Sebuah Harapan

6.3K 568 18
                                    

Ada banyak hal yang tak bisa terkatakan di dunia ini, rasa intens yang ambigu saat menatap mata seseorang, Kesadaran yang mengganggu dari detak jantungmu sendiri, Percakapan hipotetis yang terus-menerus bermain di kepalamu, Kecenderungan untuk menyerah dalam menjelaskan suatu pengalaman karena orang lain tidak dapat terkait didalamnya, rasa frustrasi tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengenal seseorang, dan masih banyak lagi.

Namun bagi Ara dan Chika, hal yang tak bisa terkatakan bagi mereka saat ini adalah keberadaan diri mereka satu sama lain, perasaan bahagia ketika kamu mendapatkan sesuatu yang paling kamu inginkan lebih cepat dari ekspektasimu.

Matahari telah muncul dari cakrawala, merangsek masuk melalui celah jendela kamar dan terus meninggi, hawa pagi yang dinginpun seakan menganggu dan memaksa bangun kedua gadis muda yang tadi masih terpejam akibat tidur yang terlalu larut itu, memecah visualisasi tentang kejadian tadi malam, suatu hal yang masih seperti diambang mimpi dan kenyataan bagi mereka berdua.

Setelah mandi dan sarapan bersama keluarga Chika, merekapun sempat melakukan lari ringan diselingi obrolan dan candaan keliling kompleks dimana rumah Chika berada.

Sekarang mereka kembali berada dibagian kursi belakang mobil dari driver online, menuju sebuah gereja yang jaraknya memang lumayan jauh dari rumah Chika.
Padahal dalam benak mereka masing-masing ingin sekali menghabiskan hari ini berdua, tapi sayangnya mereka sadar ada pekerjaan yang menunggu mereka, ya, sore nanti mereka ada show theater untuk mebawakan setlist Seishun girls, setlist yang seakan menggambarkan mereka berdua, gadis-gadis remaja. rencananya, setelah mengantar Chika melakukan ibadah minggunya, mereka akan makan siang bersama dan berpisah setelah itu, begitulah permintaan Chika pagi tadi.

setelah dekat dengan lokasi, merekapun turun dari mobil dan mulai mengayunkan langkah kecil bersama menuju halaman depan gereja

"Kamu mau ikut ke dalam ra ?" Ujar chika dengan senyumnya yang ditahan

"Chika Ngadi-ngadi banget dah!" Ujar ara sedikit menaikan volume suaranya tanpa menggunakan sebutan Kak dibelakangnya

Tak tahan menahan, akhirnya tawa kecil Chikapun pecah "dihh kenapa ? gak akan langsung dibaptis Koq ra, gimana ?" Lanjutnya

Seketika Ara menatap tajam ke arah Chika, "emm, gak dulu deh!" Ujarnya singkat disertai tawa mereka berdua.

"Jadi mau nungguin ?"

Ara mengangguk pelan.

"Tempat kita jalan tadi tuh banyak tempat jajan ra, mau nungguin disana apa gimana ?"

"Emm.."

"Atau mau duduk duduk disitu ?" Lanjut Chika menunjuk gazebo di halaman gereja

"Engga tau nih, emang lama gak sih ?"

"Yaa lumayan"

"Berapa lama ?"

"Mungkin sampe 2 jam makanya aku mau ajak kamu ke dalem"

"Wih lama banget, aku kalo sholat 10 menit juga selesai"

"Ya gimana ya ra, aku sholat aja gitu ?"

Ara memegang kening chika dengan punggung tangannya "Kak Chika sehat ?"

Chika tertawa kecil kembali, "ya abis gimana dong?, kamu mau pulang duluan ? Gak papa koq"

"Dih Gak gitu kak.."

"Serius ra, aku juga gak enak sama kamu, kukira tadinya kamu mau ikut ke dalem"

"Emangnya gak papa kalo aku ikut ?"

"Ya emangnya kenapa ? Toh kamu kan cuma nemenin aku"

Setelah perdebatan panjang dan berpikir beberapa menit, ara pun memilih untuk ikut Chika masuk ke dalam gereja, sedikit ragu namun juga penasaran sebab ini adalah pengalaman pertamanya.
Tiba didalam gereja, beberapa orang yang memang mengenal Chikapun menyambutnya, memberi sapaan hangat ke Chika maupun Ara, entah sudah berapa orang yang dikenalkan Chika ke Ara, toh mereka sangat sopan dan hangat, penuh toleransi meskipun beberapa kali Ara bilang bahwa dia non kristen, seiring berjalannya waktu kecanggungan dan rasa ragu Ara pun perlahan menghilang.

Ara memilih duduk dibagian belakang diantara orang-orang, Chika pun mengerti dan akhirnya menemani disampingnya.
Saat tiba sesi doa orang-orang tertunduk termasuk Chika, terlihat kalung Salib yang ada dikamarnya kini menggantung di lehernya, melihat itu Arapun berinisiatif mengikuti, sebab doa adalah cara paling universal untuk menyampaikan hal yang ingin kamu sampaikan kepada Tuhan dan tentu Ara menyampaikan itu kepada Tuhan yang ia percayai.
Setelah itu sesi-sesi lain termasuk menyanyikan lagu dan khotbahpun terus berlanjut, meski terlihat baru baginya dipikiran Ara ternyata ibadah agama lain itu ternyata sama saja, tanda tunduknya manusia terhadap yang maha kuasa, yang membedakan hanya tata cara dan Tuhan yang disebut.

~~

"Tuhan, jika perbedaan keyakinan harus memisahkan 2 orang yang saling mencinta , apakah engkau akan menyatukan kami melalui persamaan yang kami miliki ?" Sepenggal doa yang terhembus melewati benak Chika yang paling dalam pada Tuhannya pagi itu.

After GoPlay [ChikAra]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang