di pintu kamar ku agar selalu bisa ku ingat tentang janji yang pernah ku ucap padanya.

Sebelum ku tempelkan foto itu di pintu, malam itu aku menuliskan sebuah puisi. Puisi yang menggambarkan keinginan ku padanya.

MELANGKAH

"Apapun yang kau lakukan aku akan ada dua langkah di belakangmu. Kemanapun kamu pergi aku akan ada untuk mengingatkanmu. Bahwa hanya butuh beberapa menit dari waktu behargamu untuk menoleh. Aku, akan ada dua langkah di belakangmu."

oOo

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CITY AND MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang