04

4.8K 479 7
                                    

"Mimpi sialan, jadi kesiangan kan" Dengan langkahnya yang terlihat buru-buru Haechan keluar dari kamarnya dan berlari ke lantai bawah untuk menyiapkan sarapan pagi. Haechan yakin jika dia pasti akan dimarahi oleh Mark karena telat bangun.

Jika saja semalam Haechan tidur dengan nyenyak dan tidak mimpi buruk, pasti dia akan bangun tepat waktu. Tapi sepertinya tidak, karena mimpinya bukan hanya buruk saja tetapi juga menyeramkan.

Dengan melangkahkan kakinya kearah kulkas untuk mencari bahan makanan untuk dimasak, Haechan perlahan membuka pintu kulkas itu dengan hati-hati, namun didalam kulkas terlihat tidak ada bahan makanan apapun, jika seperti ini bagaimana Haechan bisa memasak.

Akhirnya Haechan pergi kearah kamar Mark untuk memberitahukan Mark bahwa tidak ada bahan makanan untuk dimasak.

Tok tok tok

"Tuan Lee, kau didalam"panggilnya.

"Tuan Lee, ini aku, bolehkah aku masuk?"lanjutnya lagi, dengan terus memanggil Mark.

"Apakah dia masih tidur, atau dia sudah berangkat"tanyanya pada diri sendiri. Tanpa basa-basi lagi Haechan membuka pintu kamar Mark perlahan dan mengintip  apakah masih ada orang didalam atau malah sudah kosong.

Dan benar saja tempat tidur Mark telah kosong. "Apakah dia sudah pergi".monolognya lagi.

Haechan kembali menutup pintu nya dan berjalan ke lantai bawah dengan menekuk wajahnya, Haechan terbebas dari amukan Mark tapi tidak dengan perutnya yang terus berdemo meminta untuk segera diisi. Menyebalkan sekali bahkan tidak ada makanan instan sekalipun dirumahnya Mark, misalnya Ramyeon.

Dengan rasa malas Haechan mendudukkan dirinya dimeja makan yang kosong itu dan menumpu dagunya dengan lengan miliknya, berusaha memikirkan sesuatu barangkali saja Mark pernah mengatakan bahwa dia menyimpan uang ditempat tertentu.

"Arrrggghhh, tidak bisa. Aku tidak bisa berfikir saat lapar"

"Oh yaampun, perutku"erangnya dengan memejamkan matanya lalu mengusap perutnya yang terus berbunyi kelaparan.

Namun tiba-tiba mata Haechan terbuka lebar saat dia mengingat jika Mark selalu meninggalkan satu kartu diatas kulkas. Dengan sedikit terburu-buru Haechan berlari kearah kulkas dan segera mengambil kartu itu.

"Ini dia, kenapa aku baru mengingatnya. Ah, tidak penting lebih baik aku pergi ke supermarket terdekat untuk membeli makanan"

Tanpa memperdulikan penampilan nya yang masih menggunakan piyama tidur Haechan langsung saja pergi keluar rumah untuk mencari supermarket, dan membeli makanan untuk mengisi perutnya yang terus berbunyi, hingga dia melupakan satu fakta bahwa Mark pernah melarangnya untuk pergi keluar rumah tanpa Mark, dan tanpa seizin nya. Lagi Haechan juga melupakan ponselnya yang tertinggal dikamarnya.

Sesampainya di supermarket Haechan segera memilih beberapa makanan instan dan juga beberapa bahan makanan lainnya, troli belanjaan nya pun telah dipenuhi dengan berbagai macam jenis bahan makanan.

Haechan masih belum puas dengan belanjaan nya, jadi dia masih fokus untuk mencari sesuatu yang menurutnya harus dibeli.

"Lama tak bertemu, Haechan-ie"tubuh Haechan menegang saat mendengar suara yang tidak asing ditelinga nya, dengan perlahan Haechan membalikkan tubuhnya, betapa terkejutnya Haechan saat melihat sosok didepannya itu bahkan saking terkejutnya punggung Haechan membentur troli belanjaannya sendiri.

"Kau"

"Iya sayang, ini aku kekasih mu"

Haechan memundurkan langkah nya perlahan dengan sedikit menggeser troli miliknya, yang Haechan pikirkan hanya satu yaitu melarikan diri dari sosok yang dibencinya. "Tidak! kita sudah berakhir, pergi dari hidupku"ucapanya dengan sedikit bergetar.

