III

1.4K 352 39
                                    

Lanjut ...

________

Esok paginya ...

Leon berjalan menyusuri lorong-lorong kelas, dengan ponsel menempel di salah satu telinganya.

"Udah jadi, Om?" tanya Leon.

Orang bengkel yang menelepon sepagi ini membuat ia mengira kalau motor itu sudah selesai diperbaiki. Namun, kecewa, orang bengkel hanya ingin mengabari tentang penggantian suku cadang yang mana hal itu akan menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Menanyakan keputusan Leon akankah mengiyakan atau bagaimana. Malahan Om Rudi menyarankannya untuk membeli motor baru sekalian.

Leon mendesah bimbang. Sesaat kemudian ia panik mendengar saran Om Rudi yang menawarkan diri untuk membantu Leon menyampaikan itu pada sang ayah.

"Gak, gak. Jangan Om! Udah itu ganti dulu aja deh. Leon belum pengen ganti motor," kilah Leon coba mencegah.

"Kabari aja kalau udah jadi, Om."

Leon cukup lega saat Om Rudi mengiyakannya. Panggilan diakhiri dan Leon sampai tepat di depan kelasnya. Ia baru sampai di ambang pintu, tapi langsung busa melihat ada kerumunan di ujung ruangan. Mendengus agak kesal ia masuk. Masih pagi dan sudah ada saja yang mengusik moodnya. Agak malas akhirnya ia menghampiri kerumunan itu.

Omelan Gea mulai terdengar jelas saat Leon sudah dekat.

"Makanya sekolah tuh masuk! Jangan numpang lewat doang. Jadi, lo tahu tempat lo di mana," kesalnya.

Leon mulai menerobos kerumunan untuk bisa melihat siapa yang berani mengusik gadis judes teman klub Judo-nya itu.

"Masalah tempat duduk doang ribet amat sih lu," keluh lawan bicara Gea, yang suaranya mulai Leon hafali. Damar tengah duduk melipat tangan, menatap Gea dengan santainya tanpa rasa bersalah.

"Gue gak cuma masalahin tempat duduknya ya, tapi lo pake acara ngedorong Angel sampe jatuh segala," balas Gea masih penuh emosi.

"Itu salah dia sendiri," jawab Damar, "gue udah ngomong baik-baik, dia gak mau pergi ...."

"YA KARENA ITU EMANG TEMPAT DUDUKNYA DIA," ledak Gea. Baru saja mau maju bersama kepalan tinjunya saat Leon sudah lebih dulu menarik pundaknya agar berhenti.

Gea menoleh menatapnya.
"Ah, akhirnya lo sampau," kata Gea, mendapat sedikit kelegaan melihat wajah berkacamata itu.

"Ngeributin apaan pagi-pagi begini?" tanya Leon tenang, menatap Damar.

Damar mengalihkan pandangan, sengaja mengabaikannya. Leon beralih menatap Gea.

"Nih si anak baru," kesal Gea melirik Damar begitu sinis. "Dateng-dateng mau ambil tempat duduknya Angel. Angel udah jelasin sama dia baik-baik kalo tempat duduk di kelas kita tuh udah diatur sama Ms. Dhina. Dianya ngotot pake acara dorong-dorong Angel segala," Gea menunjuk Angel yang berdiri tak jauh darinya.

Leon melihat Angel dan menyadari ada luka gores di dekat sikunya. Masih baru, Leon simpulkan itu didapatkan dari kejadian yang baru diceritakan Gea.

"Ya wajar, kan, Yon, kalau gue jadi emosi. Temen gue didorong-dorong sampe jatuh gitu," lanjut Gea.

"Anak baru aja belagu banget," kesal Gea, "dasar BANCI."

"Heh! Jaga tuh bacot!!" Damar segera saja bangkit dari kursi. Baru mau menghampiri Gea, yang sedikitpun tak gentar menatapnya. Sampai Leon sudah lebih dulu menahan dadanya agar tak semakin dekat.

"Lo mau ngapain?" tanya Leon tenang, "gak bisa dibicarain dulu baik-baik?" lanjutnya.

Damar menatap mata di balik kacamata itu dengan tajam. Semakin kesal dibuatnya.

ChameLeonWhere stories live. Discover now