BAB 3

5 0 0
                                    

Malam ini Ayah dan Ibu bersiap untuk menyambut tamu. Mereka bahkan mewanti-wanti agar aku tidak membuat masalah dan menasihati panjang lebar apa yang boleh dan tidak boleh kulakukan. Karena kata Ayah dia mengundang hampir seluruh anggota Red Cage, jadi aku tidak boleh mempermalukan mereka. Ibu bahkan berpesan, kelakukanku adalah cerminan Ayah sebagai seorang Mayor, sehingga aku harus jadi anak manis walau hanya semalam.

Duh, memangnya kapan aku pernah bikin malu mereka?

Ehm ... padahal dua minggu lalu aku hanya tidak sengaja menyiram wajah Natasha dengan wine karena dia membuka mulutnya terlalu lebar dan mengatakan sesuatu yang tidak pantas hingga tanganku bergerak sendiri menyiramkan wine ke wajahnya.

Sebulan yang lalu aku juga tidak sengaja menendang kemaluan Austin Walker si tuan rumah acara amal karena dia bilang tidak sengaja saat menyentuh payudaraku.

Nah, see, aku hanya tidak sengaja.

Kali ini aku akan berusaha bersikap manis agar memberi kesan pertama pada calon suamiku. Mungkin dengan begitu dia akan langsung mengajak kami ke pelaminan.

Nah, Ibu puas kan aku akan jadi anak baik. Tenang saja, aku juga tidak ingin mengusir satu-satunya kandidat suami masa depanku.

"Pokoknya kau harus bersikap baik, Krista. Jangan mempermalukan Ibu dan Ayah seperti yang sudah-sudah," bisik Ibu saat menyambut tamu pertama.

Tanpa disuruh, aku pun memasang senyum sumringah hingga membuat pria pertama yang memasuki ruangan nyaris menabrak patung hias dekat voyer, dan beberapa tamu yang menyusul sesudahnya menabrak pelayan yang sedang memegang nampan hingga gelas-gelas minuman berhamburan ke udara, lalu menjadi puing di lantai, menimbulkan suara bising pecahan kaca.

Lihatkan, aku sangat manis hingga membutakan tamu yang hadir.

Ibu menggamit lenganku untuk menyudahi senyum manis itu.

Ya ampun, Ibu jangan plin-plan. Bukan salahku memiliki wajah silau hingga membuat orang-orang mematung. Salah Ayah dan Ibu yang sudah menciptakanku jadi begini.

Apa saat mengandung Ibu makan berlian sehingga melahirkan kristal?

"Jules, aku tidak mengira puterimu semakin hari semakin cantik saja, seperti ibunya," puji Grayson, hakim di Denver.

Aku ingin memutar bola mata mendengar kebohongan dalam suara pria empat puluh lima tahun itu.

"Terkadang aku juga tidak mengira melahirkan gadis secantik Krista," balas Ibu terlihat bangga.

"Kau harus lihat prestasinya di sekolah, dia gadis yang sangat cerdas," kata Ayah menambahkan.

Duh, lihatkan aku kembali jadi pajangan lagi. Ayah dan Ibu membicarakan Krista yang begini Krista yang begitu seolah tidak ada topik menarik lain, lalu keduanya akan mendapat balasan pujian sudah membesarkan anak jenius.

Terkadang aku iri pada teman-teman yang memiliki saudara, karena bila tidak ada persaingan juga tidak enak. Tidak ada yang bisa jadi kambing hitam, tidak ada teman gulat, tidak ada teman untuk berbohong. Mungkin nanti aku bisa usulkan pada Gavin untuk membuat banyak anak biar mereka tidak kesepian. Kudengar Gavin juga tumbuh tanpa saudara.

Kami benar-benar pasangan serasi.

"Levi, Jules," panggil suara berat baritone yang familiar.

Aku mengangkat kepala dan mendapati Jaxon yang juga melihat ke arahku.

Ya ampun, tidak kusangka Om-om ini menjadi semakin tampan. Senyum yang dia arahkan padaku juga luar biasa membuat silau sampai Ibu dan beberapa wanita kesulitan mengalihkan mata.

Dear GavinWhere stories live. Discover now