"Jangan mencoba untuk kabur, kau harus kembali kedalam pelukanku, Haechan"tuturnya dengan menyeringai. "Menjauh"teriak Haechan.

Dengan susah payah Haechan berusaha untuk berlari dan keluar dari supermarket melupakan belanjaannya dan membuat orang-orang yang berada disana terheran-heran. Haechan berusaha untuk berlari lebih cepat agar bisa menjauh dari sosok yang terus mengejarnya dibelakang, dia melupakan bahwa perutnya sudah sangat kelaparan.

"Tuhan, kumohon selamat kan aku darinya"ucapnya dengan terus berlari sekuat tenaga, Haechan berusaha untuk terus berlari sekuat mungkin, rumah Mark tidak jauh dari supermarket jadi Haechan harus berhasil untuk kabur.

"Haechan berhenti, atau aku kan menyeretmu"

Haechan menggeleng pelan, sungguh dia sedang ketakutan, langkahnya pun terasa seperti tidak menapak lagi. "Huh..huh..huh..Aku harus selamat huh"

"Mark, aku harus menghubungi Mark"

"Tapi dimana ponselku, Tuhan kenapa aku sangat sial hari ini"rancaunnya dengan terus berlari.

Akhirnya Haechan telah sampai didepan rumah Mark, dengan tangannya yang bergetar Haechan berusaha membuka pagar rumah Mark dengan panik, bahkan rambutnya terlihat lepek oleh keringat, dan jangan lupakan wajah Haechan terlihat berubah menjadi pucat pasi.

Haechan berhasil memasuki rumah Mark dan segera mengunci pintu depan rumahnya dengan terburu-buru, tubuhnya merosot kebawah dengan nafasnya yang terengah-engah, bahkan kerja jantung nya pun terlihat berdetak dua kali lipat.

"Haechan, keluar kau"

"Aku akan tetap mengganggu mu, apalagi setelah aku tau tempat tinggal barumu Haechan, ingat itu" suara itu terdengar dari luara rumah, dan seketika menghilang begitu saja.

"Apakah dia sudah pergi"

"Ya Tuhan, kenapa aku harus bertemu lagi dengan manusia gila seperti nya"

"Bagaimana ini"ucapnya dengan memijat keningnya yang terasa berdenyut, sungguh Haechan sangat pusing sekarang perutnya pun terasa sakit luar biasa.

"Kau berani-beraninya, melanggar perintah ku Haechan" Haechan mendongakkan kepalanya dan mendapati Mark yang tengah berdiri didepannya. Tunggu! Bukankah Mark sudah berangkat bekerja.

"Jawab pertanyaan ku"

"Maaf tuan Lee, aku hanya lapar" jawabnya dengan berusaha untuk berdiri, karena sakit yang menderanya semakin menjadi.

"Kau bisa memesannya"

"Aku-"Haechan tidak melanjutkan ucapannya karena tiba-tiba saja penglihatannya terasa buram dan lagi kepalanya terasa seperti berkunang-kunang.

"Tuan Lee, aku- ugh"setelahnya Haechan pingsan tidak sadarkan diri, dan dengan refleks Mark menahan tubuh Haechan.

"Haechan, ada apa dengan mu"Mark menggoyang kan badan Haechan dan menepuk-nepuk pipinya.

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu, kenapa kau pucat sekali"Mark mengangkat tubuh Haechan dan membawanya kekamar miliknya, entahlah Mark juga tidak tau kenapa malah membawa Haechan ke kamarnya bukan kemar Haechan.

Haechan dibaringkan dikasur king size milik Mark. "Bahkan kau masih mengenakan piyama"ucapnya dengan menghela nafas kasar.

Ini bukan sebuah kebetulan, Mark memang sengaja kembali untuk membelikan Haechan makanan.

Mark memang sudah berangkat kekantor nya, namun saat telah sampai dia mengingat jika dirumah tidak ada makanan sama sekali, dengan berat hati Mark harus kembali kerumah dengan membawa sebuah makanan untuk Haechan, namun saat sampai dirumah keadaan terlihat sepi, dan Mark sudah menduganya bahwa Haechan pasti pergi keluar, dan berakhir dengan dirinya yang sekarang tak sadarkan diri, Haechan pulang dengan keadaan tidak baik-baik saja, tubuhnya dipenuhi oleh keringat, wajahnya yang terlihat pucat dan sekarang dia pingsan.

An Accident [Markhyuck Gs]✔Where stories live. Discover now