tujuh.

104 15 10
                                    

Suasana kampus siang ini masih sama melelahkan nya seperti biasa. Ditambah antrian fotokopi fakultas Nesa yang panjang dan ramai membuat gadis itu semakin mengeluh. Walaupun hidup Nesa selalu diisi dengan keluhan, tapi rasanya ia tidak pernah mengeluh perihal fotokopian.

Hampir 30 menit gadis itu mengantri. Begitu sampai pada antrian nomor pertama, tiba-tiba seseorang menerobos barisan dengan tergesa-gesa--membuat tubuh Nesa terhuyung menabrak etalase didepannya. Lelaki berperawakan gagah dan tegap, tinggi, masuk dalam kategori tubuh yang bisa dibilang proporsional.

"WOY LAH!!!" Bentak Nesa yang tubuhnya masih menempel pada etalase.

"Sorry, sorry" ucap lelaki yang memakai topi hitam itu. "Gue buru-buru."

Nesa menatap sinis kearahnya, "sara sori sara sori! Lo pikir disini lo doang yang sibuk!"

Lelaki itu diam, sambil mengedarkan pandangannya ke sekitarnya. Banyak mata sebal yang memandang kearahnya, lantas membuatnya menunduk kaku.

"Btw, gue gak pernah liat lo sebelumnya" lanjut Nesa sambil memperhatikan muka lelaki dihadapannya lamat-lamat.

"Gue anak FH, fotokopian FH rame makanya gue kesini"

"Oh... Anak FH...  Tapi kok cara ngantri aja gak ngerti?" celetuk Nesa, kalau ada Dio disitu, pasti lelaki itu akan senantiasa mencabik-cabik wajah tengil dan judes milik Nesa.

"Berapa, bang?" ucap Nesa kepada tukang fotokopi.

Setelah membayar semuanya, Nesa kembali menatap laki-laki disampingnya dengan tatapan mengintimidasi, "Besok-besok beli sepatu yang ada rem nya, biar gak nyerobot melulu!" Kata gadis itu sarkas, kemudian berlalu meninggalkan lelaki itu yang masih terpaku ditempatnya.

"TARAAAAAKAA!!!!" Teriak Nesa dari depan pintu ruang kelasnya.

Merasa namanya dipanggil kencang, Taraka langsung buru-buru melepas Airpods yang terpasang ditelinganya kemudian berlari menuju sumber suara. "Kenapa, Nes?"

Taraka adalah teman satu kelas Nesa sejak Maba. Lelaki itu biasa dipanggil Tara/Raka, terserah saja. Tapi Nesa lebih sering memanggilnya dengan lengkap. Tara dan Nesa memang bisa dibilang teman dekat, karena mereka sering bersama, dari masuk sampai kelas selesai. Tara juga berhubungan baik dengan Bapak dan juga Hesa. Sifatnya yang cool namun cenderung perhatian, membuat diri Nesa ingin terus-terusan bersamanya. Sebenarnya Tara itu hangat, hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yang memiliki tingkat kepekaan yang tinggi. Ya, kurang lebih kehidupan Nesa dikampus cukup tertolong dan berwarna karena adanya Taraka disisinya.

Nesa mendengus, "nih, gara-gara fotokopian lo gue jadi sebel."

Tara diam, keningnya mengerenyit sebab heran oleh tingkah laku Nesa yang seperti kesurupan.

Nesa yang melihat wajah kebingungan Tara tanpa basa-basi langsung menceritakan kejadian difotokopian tadi. Tara tertawa terpingkal-pingkal sesudahnya, kejadian konyol itu membuat Nesa berada diambang batas kesabarannya.

"Tapi ganteng gak?" tanya lelaki itu disela-sela tawanya.

Nesa mengangguk yakin, "banget anjir! Tapi minus banget tukang nyerobot. Mana dia anak FH lagi, kan konyol banget"

"Biasanya yang awalnya sebel-sebelan gini, kalo di ftv bakal jadian" goda Tara.

Nesa mendelik, "Ya Amin" celetuk gadis itu.

"Lah?"

"Ya Amin, ganteng banget emang asli gue gak boong. Gue gini-gini juga cewek mata keranjang. Walaupun gue lebih naksir dan mau sama lo, tapi kalo tuh orang ngelamar gue, ya gue terima."

ZONA ASTARAJINGGA || HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang