03

3.1K 490 8
                                    

03 : Pelukan Jeno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

03 : Pelukan Jeno.
.
.
.


"Gue ketinggalan berita hot nih?" suara Renjun membuat semua mata mengarah padanya.

Echan, Naren dan Jeno sedang asik dengan ritualnya, yaitu tanding game.

Naren menepuk pundak Jeno yang kebetulan sedang ada di sebelahnya, "Yang kemarin lo nolongin Karina, bodoh."

"Kok kalian tau?" Jeno kaget. Dia memang tidak cerita apa-apa kepada teman-temannya perihal kejadian kemarin. Karena.... ya, buat apa cerita?

Echan berdecak kesal. Dia menghentikan gamenya karena dia kalah, "Lo pikir mulut-mulut anak-anak di didik untuk apa? Ya, gossip, lah."

Jeno hanya menggeleng pelan, tak habis pikir dengan siswa-siswi disini.

"Jadi... sejauh apa pergerakan lo?" tanya Naren sambil menaik-turunkan alisnya.

Kepala Naren di pukul dengan buku yang sudah dilipat bulat oleh Renjun, "Bahasa lo pergerakan, lo kira si Jeno mau perang."

"Sakit, Bego!" bayangin aja, Naren di pukul sama buku paket Fisika yang isinya rumus-rumus laknat.

"Tapi bener si Naren, Jeno emang mau perang, kan," Echan membela. "Perang perasaan. Ahay." lanjutnya sambil cengenggesan khasnya.

Langsung tanpa ampun mendapat lemparan kacang ke arah muka, tubuh sampai rambutnya oleh Jeno. "Jeno, anjing!"

*****


Jeno berjalan menuju lapangan indoor, hari ini dia mau latihan sebentar sekalian mengambil bola basketnya yang tertinggal. Suasana memang sudah sepi. Bisa dipastikan hanya ada Jeno nanti di lapangan. Tapi, itu tidak membuatnya mundur.

Jeno berhenti di depan pintu ruang ganti perempuan, dia membungkuk untuk membetulkan tali sepatu yang lepas.

Samar-samar Jeno mendengar cowok yang sedang berdebat. Suara cowok di ruang ganti perempuan? Hal gila apa ini.

Selesai mengikat tali sepatunya, Jeno sengaja masuk ke ruang ganti tersebut.

BRAK

Dua cowok tersebut betulan ada di sana, dan sedang menatap Jeno dengan pandangan kaget dan takut.

"Ngapain lo di sini?"

Kedua cowok tersebut yang Jeno duga adik kelasnya itu tergagap dan saling pandang satu-sama lain.

Karina muncul dari salah satu bilik, "Ngapain kalian di ruang ganti cewek?"

"Maaf, Kak Jeno, Kak Karina."

Jeno menghadang kedua adik kelasnya itu saat dilihat keduanya hendak kabur, "Lo ngerekam Karina ganti baju kan?"

"Keluarin videonya atau gue seret kalian ke kantor polisi sekarang juga." ancam Jeno tanpa gentar walaupun mereka berdua dan laki-laki itu hanya seorang diri.

Kedua cowok tersebut saling tukar pandang. Salah satunya mengangguk sambil meringgis ketakutan.

Dengan berat hati, kedua cowok itu mengeluarkan smartphone yang menjadi alat rekam.

"Siap-siap, ya. Karna besok, kalian bakal dapet surat DO," Jeno merebut paksa smartphone tersebut. Menahan video atau apapun itu yang nantinya bisa merugikan banyak pihak.

"Cepet pergi lo berdua. Sebelum gue berubah pikiran untuk buat lo pada babak belur."

Dengan kecepatan cahaya, kedua cowok itu langsung pergi tanpa memerdulikan smartphone yang di tahan oleh Jeno.

Tubuh Karina bergetar.

Perempuan itu sangat takut dengan kejadian yang baru saja menghantamnya.

Karina mendekati Jeno yang sedang mengenggam smartphone yang digunakan kedua cowok tadi. Karina merebut paksa smartphone tersebut.

Benar.

Di sana, ada tubuh Karina yang setengah telanjang menghadap belakang dengan rambut yang di gulung.

Tangisnya seketika pecah.

Karina benar-benar merasa hidupnya penuh kesialan.

"Jangan di hapus," perintah Jeno.

Karina menatap nyalang kearah laki-laki itu.

Jeno mematikan video itu dengan paksa, lalu menyodorkan lagi smartphone tersebut ke Karina. "Lo simpen aja smartphone-nya. Tapi videonya jangan di hapus. Gue mau jadiin barang bukti."

Karina menghapus air matanya yang masih saja turun, "Nggak perlu."

"Tapi, mereka harus dihukum, biar jera."

Karina menggeleng. Isakan kecil Karina membuat Jeno merasa bingung.

Jeno mendekat ke arah Karina, gadis itu menundukan kepala dengan rambut hitam panjangnya yang menjuntai dengan indah.

Entah terdorong rasa kasihan atau bisikan setan yang menang, Jeno memeluk Karina. Membawa Karina ke dalam dekapannya.

Karina awalnya kaget dengan tindakan Jeno. Tapi, pelukan memang salah satu cara yang biasanya dilakukan oleh Mama untuk membuat Karina berhenti menangis.

Dan Karina butuh itu sekarang.

Jeno mengelus rambut hitam Karina, "Tenang aja, gue bakal kasih rekamannya ke Bu Reka doang. Nggak akan sampe ke sebar. Gue janji."

Karina tidak membalas perkataan Jeno, tetapi Karina membalas pelukannya. Menumpahkan semua airmatanya ke baju seragam Jeno.

.

.

.

Gengsi I Lee Jeno- Yoo Karina✅ REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang