What If

100 8 5
                                    

Kalau kamu bisa liat masa depan, mau ngapain?

Responden 1: "Masa depan tentang apa dulu nih?"

"Kira-kira aja coba."

Responden 1: "Nyari tempat paling aman dari sekarang."

"Emang masa depan dalam bayanganmu itu gimana sih?"

Responden 1: "Nggak ada langit. Haha."

"Cita-cita kamu?"

Responden 1: "Punya banyak uang."

"Bisa dikatakan dengan lebih konkret?"

Responden 1: "Pengusaha. Aku juga pengen membiayai orang yang mencoba 'melangkah'."

"Pertanyaan terakhir. Apa pendapatmu soal waktu?"

Responden 1: "Rumit."

_

Kalau kamu bisa liat masa depan, kamu mau ngapain?

Responden 2: "Kayaknya liat usaha yang bakal populer dalam jangka waktu panjang."

"Masa depan dalam bayangan kamu itu gimana sih?"

Responden 2 menyimpan kepalan tangan kirinya di bawah dagu. "Banyak benda terbang." Ia melamun setelahnya.

"Kamu seperti menahan sesuatu."

Responden 2 tertawa, memperlihatkan deretan gigi putihnya dan mata senyum yang manis. Tak beberapa lama, tawanya reda, mata yang tadinya menenangkan, tergantikan dengan tatapan sayu.

"Kematian." Dia berucap.

"Salah satu hal yang kita nggak bisa lari darinya-"

"Lebih banyak." Responden 2 berkata lagi.

"O, aku paham. Sekarang, pertanyaan berikutnya. Cita-cita kamu apa?"

Responden 2: "Pengen jadi orang baik." Seseorang dengan rambut berantakan sehabis pulang sekolah itu menjawab.

"Profesi?"

Responden 2: "Sebenernya aku nggak paham kenapa ngambil jurusan ini." Responden 2 menunjukan logo jurusan sekolahnya.

"Kalau aku minta kamu punya cita-cita dalam lima detik, apa bisa?"

"Aku ingin jadi pahlawan." Responden itu melanjutkan.

"Aku juga. Haha."

"Menurutmu, waktu itu apa sih?"

"Sesuatu yang sulit dipahami."

"Kamu pernah berpikir terjebak dalam waktu?"

"Tidak. Tentu saja."
_

Kalau kamu bisa liat masa depan, kamu mau ngapain?

Responden 3: "Beli saham dari perusahaan kecil yang bakal jadi raksasa nantinya."

"Kamu punya bayangan tentang itu?"

Responden 3: "Nggak. Nggak sama sekali."

"Mimpimu, jadi apa?"

Responden 3: "Jadi orang yang melangkah, dong."

"Profesi di masa depan?"

Responden 3 tidak membalas, fokus matanya ia arahkan ke langit-langit ruangan. Kedua tangannya terkepal dengan bibir terkatup rapat.

"Pikiranmu tampaknya tidak sejalan. Kamu lolos. Tapi sebelumnya, menurutmu waktu itu apa sih?"

"Hal yang tidak bisa ku gapai."

Responden 3 meninggalkan ruangan. Sesaat sebelum menutup pintu, ia berbalik. "Aku tidak tahu apa sebenarnya maksud dari pertanyaan yang kau berikan, tapi itu menarik. Aku merasa terhibur." Lalu, responden 3 beranjak pergi.

_

Kalau kamu bisa liat masa depan, mau ngapain?

Responden 4: "Aku mau jadi cenayang populer, ngalahin Mbak Wati."

"Masa depan itu ... menurutmu gimana?"

Responden 4: "Kamu pernah terbayang utopia modern? Dunia maju tanpa ada konflik."

"Kalau ternyata lebih buruk dari yang kamu bayangin, bagaimana?"

Responden 4: "Aku akan lari."

Responden 4 beranjak dari kursi. Meninggalkan ruangan wawancara.

"Tolong jangan tanya aku. Aku masih terlalu pengecut untuk menghadapi hal seperti itu."

_

Lalu, kami mempertemukan responden yang tersisa.

"Raka." Responden pertama mengangkat tangannya dalam posisi hendak berjabat.

"Aileen." Responden kedua membalas jabatan tangan.

"Kamu pernah terbayang melihat masa depan di waktu yang sama dengan saat ini?"

"Bingung dong kalau gitu." Responden pertama menjawab.

"Enggak," jawab responden kedua.

"Sekarang, coba bayangkan kalau orang yang mendesain tempat ini kamu."

"Ruangannya nggak akan berubah." Aileen berkata.

"Memang."

"Lalu? Apa yang akan terjadi?" Raka menyahut.

"Kalian bisa kembali besok untuk memastikan. Cokelatnya kusimpan di atas meja dekat pintu keluar."

Keduanya diam, sibuk memperhatikan sekeliling. Gaya tubuhnya persis seperti responden ketiga. Kedua tangan mengepal yang disimpan di atas lutut. Mulutnya tertutup, namun terlihat jelas pupil mata mereka bergerak-gerak.

Setelah selesai, Aileen mengambil tasnya di dekat pintu keluar. Ia membungkuk sebelum akhirnya meninggalkan ruangan. Diikuti Raka, melakukan hal yang sama.

*

Dua responden kemarin datang lagi. Pakaiannya tampak berantakan dengan bau keringat yang menempel. Pemandangan yang tidak aneh, mengingat mereka siswa yang baru pulang sekolah.

"Bahkan stiker yang tertempel pun sama?" Raka langsung menghampiri lemari pendingin di ujung ruangan.

"Serius? Kok ruangannya sama persis?! Bahkan isinya," ucap Aileen sambil membuka lemari makanan.

"Kamu ini mau pamer skill cenayang ya?" lanjutnya.

"Itu kemampuan kalian sekarang. Aku harap, kalian bisa menggunakannya dengan bijak."

Seorang lain yang juga berada di dalam ruangan, menepuk pundak Aileen dan Raka bersamaan, menggunakan "kutukan" miliknya yang ia bentuk seperti telapak tangan.

"Selamat menempuh hari yang berat."
.

Untuk kali ini, kami berpartisipasi.

Skript: Lagan, Erika.
Pewawancara 1: Nate, Miran.
Pewawancara 2: Fayerin, Jaehyun.
Pewawancara 3: Keenan, Ryusei.
Pewawancara 4: Naomi, William.
Penata ruang: Yuta.
Dokumentasi: Rei.

Lecanopus
2021

Our DreamsWhere stories live. Discover now