Appointment 5

403 77 12
                                    

Happy Reading

💜💜💜

Matahari terbit begitu ragu-ragu dari balik awan-awan, sulit diketahui apakah matahari sudah terbit atau belum. Setelah penantian dua hari yang terasa panjang, Zhao Yunlan bangun lebih pagi dan berangkat ke kantor lebih awal dari biasanya. Perjalanan mengemudi dari rumah ke kantor memakan waktu lima belas menit dan Yunlan menikmati keindahan pagi dengan pandangan berbeda dari sebelumnya.

Dia menikmati secangkir kopi sambil berdiri dekat jendela di ruangan kantor yang masih sepi. Seorang office boy yang terheran-heran dengan kejutan pagi ini mencoba bertanya ragu-ragu.


"Sungguh tidak biasanya, Anda tiba-tiba menjadi sangat---" dia terlihat ragu melanjutkan kalimatnya.

Yunlan, dengan setelan berkilau warna abu, melirik sepintas sambil tersenyum.

"Rajin," dia melanjutkan kalimat si office boy.

Office boy itu terkekeh canggung.

"Semua orang sudah tahu bahwa aku malas bekerja beberapa bulan belakangan. Aku hanya ingin menyelesaikan banyak urusan bisnis yang tertunda."

"Oh, aku terharu mendengarnya," sahut si office boy.

Yunlan melirik aneh.

"Begitukah? Apa kemarin-kemarin aku sangat payah?"

Office boy itu menggaruk pelipis, tangannya yang memegang tray bergerak-gerak monoton.

"Yah, Anda terlihat tidak fokus, dan semua pegawai mulai cemas."

Yunlan terbahak, meski sedikit tidak yakin bahwa pekerjaannya seburuk itu.

"Hari ini aku harus selesai sebelum pukul empat sore, jadi aku akan mulai sepagi mungkin," ujar Yunlan antusias, senyuman tak henti terkembang di bibirnya.

Si office boy mengangguk, tidak berani bertanya lebih lanjut. Apa pun urusan pribadi atasannya, sejujurnya dia tak peduli, yang penting gajinya tetap lancar setiap bulan dan dibayar tepat waktu.

Tetapi Zhao Yunlan tidak tahan untuk menyimpan antusiasmenya sendiri, dia terlihat sangat ingin berbagi kegembiraan.

"Kau tahu, aku sangat bersemangat hari ini."

Office boy itu nyaris berbalik pergi meninggalkan ruangan Yunlan tapi dia seketika menghentikan langkah, menoleh pada Yunlan dengan wajah bengong.

"Ah, ya. Tentu saja." Dia meringis.

"Aku sudah menemukan solusi dari PTSD yang kualami selama ini," Yunlan berkata lagi.

"PTSD?" gumam office boy.

"Ya. Kau tidak tahu? Itu semacam gangguan mental tahap awal, kecemasan akut, akibat mengalami trauma."

Yunlan menjelaskan, senyumnya semakin melebar.

"Cemas?" office boy semakin bingung, dia mengamati boss nya sekali lagi.

"Tapi Anda terlihat sangat bahagia," dia meneruskan masih dengan nada bingung.

Yunlan menaruh cangkir kopinya di atas meja.
"Yah, tentu saja aku bahagia. Aku sudah menemukan seorang pakar untuk mengatasi gangguan itu."

Office boy mengangguk-angguk.

"Pakar itu pasti sangat hebat, Anda pulih dalam waktu singkat."

"Tepat sekali!" Yunlan mengangkat telunjuk, suaranya sangat riang.

𝐌𝐲 𝐏𝐬𝐲𝐜𝐡𝐢𝐚𝐭𝐫𝐢𝐬𝐭 (𝐖𝐞𝐢𝐥𝐚𝐧) Where stories live. Discover now